Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa UNAIR Ciptakan Scaffold Ramah Lingkungan untuk Luka Bakar

FOTO Tim Stemfold UNAIR yaitu Ryan Adi Taufiqurrahman, Bintang Muslimah, Ibnu Sadidan F.I, Rofi’uddin Abdillah P., dan Reza Adrio Farezi, di bawah bimbingan drh. Ratih Novita Praja M Si. (Foto: Istimewa)
FOTO Tim Stemfold UNAIR yaitu Ryan Adi Taufiqurrahman, Bintang Muslimah, Ibnu Sadidan F.I, Rofi’uddin Abdillah P., dan Reza Adrio Farezi, di bawah bimbingan drh. Ratih Novita Praja M Si. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Luka bakar derajat III menjadi salah satu tantangan terbesar dalam dunia medis modern. Cedera ini ditandai dengan kerusakan jaringan kulit yang sangat dalam, bahkan hingga mencapai otot dan tulang. Dampaknya sangat serius, mulai dari infeksi berat, gangguan sirkulasi, hingga disabilitas jangka panjang. 

Metode pengobatan konvensional, seperti salep antiseptik dan pencangkokan kulit, belum sepenuhnya efektif. Selain itu, metode tersebut sering kali menghadapi hambatan biaya, keterbatasan donor, serta proses penyembuhan yang lama.

Melihat urgensi tersebut, tim mahasiswa dari Universitas Airlangga (UNAIR) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2025 menghadirkan sebuah inovasi regeneratif berbasis teknologi bioscaffold dan stem cell. Karya ilmiah ini berjudul “Inovasi Bioscaffold Sekretom Stem Cell berbasis Ch-NP Teremediasi CUR-Zn untuk Regenerasi Luka Bakar Derajat III”, dan telah berhasil lolos pendanaan nasional PKM bidang Riset dan Eksakta (RE) dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

Ketua dari tim ini adalah Ryan Adi Taufiqurrahman, dengan anggota Bintang Muslimah, Ibnu Sadidan F.I, Rofi’uddin Abdillah P, dan Reza Adrio Farezi, di bawah bimbingan drh. Ratih Novita Praja M Si.

Ryan Adi menjelaskan Gagasan mereka berangkat dari pemanfaatan sekretom stem cell, yaitu senyawa bioaktif hasil sekresi sel punca yang terbukti memiliki kemampuan regeneratif tinggi melalui mekanisme parakrin. Namun, sekretom ini memerlukan medium penyangga (scaffold) yang mampu mempertahankan kestabilan dan efektivitas biologisnya.

“Kami ingin menciptakan scaffold yang tidak hanya mendukung pertumbuhan jaringan baru, tetapi juga mampu membawa molekul bioaktif agar bekerja lebih efisien dalam mempercepat penyembuhan luka,” ujarnya.

Untuk itu, tim menggunakan Polylactic Acid (PLA) sebagai scaffold utama polimer yang ramah lingkungan dan dapat terurai dalam tubuh. Scaffold ini diperkuat dengan nanopartikel kitosan (Ch-NP) untuk meningkatkan kekuatan strukturalnya. Lebih lanjut, scaffold diformulasikan bersama curcumin (senyawa aktif dari kunyit) yang memiliki sifat antiinflamasi dan antibakteri.

“Curcumin sangat potensial, tapi tantangannya adalah rendahnya kelarutan dan penyerapannya dalam tubuh. Maka dari itu, kami modifikasi dalam bentuk nano dan kombinasikan dengan ion Zinc (Zn),” jelasnya.

Ryan Adi menambahkan bahwa inovasi ini dirancang agar dapat diakses oleh banyak orang, terutama di daerah dengan keterbatasan sumber daya. “Kami ingin teknologi ini tidak hanya canggih, tapi juga benar-benar bisa bermanfaat oleh masyarakat,” ujarnya.

Dengan kombinasi sekretom, PLA-ChNP, curcumin, dan Zinc, bioscaffold itu harapannya menjadi solusi yang efektif, ekonomis, aman, dan ramah lingkungan. Inovasi ini juga mendukung pencapaian SDGs 3 dan SDGs 12. “Kami juga menargetkan material ini bisa diproduksi secara lokal dan massal tanpa ketergantungan bahan impor,” tutupnya.

Penulis : Dheva Yudistira Maulana

Editor : Khefti Al Mawalia