Universitas Airlangga Official Website

Latihan Kegel Efektif Meningkatkan Fungsi Ereksi pada Klien Post Trans Urethral Resection of the Prostate

Sumber: dreamco

Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH) banyak terjadi pada laki-laki sekitar usia 50 tahun, dengan angka kejadian 40-50% pada usia 60 tahun dan 80% pada usia diatas 80 tahun, sehingga menyebabkan gangguan pada saluran urinaria bagian bawah. Kondisi tersebut ditandai pembentukan benjolan pada kelenjar prostat yang menekan uretra sehingga menyebabkan sumbatan. Penanganan BPH didasari oleh penyebab, tingkat keparahan obstruksi, dan kondisi klien. Sebanyak 12% klien membutuhkan tindakan pembedahan. Sampai saat ini Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP) masih merupakan standar baku untuk penatalaksanaan BPH karena sedikitnya komplikasi yang ditimbulkannya dan dapat mempersingkat hari rawat, sehingga TURP adalah pilihan pengobatan utama untuk BPH. Akan tetapi TURP dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti perdarahan pasca operasi, striktur uretra, inkontinensia urin, dan disfungsi ereksi. Penyebab disfungsi ereksi post TURP sangat multufaktorial, termasuk urinary sphincter insufficiency (USI), akibat luka pada sfingter dan inkontinensia terkait Bladder Disfungtion.

Disfungsi ereksi dapat terjadi pada 10-20% klien, yang disebabkan gejala iritatif atau ketidakstabilan otot kandung kemih akibat BPH yang lama. Disfungsi ereksi disebabkan trauma neurovaskular oleh arus listrik saat TURP, yaitu akibat trauma pada sensoris sfingter distal dari nervus dorsalis penis yang menyebabkan gangguan pada kontrol sfingter eksterna, sehingga komplikasi ikutan yang sering timbul setelah tindakan TURP saat pertama kali pelepasan selang kateter. Klien post TURP sering mengungkapkan keluhan mengalami penurunan fungsi ereksi. Disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk memuaskan kinerja seksual. Dua aspek utama ereksi adalah ereksi refleks dan ereksi psikogenik. Ereksi refleks dicapai dengan menyentuh penis secara langsung dan berada dibawah kendali saraf perifer dan tulang belakang. Ereksi psikogenik dicapai dengan rangsangan erotis atau emosional, dan menggunakan sistem limbik otak. Tingkatan keparahan disfungsi ereksi digambarkan dengan derajatnya ereksinya, apakah normal, ringan, sedang ataupun berat.

Klien yang mengalami disfungsi ereksi akan mengurangi interaksi sosial, aktivitas fisik, tingkat kesehatan yang buruk, gangguan emosional dan psikologis serta gangguan hubungan seksual. Disfungsi ereksi akan menimbulkan gangguan hubungan suami istri, apabila terjadi berkepanjangan akan menyebabkan harga diri rendah dan depresi. Penanganan disfungsi ereksi adalah dengan memberikan terapi farmakologis obat golongan spasmolitik saluran kemih yang mempunyai efek samping. Untuk meminimalkan efek samping obat tersebut, latihan kegel merupakan alternatif intervensi untuk mengatasi disfungsi ereksi post TURP. Latihan kegel akan menguatkan otot dasar panggul dan memperbaiki resistensi uretra, serta memperkuat otot pubococcygeal dan otot diafragma pelvis, sehingga sangat membantu ereksi dan meningkatkan kemampuan mengontrol ejakulasi. Selain itu, latihan kegel juga merupakan salah satu terapi pilihan yang mudah dilakukan secara mandiri, kapan saja, dimana saja dan relatif tanpa komplikasi. Banyak penelitian tentang latihan kegel, tetapi penelitian pada sampel laki-laki masih sedikit, serta adanya perbedaan anatomi urogenital laki-laki dan perempuan, maka diperlukan kajian lebih mendalam terkait pengaruh latihan kegel terhadap disfungsi ereksi pada klien post TURP.

Penelitian ini dilakukan pada 64 klien post TURP 1 minggu setelah kateter dilepas, yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu 32 klien kelompok intervensi dan 32 klien kelompok kontrol. Kelompok intervensi maupun kontrol mendapatkan. Pada kelompok intervensi selain diberikan tindakan perawatan sesuai prosedur rumah sakit juga diberikan intervensi tambahan latihan kegel. Setelah dilatih, klien melakukan secara mandiri melakukan latihan kegel sesuai jadwal latihan dengan pengawasan keluarga. Setelah mendapatkan intervensi selama 4 minggu, dilakukan pengukuran post-test menggunakan instrumen disfungsi ereksi yaitu International Index of Erectile Function-5 (IIEF-5).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan fungsi ereksi sebelum dan sesudah intervensi latihan kegel pada kelompok intervensi. Hasil analisis juga menunjukkan terdapat perbedaan skor fungsi ereksi antara kelompok intervensi dan kontrol setelah latihan kegel. Peningkatan skor fungsi ereksi setelah latihan kegel disebabkan adanya peningkatan kekuatan serta massa otot dasar panggul, memperlancar peredaran darah dan memperbaiki otot bulbocavernosus, sehingga dapat membuat ereksi penis keras, meningkatkan sirkulasi darah penis, meningkatkan stamina seksual, menambah volume dan intensitas ejakulasi serta meningkatkan aliran urinaria.

Kesimpulan penelitian ini adalah latihan kegel terbukti efektif meningkatkan fungsi ereksi pada klien post TURP. Implikasi hasil penelitian ini adalah latihan kegel dapat dijadikan sebagai intervensi pelengkap untuk mengurangi komplikasi akibat tindakan TURP.

Penulis : Joko Susanto, S.Kep., Ns., M.Kes.

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://ejournal.stikeskepanjen-pemkabmalang.ac.id/index.php/mesencephalon/article/view/274