Obesitas saat ini menjadi permasalahan global. Data WHO menunjukkan bahwa terdapat 2,5 miliar orang dewasa mengalami kelebihan berat badan dan lebih dari 890 juta orang dewasa yang mengalami obesitas pada tahun 2022. Saat ini, obesitas diketahui tidak hanya menyebabkan berbagai gangguan kesehatan tetapi juga dapat mempercepat penuaan yang dikenal dengan penuaan dini. Penuaan sejatinya akan dialami oleh setiap individu, tetapi dengan adanya kelebihan berat badan, maka penuaan ini diduga akan terjadi lebih cepat.
Penuaan ini sendiri dapat ditandai oleh berbagai macam parameter seperti pemeliharaan dan stabilitas genom. Salah satu faktor yang mampu menjaga stabilitas genom adalah telomer karena bisa melindungi DNA dari kerusakan. Sayangnya seiring pertambahan usia, telomer ini semakin pendek dan semakin tidak mampu menjaga stabilitas genom yang bisa memicu penuaan. Telomer dapat diregulasi oleh ekspresi gen hTERT yang bisa menghambat penuaan melalui pengaruhnya terhadap gen FOXO3a.
Obesitas dan penuaan dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya pola makan. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa dengan meregulasi pola makan, penuaan dapat dihambat melalui mekanisme seluler dan molekuler. Salah satu pola makan yang direkomendasikan untuk menghambat penuaan dini adalah puasa periodik, di mana seseorang harus berpuasa dalam jangka waktu tertentu (1-21 hari), atau lebih lama. Jenis puasa ini sering dilakukan di banyak agama dan digunakan sebagai intervensi medis untuk penyakit metabolik, seperti obesitas. Penelitian sebelumnya telah menjelaskan bahwa puasa periodik selama 4 – 21 hari terbukti aman dan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, serta dapat menurunkan fenotip penuaan dan obesitas.
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh puasa periodik selama 10 hari terhadap ekspresi longevity gen, khususnya ekspresi FOXO3a dan hTERT pada laki-laki dewasa muda dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Sebanyak 36 partisipan di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi yang menerima perlakuan puasa periodik selama 12 jam selama sepuluh hari. Sedangkan partisipan pada kelompok kontrol dapat makan setiap hari seperti biasanya. Ekspresi longevity gen yaitu FOXO3a dan hTERT dianalisis dengan Quantitative real time (qPCR) pada saat pretes dan postest. Hasil yang diperoleh lalu dianalisis statistik menggunakan Uji t berpasangan/uji Wilcoxon, uji T independen/uji Mann-Whitney U, dan uji Korelasi Spearman.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa puasa periodik selama 10 hari dapat meningkatkan ekspresi hTERT secara signifikan pada kelompok perlakuan, meskipun tidak ditemukan peningkatan signifikan pada ekspresi FOXO3a. Hasil tersebut juga ditunjang dengan perbaikan tanda vital, antropometri dan komposisi tubuh. Hasil tersebut menunjukan bahwa puasa periodik selama 10 hari dapat menjadi salah satu metode yang menjanjikan untuk mencegah penuaan dini akibat obesitas dengan mengatur ekspresi longevity gen serta memperbaiki tanda vital, antropometri dan komposisi tubuh.
Ditulis oleh: Nurma Yuliayanasari dan Purwo Sri Rejeki
Link: https://www.mdpi.com/2072-6643/16/18/3112
Baca juga: Obesitas dan Hipertensi pada Remaja: Apa yang Perlu Diketahui?