Universitas Airlangga Official Website

Limbah Ampas Tebu Berpotensi sebagai Sumber Bahan Baku Selulosa Halal

Foto by Suara com

Kemandirian dalam penyediaan bahan baku farmasi merupakan isu strategis utama percepatan pengembangan industri farmasi dan industri bahan baku sediaan farmasi di Indonesia (Permenkes, 2013; Inpres, 2016). Sebanyak 90% bahan baku sediaan farmasi di Indonesia masih impor dari Cina (60%) dan India (30%) dengan nilai ekonomi kurang lebih 1.3 milyar USD. Nilai ekspor industri farmasi Indonesia kurang lebih Rp 2 trilliun dan nilai impor kurang lebih Rp 21 trilliun yang didominasi oleh impor bahan baku obat.

Belum terpenuhinya kebutuhan bahan baku sediaan farmasi secara mandiri berdampak pada terbatasnya kemampuan penyediaan obat dan produk farmasi. Permasalahan yang muncul berikutnya adalah impor obat maupun bahan baku sediaan farmasi sebagian besar berasal dari negara yang tidak memprioritaskan sertfikasi halal pada produknya seperti cina dan india. Hal ini berdampak terbatasnya penyediaan obat dan bahan baku yang tersertifikasi halal sesuai amanat UU jaminan produk halal nomor 33 tahun 2014. Produk halal yang dimaksud dalam undang-undang meliputi makanan, minuman, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, hasil rekayasa genetika, dan obat-obatan.  

Menurut Lembaga Pengkajian Pangan Obat dan Makanan Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), beberapa bahan dalam sediaan farmasi dan obat yang masuk dalam kategori bahan titik kritis halal antara lain pelarut alkohol, pengisi tablet, pengikat, bahan kapsul, emulsifier, stabilizer, pengental, sediaan gel dan sediaan lain yang dapat bersumber atau berasal dari gelatin yang 80% diekstrak dari babi (GMIA, 2012). Beberapa sumber bahan yang memiliki potensi dikembangkan sebagai bahan alternatif dengan fungsi tersebut antara lain rumput laut, karaginan, selulosa dan turunan selulosa, seperti metil selulosa, etil selulosa, ester selulosa, selulosa asetat, karboksi metil selulosa, mikro selulosa dan nanoselulosa.

Selulosa antara lain digunakan dalam industri farmasi baik industri obat, kosmetik, dan makanan minuman.  Selulosa dimanfaatkan sebagai bahan pengisi kapsul, disintegran dan binder pada tablet (Rowe et al., 2009). Selulosa tidak tersedia dalam bentuk murni di alam, melainkan dalam bentuk lignoselulosa yaitu suatu biomassa gabungan lignin, selulosa dan hemiselulosa (Mulyadi, 2019). Bahan utama sumber bahan baku farmasi selulosa adalah bahan alam yang mengandung selulosa seperti dinding sel tanaman, bakteri asam asetat, beberapa hewan (tunicate), beberapa alga dan juga oomycetes. Selulosa dapat diisolasi dari  jus limbah kulit nanas, serat mesocarp kelapa sawit, limbah kulit kentang, serat gula aren, tanaman sagu, residu pisang, Jerami gandum, ampas singkong, tandan kelapa sawit, siwalan dan ampas tebu.

Ampas tebu dipertimbangkan sebagai kandidat sumber selulosa karena jumlahnya melimpah dan merupakan limbah yang pemanfaatannya belum optimal. Ampas tebu merupakan residu dari industri gula dan penyedap rasa yang jumlah produksinya melimpah setiap tahun. Sebanyak 35 – 40% ampas tebu dapat diperoleh dari total berat tebu yang digiling. Ampas tebu adalah biomassa terutama tersusun dari lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin, sejumlah kecil abu dan beberapa bahan lain. Ampas tebu mengandung 40-50% selulosa  dan 25-35% hemiselulosa, lignin, beberapa mineral, lilin dan senyawa lain. Berdasarkan hal tersebut, ampas tebu direkomendasikan untuk dijadikan sumber selulosa.

Begum dkk. (2022) telah melakukan pendekatan berbasis asam untuk mengisolasi selulosa alami dari ampas tebu (Saccharum officinarum L.). Berbagai jenis asam anorganik dengan variasi konsentrasi telah diuji pengaruhnya terhadap karakteristik fisik dan sifat serbuk selulosa ampas tebu dari ampas tebu. Parameter optimal yang dijadikan tolok ukur antara lain jenis asam (nitrat, sulfat, atau asam hidroklorida), konsentrasi (masing-masing 3, 4, dan 5%), rasio asam terhadap ampas tebu, dan konsentrasi zat pemutih (hidrogen peroksida). Selulosa yang diisolasi dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer FTIR dan dianalisis dengan difraksi X-Ray. Sifat fisik dan sifat serbuk selulosa juga diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk proses isolasi adalah HNO3 4% dengan persentase rendemen 44,200 ± 0,004%. Rasio optimum asam : ampas tebu diperoleh pada 8 mL : 1 g, dan diputihkan dengan hidrogen peroksida 15%. Kondisi ini sangat membantu ketika akan dilakukan upscaling produksi sampai skala pilot dan industri atau komersial, walaupun masih perlu dioptimasi lebih lanjut. Warna dan bentuk serbuk selulosa yang diperoleh pada kondisi optimum telah sesuai dengan standar. Serbuk ampas tebu (6,6%) dan selulosa (6,27%) memiliki kadar air yang memenuhi persyaratan simplisia (10%). Spektra FTIR serbuk selulosa mirip dengan standar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bahan baku selulosa dari ampas tebu yang proses pembuatannya dikontrol titik kritis halalnya, sehingga dapat menghasilkan sediaan farmasi yang halal.  Berdasarkan tinjauan bahan baku, ampas tebu diperoleh dari limbah limbah home industry gula merah di Ngadiluwih kediri yang dijamin proses produksinya halal.

Penulis: Isnaeni

Artikel dapat diakses di:

Isolation and Characterization of Sugarcane (Saccharum officinarum L.) Bagasse Cellulose Hydrolyzed with Acid Variation

Begum Fauziyah, Mohammad Yuwono, Isnaeni, Nadhifatun Nahdhia, Fatimatus Sholihah

and concentrations influence the characteristics of sugarcane bagasse cellulose.

Tropical Journal of Natural Product Research. 2022. 6 (6): 856-862