Universitas Airlangga Official Website

Manajemen Akut Pasien Cedera Kaustik dalam Pengaturan Sumber Daya Rendah

Ilustrasi by IDN Times

Caustic ingestion adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh konsumsi paparan racun secara sengaja atau tidak sengaja. Lebih dari 200.000 kasus dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat dan sekitar 10% adalah orang dewasa. Sementara itu, di Thailand, 19,5% kasus konsumsi kaustik dilaporkan. Namun, masih belum ada data spesifik mengenai jumlah konsumsi bahan kaustik di Indonesia. Data terbaru saat ini tersedia hanya pada anak-anak Indonesia. Oleh karena itu, kami tertarik untuk menyajikan kasus manajemen akut orang dewasa di Indonesia dengan konsumsi kaustik dalam pengaturan sumber daya rendah. Kami menyajikan laporan kasus menggunakan pedoman Laporan Kasus Bedah (SCARE) 2020.

Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan suatu kasus di salah satu jurnal internasional terkemuka, yaitu International Journal of Surgery Case Reports. Presentasi kasus yang didapat dalam jurnal yaitu Seorang laki-laki 58 tahun mengeluh nyeri saat menelan dan rasa terbakar di ulu hati. Sebelumnya pasien secara tidak sengaja menelan ±50 mL cairan metil etil keton peroksida (MEKP). Pasien langsung memuntahkan cairan berupa makanan, tidak disertai cairan berwarna merah atau coklat kehitaman. Setelah menelan bahan kimia tersebut, pasien mengaku langsung meminum air putih sebanyak 2 gelas. Pasien pergi ke rumah sakit terdekat sekitar 2 jam setelah menelan. Ketika dia tiba di rumah sakit kami, pasien memiliki tabung NG terpasang dan cairan berwarna coklat kehitaman keluar. Keluhan batuk, demam, sesak nafas disangkal. Pasien dirujuk ke rumah sakit kami setelah 12 jam menelan MEKP.

Pada hari ke-2, pasien mengeluh nyeri menelan dan nyeri ulu hati. Tidak ada batuk atau sesak nafas, tidak ditemukan cairan aktif berwarna coklat pada NGT. Rontgen abdomen yang dilakukan 6 jam pascaendoskopi tidak menunjukkan tanda perforasi. Pada hari ke-3 pasien diberikan air bersih secara bertahap melalui selang NG mulai 10 cm3/6 jam. Pada hari ke-13, pasien tidak memiliki keluhan kesulitan menelan dan nyeri perut serta dapat mengkonsumsi makanan lunak secara oral. Pasien pulang dan diberikan Omeprazole 2×20 mg. Pasien disarankan untuk pergi ke poliklinik gastro untuk mengevaluasi komplikasi lebih lanjut.

Penatalaksanaan cedera kaustik adalah mengenali komplikasi akut dan melakukan resusitasi segera dan evaluasi tingkat kerusakan. Selain stabilisasi hemodinamik, kontrol jalan napas sangat penting karena edema laring sering terjadi akibat cedera korosif. Pemberian inhibitor pompa proton intravena dapat mempercepat penyembuhan mukosa lambung. Penggunaan antibiotik spektrum luas dianjurkan untuk mengurangi kejadian sepsis, mengingat salah satu komplikasinya adalah perforasi saluran cerna yang memudahkan terjadinya infeksi. Pemasangan pipa nasogastrik tidak dianjurkan sebelum endoskopi, karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih luas. Pemasangan pipa nasogastrik dilakukan bersamaan dengan endoskopi untuk memberikan jalur nutrisi enteral yang paten, dan dapat berfungsi sebagai stent untuk menjaga integritas luminal dan mengurangi pembentukan striktur pada saluran cerna.

Agen penetral (asam atau basa lemah) saat ini tidak diberikan karena kekhawatiran bahwa cedera termal tambahan dapat terjadi karena reaksi zat yang tidak diketahui. Bilas lambung dan muntah dikontraindikasikan setelah menelan zat korosif, karena menyebabkan cedera lebih lanjut pada saluran pencernaan bagian atas. Cairan oral harus dihindari setelah menelan bahan korosif karena dapat menimbulkan risiko perforasi gastrointestinal.

Kesimpulan yang didapatkan dalam kasus ini adalah Seorang pria 58 tahun telah dilaporkan dengan konsumsi kaustik. Pasien mengalami komplikasi akut berupa hematemesis akibat luka bakar lambung. Pasien menjalani endoskopi segera, dan cedera lambung Zargar Grade-IV dicatat. Pasien dirawat secara konservatif. Dia diberi nutrisi, penghambat pompa proton, antibiotik, dan terapi suportif lainnya selama perawatan. Pasien dalam kondisi stabil dan dipulangkan pada hari ke-13 perawatan.

Penulis: Ulfa Kholili

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada link artikel berikut :

https://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S2210261222001171?token=A555F83E06F1CBBB2CFCB7C69D9434392406921CAAC30A1769A910489AF5D5F38D46B289A953D9D67ED9C8EFDE8EDED2&originRegion=eu-west-1&originCreation=20220304054319