Universitas Airlangga Official Website

Lokakarya LIPJPHKI, Kupas Strategi Meningkatkan Dampak Publikasi

Prof Ferry Efendi S Kep Ns MSc Ph D menjelaskan materi lokakarya kepada peserta (Dok: Panitia)
Prof Ferry Efendi S Kep Ns MSc Ph D menjelaskan materi lokakarya kepada peserta (Dok: Panitia)

UNAIR NEWS – Lembaga Inovasi, Pengembangan Jurnal, Penerbitan, dan Hak Kekayaan Intelektual (LIPJPHKI) Universitas Airlangga kembali menggelar Lokakarya Kupas Sitasi edisi Maret 2025. Acara ini berlangsung pada Selasa (25/3/2025) di Ruang Meeting AUP LIPJPHKI, Gedung LIPJPHKI Lt. 2, Kampus MERR-C UNAIR. Dosen dan mahasiswa dari berbagai fakultas hadir untuk mendalami strategi peningkatan sitasi dan memperkuat branding publikasi ilmiahnya.

Ketua LIPJPHKI, Prof H Hery Purnobasuki PhD, dalam sambutannya menekankan bahwa setelah sebuah paper berhasil terpublikasikan, tugas seorang akademisi belum selesai. Penting bagi penulis untuk mengenalkan publikasi mereka secara luas agar dapat meningkatkan sitasi dan H-index. Kedua hal tersebut merupakan indikator utama dalam menilai dampak penelitian seseorang. “Nilai H-index yang tinggi berperan dalam akreditasi institusi serta kenaikan jabatan akademik,” ungkapnya.

Lokakarya ini menghadirkan Prof Ferry Efendi S Kep Ns MSc Ph D, sebagai pembicara utama. Dalam paparannya, ia menjelaskan bahwa langkah pertama dalam mengelola sitasi adalah memastikan kualitas paper yang terpublikasi sesuai dengan kepakaran masing-masing penulis. Selain itu, pihaknya juga menguraikan berbagai alat ukur yang biasa ia gunakan dalam menilai dampak jurnal. Alat ukur tersebut seperti Scopus, Web of Science (WoS), Google Scholar, dan SINTA.

Mengukur Dampak Publikasi

Lebih lanjut, Prof Ferry menjelaskan bahwa ada tiga level utama dalam mengukur dampak publikasi. Pada level penulis, evaluasi dilakukan berdasarkan jumlah sitasi di berbagai indeks seperti Scopus dan Google Scholar, dengan metrik seperti H-index dan i-10 Index yang menunjukkan seberapa banyak karya seseorang dikutip oleh akademisi lain. Pada level artikel, mengukur dampak sitasi menggunakan Field-Weighted Citation Impact (FWCI), di mana standar global berada di angka 1. Jika nilai FWCI lebih rendah dari angka tersebut, berarti dampak sitasi masih kurang, sedangkan jika lebih tinggi, maka penelitian tersebut memiliki pengaruh yang lebih besar. Sementara itu, pada tingkat jurnal, pengaruh sebuah publikasi ilmiah dinilai berdasarkan Journal Impact Factor (JIF) yang menggambarkan seberapa sering jurnal tersebut dikutip dalam publikasi lain.

Prof H Hery Purnobasuki PhD memberi sambutan dalam lokakarya Kupas Sitasi di Gedung LIPJPHK, Selasa (25/03/2025) (Dok: Panitia)
Pentingnya Kolaborasi

Dalam sesi diskusi, Prof Ferry juga menyoroti pentingnya kolaborasi antar penulis untuk meningkatkan sitasi secara strategis. Salah satu caranya kolaborasi adalah dengan menjalin kerja sama dalam pengutipan artikel. Upaya tersebut tentu dengan tetap memperhatikan prinsip etika akademik seperti kebenaran, relevansi, dan proporsionalitas dalam sitasi.

Lebih lanjut, sesi praktik yang dipandu oleh Rifky Octavia Pradipta S Kep Ns M Kes menjadi bagian paling interaktif dalam lokakarya ini. Rifky mengajak para peserta secara langsung membuka akun Scopus dan menghitung H-index mereka.

Melalui lokakarya ini, LIPJPHKI UNAIR berharap para akademisi dapat lebih memahami bagaimana cara meningkatkan visibilitas publikasi mereka secara efektif dan etis. Dengan demikian, dampak penelitian tidak hanya terasa dalam lingkup akademik nasional saja. Dampaknya juga dapat berkontribusi secara global dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Penulis: Panca Ezza Aisal Saputra

Editor: Ragil Kukuh Imanto