Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi kesehatan mental secara global dan menyebabkan depresi, kecemasan, serta stres. Hal ini dapat disebabkan oleh pembatasan sosial, lockdown, hilangnya nyawa orang-orang terdekat, dan peralihan fokus pemerintah pada pengendalian COVID-19. Kehidupan sosial telah bergeser dari luring menjadi daring sebagai bagian dari adaptasi selama pandemi. Media sosial dan berbagai sarana daring menjadi bagian penting untuk interaksi dan aktivitas selama pandemi. Sayangnya, penggunaan berbagai sarana digital ini dapat menjadi pisau bermata dua yang justru dapat berdampak merugikan bagi kesehatan mental dan emosional. Studi yang dilakukan oleh Liu (2021) menunjukkan bahwa sekitar 20-30% populasi dunia mengalami depresi, kecemasan, dan insomnia terkait stres selama pandemi COVID-19. Angka kejadian depresi dan kecemasan juga diketahui lebih tinggi di Asia dibandingkan dengan negara lain. Seiring dengan peningkatan jumlah stres dan gangguan kesehatan mental selama pandemi, berbagai intervensi mulai dikembangkan untuk mengatasi permasalahan ini.
Terapi mindfulness atau mindfulness-based intervention (MBI) telah diketahui dapat menurunkan berbagai gejala psikologis, meliputi depresi, kecemasan, stress, insomnia, adiksi, psikosis, dan gangguan stres pasca trauma. Mindfulness sendiri adalah momen kesadaran saat dimana kita berlatih membawa perhatian penuh untuk apa pun yang kita lakukan pada saat itu. Intervensi ini bekerja dengan cara melibatkan partisipan untuk mengamati pemikiran batin atau perasaan yang berhubungan dengan penerimaan terhadap pengalaman hidupnya. Penggunaan MBI ini dapat memberikan pemahaman lebih dalam pada partisipan terkait pemikiran dan emosinya tanpa memberikan penghakiman. Praktek mindfulness berasal dari meditasi timur dan pertama kali diterapkan dalam pengobatan barat untuk terapi nyeri kronis pada tahun 1982 oleh Jon Kabat-Zinn. Hingga sekarang, praktek MBI telah dimodifikasi menjadi beberapa cara, antara lain Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR), Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT), Dialectical Behaviour Therapy (DBT), dan Acceptance and Commitment Therapy (ACT). Dari beberapa program tersebut, yang paling sering diadopsi adalah MBSR dan MBCT yang terdiri dari 8 minggu sesi mindfulness dan 1 hari istirahat.
Selama pandemi COVID-19, terapi tatap muka telah sangat dibatasi karena karantina, lockdown, dan pembatasan sosial. Sebagai alternatifnya, banyak platform daring yang dapat digunakan untuk melakukan terapi, termasuk dalam terapi kesehatan mental. Terdapat beberapa keuntungan terapi kesehatan mental yang dilakukan secara daring dibandingkan luring/tradisional, antara lain: (1) mudah diakses; (2) cocok dilakukan pada berbagai kondisi tanpa terlalu mengganggu kesibukan seseorang; (3) tidak perlu keterlibatan langsung terapis yang ahli; dan (4) waktunya lebih fleksibel. Mindfulness secara daring juga lebih hemat biaya daripada luring. Saat ini juga telah terdapat berbagai macam aplikasi online terkait mindfulness yang ada dalam smartphone dan dapat diunduh oleh siapa saja.
Studi yang kami lakukan bertujuan untuk menganalisis efek terapi mindfulness secara daring untuk meningkatkan kiesehatan mental, terutama terkait depresi, kecemasan, dan stres. Kami memfokuskan 2 jenis MBI tersering (MBCT dan MBSR) yang dilakukan selama pandemi. Melalui pengumpulan literatur secara sistematik dan meta analisis, kami menemukan 8 studi klinis yang melibatkan 868 partisipan terkait topik ini. Kami menemukan bahwa tingkat kepatuhan partisipan terhadap terapi mindfulness daring sebanyak 94%. Terapi mindfulness daring memiliki pengaruh secara signifikan dalam menurunkan terjadinya depresi, kecemasan, dan stres. Hal ini menunjukkan bahwa terapi mindfulness secara daring menunjukkan manfaat yang menjanjikan dalam mengatasi permasalahan kesehatan mental yang mungkin sekali terjadi selama pandemi. Terapi ini juga memiliki manfaat lain dari sisi murahnya biaya dan kemudahan akses yang dapat dijangkau oleh semua kalangan. Terapi mindfulness daring juga terbukti bermanfaat dalam jangka cukup panjang jika dilihat dari follow up partisipan. Melihat besarnya manfaat terapi ini, penggunaan MBI daring ke depannya juga diharapkan dapat diadopsi oleh model psikoterapi lainnya sehingga dapat mengatasi berbagai isu kesehatan mental dalam lingkup yang lebih luas.
Penulis: Citrawati Dyah Kencono Wungu
Dosen Fakultas Kedokteran Unair
Artikel Ilmiah Populer ini diambil dari artikel dengan judul: Effectiveness of online mindfulness-based interventions in improving mental health during the COVID-19 pandemic: A systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials yang dimuat pada jurnal ilmiah PLoS ONE (Public Library of Science) vol 17 nomor 9 tahun 2022
Link artikel asli dapat dilihat pada: https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0274177