Universitas Airlangga Official Website

Manajemen Perioperatif untuk Pembedahan Darurat pada Pasien Anak dengan COVID-19

Foto by CNBC Indonesia

Pandemi COVID-19 telah muncul di Indonesia pada Januari 2020; pada akhir tahun 2021, dilaporkan sekitar empat juta kasus COVID-19 dengan 150.000 kematian. Penyebaran virus sindrom pernapasan akut coronavirus tipe 2 (SARS-CoV-2) memengaruhi penyediaan layanan bedah pediatrik darurat dan elektif secara global. Laporan resmi menyatakan bahwa kasus pada anak-anak1,8–14,5% dari kasus global, yang merupakan kasus tertinggi di antara remaja yang lebih tua dan dewasa muda dengan kematian kasus 0,1–0,4% atau sekitar 72.000–58.000 kasus di Indonesia saja. Karena tingginya jumlah pasien anak selama pandemi COVID-19, yang tidak terlihat selama pandemi flu sebelumnya, beberapa pasien bedah anak sangat mungkin terinfeksi virus selama periode pra operasi mereka. Selain itu, pasien anak tidak menunjukkan gejala dan tanpa sadar dapat menularkan virus ke orang lain, termasuk petugas kesehatan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif multicenter yang melibatkan 8 Rumah Sakit milik pemerintah. Enam pusat tersebut adalah Rumah Sakit rujukan dan pendidikan nasional, satu adalah Rumah Sakit rujukan dan pendidikan provinsi, dan satu adalah Rumah Sakit khusus ibu dan anak rujukan provinsi. Semua Rumah Sakit tersebut adalah pusat rujukan COVID-19. Data dikumpulkan dari registrasi Indonesian Pediatric Surgery (I-PASS) dari tanggal 1 Mei 2020 sampai dengan 31 Desember 2020, dengan batasan usia subjek adalah 18 tahun. Kasus COVID-19 yang dikonfirmasi atau positif didefinisikan ketika tes swab hidung atau nasofaring positif untuk sindrom pernapasan akut parah coronavirus tipe 2 (SARS-CoV-2) menggunakan tes RT-PCR.

Dari 7791 pasien anak dalam daftar, 84 subjek yang cocok dengan kriteria pencarian kasus dengan dugaan COVID-19 selama periode pra operasi dimasukkan. Sebelas kasus dikeluarkan karena sembilan tidak memiliki hasil RT-PCR, dan dua memiliki catatan anestesi dan bedah yang tidak lengkap. Sebagian besar kasus suspek berasal dari Pulau Jawa (91,8%), dengan pusat di Jawa Timur melaporkan kasus terbanyak (n=28 kasus), dan kedua ibukota, Jakarta. Sebagian besar kasus dikelola menggunakan anestesi umum (90,4%), dan pasien diintubasi (80,8%). Penggunaan laringoskop video mencapai 40%, dan 28,8% intubasi dilakukan menggunakan protokol urutan cepat. Hasil RT-PCR tersedia dalam 24 jam pada 50,6% kasus, dan 61,6% pasien dilakukan di ruang operasi negative.

Studi ini mencatat 24 kasus konfirmasi COVID-19 pada periode pra operasi dengan insiden 0,3% (24 pasien/ 7791 kasus bedah anak). Sebagian besar kasus adalah perempuan (58,3%), lebih dari 12 tahun (37,5%) dan tanpa gejala (62,5%). Tes antibodi positif untuk SARS-CoV-2 ditemukan pada 50% kasus, dan sebagian besar pencitraan radiologis normal (70,8%). Secara klinis, 33,3% pasien membutuhkan suplementasi oksigen, dengan saturasi terendah tercatat (92-98%) sebesar 58,3%, dan 12,5% pasien membutuhkan ventilasi mekanis. Pembedahan laparotomi pediatrik umum adalah jenis prosedur pembedahan yang paling umum (33,3%), dan sebagian besar prosedur adalah pembedahan darurat atau mendesak (50%; 33,3%). Sebagian besar pasien dipulangkan ke bangsal rawat inap COVID-19, dengan rata-rata lama rawat inap 12 ±13,3 hari.

Perbandingan dibuat antara dua kelompok pasien: pasien dengan hasil positif SARS-CoV-2 (dikonfirmasi) dan pasien dengan hasil negatif SARS-CoV-2 (dibuang). Lebih banyak pasien dalam kelompok negatif memiliki lebih banyak pneumonia pada pemeriksaan radiologis dada (29,2% vs 69,4%), lebih banyak kebutuhan oksigen (33,3% vs 61,2%), saturasi lebih rendah (58,3% vs 85,7%), lebih masuk ke ICU (29,2% vs 57,1%) dan kematian yang lebih tinggi (8,3% vs 24,5%).

Studi multisenter ini merupakan yang pertama menggambarkan prevalensi COVID-19 pediatrik di antara pasien bedah anak umum di negara berpenghasilan menengah kebawah (Low-Middle-Income Country/LMIC), yang akan relevan dengan ahli bedah dan ahli anestesi di LMIC lain, terutama dalam hal mengurangi kemungkinan munculnya penyakit lain di masa depan. Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Meskipun penelitian ini merupakan studi multisenter, peneliti belum mampu memasukkan semua rumah sakit rujukan COVID-19 di Indonesia. Kedua, ada kemungkinan bias dalam entri data; karenanya, tidak semua pasien bedah anak dengan atau tanpa suspek COVID-19 dimasukkan dalam database. Ketiga, ada kemungkinan ada pasien yang dioperasikan di rumah sakit swasta, yang berada di luar cakupan makalah ini. Oleh karena itu, insiden 0,3% dari penelitian ini pada pasien bedah anak dengan COVID-19 tidak dapat digeneralisasi.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu insiden COVID-19 pada pasien bedah anak di bawah, dan sebagian besar pasien tidak menunjukkan gejala. Penyediaan pengujian antigen di tempat perawatan yang cepat dengan spesifisitas dan sensitivitas tinggi untuk skrining perioperatif untuk operasi darurat sangat penting selama pandemi.

Penulis: Dr. Arie Utariani, dr., SpAn., KAP

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.dovepress.com/perioperative-management-for-emergency-surgery-in-pediatric-patients-w-peer-reviewed-fulltext-article-OAEM

Giwangkancana G, Oktaliansah E, Ramlan AAW, Utariani A, Kurniyanta P, Arifin H, et al. Perioperative Management for Emergency Surgery in Pediatric Patients with COVID-19: Retrospective Observational Study. Open Access Emerg Med. 2022;14(September):515–24.