Kulit merupakan organ yang krusial bagi tubuh karena merupakan organ pertama yang bersentuhan dengan benda-benda dari luar, dilihat dari titik terluar kulit pada tubuh. Perbedaan temperatur kulit dapat menyebabkan berbagai masalah kulit, seperti kerusakan jaringan kulit yang lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi. Dermatitis, abses, kudis, herpes, urtikaria, dan pioderma adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh iritan, kuman, dan virus pada kulit. Salah satu bidang yang menjadi perhatian utama dalam penanganan penyakit di Indonesia adalah kusta pada kulit, yang merupakan penyakit menular langsung. Secara umum, obat antibakteri atau antivirus digunakan untuk mengobati penyakit menular yang disebabkan oleh kuman. Namun, penggunaan antibiotik dapat menyebabkan resistensi sehingga lebih sulit diobati. Oleh karena itu, perlu adanya teknik alternatif untuk mengobati infeksi kulit.
Salah satu pengobatan penyakit kulit non-invasif adalah terapi fotodinamik dengan menggunakan cahaya dan fotosensitizer (PS). Penelitian sebelumnya menunjukkan kemampuan sumber cahaya laser dioda dan LED dengan panjang gelombang 405–630 nm dan kepadatan energi >50 J/cm2 dapat mereduksi biofilm bakteri. Panjang gelombang 805–970 nm (45–72 J/cm2) dapat digunakan untuk terapi luka.
Jenis laser, panjang gelombangnya, intensitasnya, luas sinarnya, dan karakteristik fisik lainnya semuanya mempengaruhi seberapa dalam cahaya dapat memasuki jaringan dan memiliki efek antibakteri atau foto bio modulasi. Karena koefisien serapan dan hamburan setiap jaringan berubah sesuai dengan panjang gelombang. Selain dipengaruhi oleh variabel konduktivitas dan permeabilitas kulit, panjang gelombang juga merupakan karakteristik penting sumber cahaya karena menentukan seberapa dalam cahaya menembus kulit.
Senyawa kurkumin sebagai agen penyerap cahaya memiliki beberapa keunggulan antara lain bersifat antibakteri, antijamur, antioksidan, dan penyembuhan luka. Selain kurkumin (Cur), rimpang kunyit juga mengandung zat aktif desmetoksi (DMC) dan bidesmetoksi (BDMC). Ketiga bahan aktif ini secara kolektif disebut sebagai kurkuminoid (CCD). Hasil dari percobaan sebelumnya menunjukkan seberapa baik aktivitas antibakteri kurkumin bekerja untuk menghancurkan biofilm bakteri bila dikombinasikan dengan laser dioda.
Penelitian yang ada belum menunjukkan bagaimana panjang gelombang mempengaruhi penetrasi fotosensitizer pada jaringan kulit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana iradiasi laser dioda mempengaruhi kemampuan kurkumin dalam menembus jaringan kulit. Dalam penelitian ini, kunyit diekstraksi dan digunakan sebagai bahan kimia peka cahaya bersama dengan beberapa sumber cahaya laser. Untuk memastikan dampak laser terhadap penetrasi krim ekstrak kunyit ke dalam jaringan kulit mencit (strain Wistar), dilakukan pendekatan in vivo melalui analisis kulit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai sumber cahaya laser hijau (523 nm), laser merah (661 nm), laser biru (403 nm), dan laser inframerah Thorlabs (979 nm) dengan rapat energi laser hijau 21,033 J/cm, laser merah 20,178 J/cm², laser biru 21,162 J/cm², dan laser inframerah Thorlabs 21,162 J/cm². Hasil analisis statistik menunjukkan nilai signifikan (p<0,05) yang berarti bahwa terapi dengan aktivasi laser efektif untuk meningkatkan penetrasi kurkumin ke dalam kulit.
Penulis : Suryani Dyah Astuti, Amiliyatul Mawaddah
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://link.springer.com/article/10.1007/s10103-024-04020-3