Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa UNAIR Mengusung Inovasi Micronedle Parem Patch untuk Pengobatan Arthritis

UNAIR NEWS – Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta UNAIR berhasil lolos tahap pendanaan dari Kemendikbud-Ristek RI. Tim ini beranggotakan Esa Erlang Samodra (FKH), Talitha Amelia Trixie (FK), Ditha Carolina Emmanuella (Farmasi), Jasa Dwi (FKH) dan Rahmat Santoso (FTMM).

Didampingi oleh ibu Edith Frederika Puruhito SKM MSc (MedSci) selaku dosen Fakultas Vokasi, program studi Pengobatan Tradisional UNAIR, tim ini mengusung gagasan inovasi sediaan Microoneedle Patch berbasis kitosan dengan menggunakan ekstrak lempuyang (Zingiber zerumbet) sebagai pengobatan untuk arthritis. Lempuyang dipilih karena mengandung zerumbone yang memiliki aktivitas antiinflamasi dengan menghambat faktor proiinflamasi TNF-alfa dan IL-1β.

“Ide inovasi ini berawal dari tingginya jumlah penderita penyakit arthritis yang menyebabkan keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari penderita. Selain itu, obat yang tersedia saat ini untuk arthritis seperti NSAID dan kortikosteroid memiliki efek samping yang cukup serius. Sehingga kami berharap produk yang kami buat ini dapat menjadi alternatif terapi bagi penyakit arthritis.” Tutur Esa selaku ketua tim pada wawancara Kamis (20/06/2024).

“Kami memilih inovasi sediaan microneedle sebagai bentuk moderen dari parem kocok sehingga lebih praktis dalam penggunaannya. Microneedle yang kami kembangkan juga tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga bisa meningkatkan kepatuhan penggunanya.” lanjut Esa.

Esa menjelaskan, proses formulasi sediaan merupakan salah satu tahapan yang cukup menguras waktu dalam proses riset ini. Butuh waktu yang cukup lama hingga Esa dan tim mendapat formula yang baik untuk sediaan microneedle parem patch yang mereka kembangkan. Proses uji in vivo yang cukup rumit juga menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam riset ini. Namun, hal tersebut tidak membuat tim ini patah semangat. Kerjasama tim dan bantuan dosen pembimbing membuat mereka dapat mengatasi tantangan tersebut.

Kedepannya, Esa dan tim berharap dapat mempresentasikan ide ini hingga ke ajang PIMNAS serta penelitian ini dapat menjadi referensi riset kedepannya serta dilanjutkan oleh pihak-pihak yang ingin memproduksi obat sejenis. “Kami sangat bersyukur bisa mendapat pendaanan dari kemendikbud-Ristek RI untuk melakukan riset ini. Tim kami akan berupaya dengan optimal

selama proses riset ini berlangsung, sehingga hasil riset kami nanti dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.” ucap Esa.