Universitas Airlangga Official Website

Madu dapat Menurukan Radikal Bebas dan Kematian Sel Testis Akibat Penyedap Masakan

Foto by Liputan6.com

Perkembangan gaya hidup manusia di era globalisasi telah menyebabkan perubahan yang signifikan dalam kebutuhan dan sarana pemenuhan gizi. Gaya hidup yang serba cepat menyebabkan masyarakat memilih makanan cepat saji sebagai alternatif yang cepat dan murah. Makanan siap saji menjadi pilihan karena rasanya yang gurih karena bahan tambahan yang ditambahkan untuk meningkatkan rasa, bahan tambahan yang paling umum adalah monosodium glutamat (MSG). Konsumsi MSG meningkat setiap tahun di Indonesia dari 1,53 g/kapita/hari pada tahun 1998 menjadi 9,62 g/kapita/hari pada tahun 2011. Perilaku konsumsi yang berlebihan ini dapat merusak sistem reproduksi karena produksi radikal bebas yang berlebihan yang selanjutnya menyebabkan kemandulan.

MSG dapat menyebabkan infertilitas karena aktivasi beberapa reseptor glutamatergik seperti reseptor glutamat metabotropik (mGluR), GluR ionotropik, dan N-metil D-aspartat reseptor (NMDAR). Aktivasi reseptor ini akan memulai pensinyalan fosfolipase C (PLC) karena aktivasi protein G dan meningkatkan kalsium intraseluler akan meningkatkan produksi spesies oksigen reaktif (ROS) di sinapsis neuron hipotalamus dan menyebabkan ablasi. Dampak ablasi akan mengganggu pensinyalan sumbu hipotalamus-hipofisis anterior-testis dan mengganggu produksi hormon reproduksi seperti follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Interstitial Cell Stimulating hormone (ICSH). Kerusakan sel Leydig juga disebabkan oleh produksi yang berlebihan ROS di tubulus dan menyebabkan sel berada dalam keadaan stres oksidatif, yang ditandai dengan peningkatan kadar malondialdehid (MDA) sebagai produk limbah lipid reaksi peroksidasi dan penurunan glutathione (GSH). Kerusakan yang disebabkan oleh ROS dapat dicegah dengan eksogen antioksidan karena memiliki kemampuan untuk mendonorkan ion hidrogen dan menetralkan ROS. Madu hutan Apis dorsata adalah madu multiflora yang dihasilkan dari beberapa bunga dan nektar. Ini memiliki kandungan antioksidan bioaktif yang lebih beragam daripada madu Apis mellifera, yang hanya dipanen dari satu bunga.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini membuktikan efek perlindungan madu Apis dorsata terhadap toksisitas testis kronis yang diinduksi monosodium glutamat (MSG) pada jumlah nekrosis sel Leydig dan kadar serum malondialdehid (MDA) pada mencit (Mus musculus). Dalam penelitian ini digunakan 25 ekor mencit jantan dan dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok kontrol yang terdiri dari kontrol negatif (C-) dan kontrol positif (C+). Kelompok C+ diberi MSG 4 mg/g berat badan (gBB) diikuti dengan akuades. Kelompok perlakuan terdiri kelompok perlakuan 1, perlakuan 2, dan perlakuan 3 dengan dosis madu A. dorsata masing-masing 53,82 mg/20 g, 107,64 mg/20 g, 161,46 mg/20 g per os (po), diikuti MSG 4 mg/g BB MSG melalui cekokan mulut (per os/p.o). Untuk analisis perbedaan antar kelompok digunakan uji one way ANOVA dan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p<0,05) pada jumlah nekrosis sel Leydig dan kadar MDA. Jumlah nekrosis sel Leydig dan kadar MDA tertinggi terdapat pada C+ dengan nilai 13,20 ± 2,05 sel dan 37,08 ± 9,17 mol/L dibandingkan dengan C-, sedangkan pada kelompok perlakuan, T3 menunjukkan nilai nekrosis sel Leydig dan kadar MDA terendah 4,64 ± 0,55 sel dan 14,22 ± 2,01 mol/L dibandingkan dengan kelompok C+. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa madu A. dorsata dapat menurunkan angka nekrosis sel Leydig dan kadar MDA mencit (Mus musculus) yang terpajan penyedap masakan (MSG).

Penulis: Epy Muhammad Luqman

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di

Nama jurnal: Turkish Journal of Pharmaceutical Sciences Link jurnal:  https://cms.galenos.com.tr/Uploads/Article_48672/TJPS-19-246-En.pdf