Kubis adalah sayuran yang banyak dikonsumsi yang dikenal memiliki manfaat kesehatan karena kaya nutrisi dan fitokimia, terutama senyawa fenolik, yang diketahui memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan yang kuat. Kubis atau dikenal juga sebagai kubis kol (Brassica oleracea) memiliki potensi sebagai antiinflamasi. Kubis adalah bagian dari keluarga tanaman Brassicaceae yang juga mencakup brokoli, kembang kol, kubis Brussels, dan kubis lainnya. Tanaman-tanaman ini mengandung senyawa-senyawa yang dapat memiliki sifat antiinflamasi, terutama senyawa yang dikenal sebagai glukosinolat.
Beberapa mekanisme di mana kubis dapat memiliki efek antiinflamasi adalah sebagai berikut:
1. Senyawa Glukosinolat: Kubis mengandung glukosinolat, yang dapat diubah menjadi senyawa lain seperti indol-3-karbinol (I3C) dan sulforafan. Sulforafan, khususnya, yang telah diteliti karena potensi antiinflamasi dan kemampuannya mengatur jalur-jalur inflamasi dalam tubuh.
2. Antioksidan: Kubis juga mengandung antioksidan seperti vitamin C dan vitamin K, yang dapat membantu melawan radikal bebas dan mengurangi peradangan.
3. Serat: Kubis mengandung serat diet, yang dapat membantu mengatur respons inflamasi dalam tubuh melalui pengaruhnya terhadap mikrobiota usus.
Selain itu, penting untuk diingat bahwa efek antiinflamasi ini akan lebih efektif jika kubis dimasukkan dalam pola makan sehat secara keseluruhan. Diet yang kaya akan berbagai jenis sayuran dan buah-buahan yang mengandung antioksidan dan senyawa antiinflamasi dapat berperan dalam mengurangi risiko peradangan kronis dan berbagai penyakit yang terkait dengan proses inflamasi.
Daun kubis mengandung vitamin K1 dalam jumlah tinggi, serta nutrisi lainnya. Ini juga mengandung bahan kimia yang mungkin membantu mencegah kanker dan membantu penyembuhan luka. Menurut Hartland Institute: “Kubis kaya akan vitamin C dan glutamin, asam amino kristal yang memiliki sifat antiinflamasi. Pemberian tapal kubis dapat mengurangi peradangan pada persendian dan meningkatkan sirkulasi lokal, mengurangi kemacetan limfatik.
Nidya Tsania, Willy Sandhika dan Sawitri telah meneliti efek ekstrak kubis pada penyembuhan luka. Pada penelitian ini terbukti bahwa pemberian ekstrak kubis dapat menurunkan inflamasi yang terjadi akibat adanya luka. Hal ini disebabkan oleh adanya efek antiinflamasi yang dimiliki oleh daun kubis. Efek antiinflamasi ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah pembuluh darah kapiler dan sel makrofag pada jaringan granulasi yang terbentuk pada luka. Menurunnya inflamasi pada pemberian ekstrak kubis juga disebabkan oleh efek antioksidan yang terkandung dalam daun kubis. Adanya efek antioksidan menyebabkan berkurangnya radikal bebas yang pada akhirnya menyebabkan berkurangnya inflamasi. Menurunnya infamasi pada pemberian ekstrak kubis akan memfasilitasi penyembuhan luka. Dengan berkurangnya inflamasi, luka akan menjadi lebih cepat sembuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kubis dapat membantu mempercepat penyembuhan luka. Daun kubis merupakan daun yang mudah diperoleh dan sering digunakan dalam makanan sehari-hari, akan tetapi manfaat konsumsi daun kubis masih belum disadari sepenuhnya. Dengan mengkonsumsi kubis, kita mendapat banyak manfaat dari kandungan anti oksidan, vitamin C dan vitamin K yang terkandung di dalamnya.
Penulis: Dr. Willy Sandhika, dr., M.Si, SpPA(K)
Link artikel jurnal: https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/39922