Universitas Airlangga Official Website

Lolos Pendanaan, Tim PKM CARKA Sulap Limbah Cangkang Kerang Darah Jadi Cat Air

UNAIR NEWS Indonesia dikenal sebagai negara dengan hasil laut yang melimpah, termasuk kerang. Kerang merupakan komoditas yang paling banyak dimanfaatkan. Di satu sisi, hal tersebut justru menimbulkan limbah cangkang dalam jumlah yang besar.

Di kawasan Pantai Kenjeran, limbah cangkang kerang dapat mencapai satu truk per hari. Hal itu diperparah dengan kebiasaan masyarakat yang langsung membuang limbah cangkang kerang tanpa proses pengolahan. Akibatnya, terjadi penumpukan limbah di pesisir pantai yang memicu bau tak sedap dan merusak estetika.

Tim CARKA yang terdiri atas lima mahasiswa program studi Teknologi Hasil Perikanan menyadari adanya potensi dari pemanfaatan limbah tersebut. Mereka adalah Kamila Ulinnuha, Nia Nandasari, Silviya Izzani Meita Lestari, Aprillia Neyla Fauziah, dan Sanjati Nugroho.

Bersama dosen pendamping Dwi Yuli Pujiastuti S Pi M P Sc, mereka menyulap limbah cangkang kerang menjadi produk cat air yang ramah lingkungan. Berkat inovasi tersebut, tim yang diketuai oleh Kamila Ulinnuha itu berhasil lolos pendanaan PKM kategori Kewirausahaan atau PKM-K.

Cat Air Berbahan Dasar Cangkang Kerang Darah (CARKA) hadir sebagai terobosan terbaru produk cat air yang terbuat dari cangkang kerang. Memiliki tekstur padat, cat itu mampu diaplikasikan dengan mudah.

“Bahan-bahannya kurang lebih pewarna makanan, soda kue, cuka, tepung maizena, sirup jagung, dan natrium benzoat sebagai pengawet. Satu produk menyediakan 10 varian warna,” papar Kamila.

Salah satu kandungan dalam cangkang kerang, yaitu kapur. Cangkang kerang yang terbentuk dari kapur memiliki sifat silika seperti semen. Dua zat tersebut bersifat sebagai perekat dan pengikat. Sehingga memiliki kemampuan mengikat apabila dicampurkan dengan air. Itu sebabnya, cangkang kerang mampu mengikat zat air sekaligus warna layaknya cat air berbahan dasar kimia.

Perbedaan utamanya terletak pada bahan baku. Dibandingkan dengan cat air biasa yang menggunakan bahan kimia, CARKA menawarkan keunggulan dalam hal kelestarian lingkungan.

Proses produksinya tidak menghasilkan limbah lumpur cat yang mengandung kandungan kadmium (Cd), timbal (Pb), merkuri (Hg) yang berbahaya. Sebaliknya, CARKA justru turut mengurangi penumpukan limbah cangkang kerang.

“Meskipun limbah cangkang kerang banyak dimanfaatkan untuk barang kerajinan, minat terhadap produk tersebut masih rendah. Mengubahnya menjadi cat air merupakan solusi inovatif yang tepat,” imbuh Kamila.

Tim PKM Lolos Pendanaan Universitas Airlangga (UNAIR) CARKA Usung Inovasi Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang Darah Menjadi Cat Air. (Foto: dok pribadi)

CARKA merupakan langkah awal untuk memaksimalkan potensi sumber daya hasil perikanan Indonesia. Selain itu, produk tersebut tersebut menawarkan solusi berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah cangkang kerang menjadi produk bermanfaat.

Produk CARKA kini telah diperjualbelikan secara luas. Informasi terkait produk dapat diakses melalui akun Instagram @carka.indonesia.

“Saya berharap, CARKA akan menjadi salah satu produk ramah lingkungan yang mampu memberikan kontribusi besar dalam pembangunan berkelanjutan dengan turut memenuhi target SDGs. Terutama dalam hal pelestarian lingkungan dan pertumbuhan ekonomi,” pungkas Kamila.

Penulis: Diana Febrian Dika

Editor: Feri Fenoria

Baca Juga:

Tim PKM-RE Gagas Patch Nanoliposom dalam Upaya Penanganan Kanker Payudara