Universitas Airlangga Official Website

Manfaat Dexmedetomidine untuk Pembiusan pada Operasi Kanker

Operasi adalah salah satu terapi utama untuk penyakit kanker. Namun, meskipun pada umumnya operasi pengangkatan kanker telah dilakukan secara menyeluruh, beberapa jaringan sisa keganasan mungkin masih ada. Selama operasi, beberapa sel kanker dapat dilepaskan ke dalam aliran darah dan menyebabkan kanker menyebar ke organ lain. Stres akibat pembedahan dapat mengaktifkan sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal dan sistem saraf simpatis. Sistem ini dapat menyebabkan penurunan kekebalan sel yang meningkatkan kemungkinan kekambuhan kanker. Terdapat beberapa jenis pembiusan yang digunakan pada operasi, antara lain bius umum, regional, dan lokal. Pembiusan umum sering digunakan sebagai modalitas anestesi utama pada operasi kanker. Akan tetapi, beberapa agen anestesi umum yang mudah menguap, seperti isofluran dan sevoflurane dapat meningkatkan beberapa faktor yang memicu perkembangan dan penyebaran sel kanker. Selain itu, pilihan agen lain seperti opioid juga dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tumor dengan mengaktifkan faktor transkripsi. Terlebih lagi dengan sifatnya sebagai imunomodulator, opioid juga berpotensi meningkatkan risiko kekambuhan kanker.

Pembiusan regional merupakan alternatif yang relatif lebih aman digunakan pada operasi kanker dibandingkan dengan pembiusan umum. Pembiusan regional secara efektif dapat menurunkan respons stres neuroendokrin terhadap pembedahan dengan mengendalikan rasa sakit atau menghalangi aktivitas simpatis, menurunkan kadar katekolamin, dan meminimalkan imunosupresi. Mekanisme anestesi regional lainnya yang tampaknya memberikan efek perlindungan terhadap pertumbuhan dan penyebaran tumor adalah membunuh sel kanker secara langsung, aktivasi kematian sel, penghambatan pertumbuhan-migrasi-invasi sel kanker, modulasi ekspresi gen, serta peningkatan jumlah sel imun. Pembiusan regional juga mampu meningkatkan waktu mobilisasi, mempersingkat waktu keluar dari rumah sakit, mengurangi dosis total opioid dan menghambat kekambuhan kanker. Dalam pembiusan regional, lamanya durasi pembiusan sangat penting. Salah satu cara untuk memperpanjang durasi pembiusan adalah penambahan bahan ajuvan. Dexmedetomidine merupakan agonis adrenoseptor α-2 yang dapat digunakan sebagai ajuvan analgesik yang bermanfaat. Dexmedetomidine memiliki banyak efek hambatan persarafan, yaitu pada tulang belakang, supraspinal, ganglionik, dan perifer. Selain itu, karena memiliki sifat anti muntah, dexmedetomidine dikaitkan dengan penurunan kejadian mual dan muntah pasca operasi, sehingga menunjukkan potensi manfaatnya dalam perawatan pasca operasi kanker.

Beberapa uji coba terkontrol secara acak tentang penggunaan dexmedetomidine sebagai bahan ajuvan pembiusan untuk operasi kanker telah dilakukan pada beberapa studi, namun masih menjadi perdebatan karena hasil yang bertentangan. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian berupa tinjauan sistematis dan meta-analisis untuk mengevaluasi manfaat dan keamanan dexmedetomidine untuk pembiusan pada operasi kanker.

Pada penelitian ini, kami mendapatkan sebanyak 20 artikel penelitian dengan total 617 pasien yang menerima pembiusan regional trunkal dikombinasikan dengan dexmedetomidine dan 616 subjek pada kelompok kontrol dengan dosis dexmedetomidine yang berkisar antara 0,5 μg/kg hingga 2 μg/kg. Dalam operasi kanker payudara, penggunaan dexmedetomidine kami dapatkan mampu mengurangi total konsumsi morfin dalam 24 jam dan mengurangi kebutuhan penyelamatan oleh morfin. Dalam operasi kanker perut, kami juga menemukan bahwa kelompok dexmedetomidine memiliki total konsumsi sufentanil yang lebih rendah. Dari sisi keamanan, kami menemukan bahwa sejauh ini tidak ada penelitian menggunakan dexmedetomidine yang melaporkan efek samping serius.

Sejak diperkenalkannya dexmedetomidine sebagai anestesi tambahan, penggunaan agen pembiusan lain seperti opioid, anestesi inhalasi, dan anestesi intravena telah menurun secara signifikan. Obat ini mampu mengurangi kebutuhan opioid tanpa meningkatkan kejadian efek samping dari opioid, khususnya depresi pernafasan. Dalam penelitian kami, dexmedetomidine terbukti mengurangi jumlah opioid yang dibutuhkan selama berbagai jenis operasi kanker dan menurunkan skor nyeri pada 6 jam setelah operasi. Selain itu, pemberian dexmedetomidine mengurangi gejala mual dan muntah yang sering terjadi pasca operasi. Walaupun demikian, kejadian tekanan darah rendah dan irama jantung lemah secara angka lebih tinggi pada kelompok dexmedetomidine dibandingkan kelompok kontrol, meskipun tidak mencapai tingkat signifikansi statistik. Mekanisme kerja dexmedetomidine pada blok saraf perifer antara lain mempertahankan hiperpolarisasi sel dengan menghambat potensial aksi melalui saluran kalium serta mempertahankan depolarisasi sel. Dexmedetomidine mampu memperpanjang blok saraf melalui sejumlah proses, termasuk hambatan langsung pada saraf, pelemahan neurotoksisitas akibat anestesi lokal, pengurangan aliran darah lokal, dan penyempitan pembuluh darah lokal pada tingkat tulang belakang dan supraspinal.

Selain itu, dexmedetomidine sebagai tambahan anti nyeri lokal juga dapat mengurangi peradangan dan kerusakan jaringan sekitar saraf yang disebabkan oleh anestesi lokal. Selama operasi kanker lambung, kelompok yang menerima dexmedetomidine intravena menggunakan lebih sedikit propofol dan remifentanil dibandingkan kelompok kontrol. Selain operasi kanker, infus dexmedetomidine secara terus menerus telah terbukti menurunkan penggunaan opioid secara keseluruhan dalam bedah tulang dibandingkan dengan kelompok midazolam. Kelompok yang diberikan dexmedetomidine juga menerima  dosis opioid 62,06% lebih sedikit dibandingkan kelompok yang diberikan midazolam. Selain opioid, dexmedetomidine juga telah terbukti mengurangi kebutuhan berbagai antinyeri, contohnya parasetamol, flurbiprofen, dan ketorolak.

Secara keseluruhan, penelitian kami menyoroti manfaat dari penggunaan dexmedetomidine sebagai bahan ajuvan pada pembiusan saraf untuk operasi kanker, antara lain dapat mengurangi penggunaan antinyeri, memperpanjang pembiusan, mempercepat waktu perawatan pasien di rumah sakit, serta meningkatkan skor kepuasan pasien. Pada perawatan pasca operasi, dexmedetomidine juga dapat menurunkan skor nyeri dan kejadian mual-muntah. Namun demikian, penelitian ini menemukan bahwa kejadian tekanan darah rendah dan irama jantung lemah lebih tinggi pada kelompok dexmedetomidine dibandingkan dengan kelompok kontrol. Meskipun tidak mencapai signifikansi statistik terhadap, pemantauan cermat dalam jangka panjang diperlukan untuk memastikan aspek keamanan dari dexmedetomidine. Secara umum, penelitian kami menyimpulkan bahwa dexmedetomidine merupakan agen pembiusan ajuvan yang efektif dan aman diberikan pada operasi kanker.

Penulis: Citrawati Dyah Kencono Wungu, Dosen Fakultas Kedokteran Unair

Artikel Ilmiah Populer ini diambil dari artikel dengan judul: Dexmedetomidine as an Adjuvant to Nerve Block for Cancer Surgery: A Systematic Review and Meta-Analysis yang dimuat pada jurnal ilmiah Journal of Clinical Medicine vol 13 tahun 2024.

Link artikel asli dapat dilihat pada: https://www.mdpi.com/2077-0383/13/11/3166 Â