UNAIR NEWS – Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menggelar kuliah umum kepemimpinan pada Sabtu (30/09/2023). Kegiatan itu berlangsung di Ruang Majapahit Lantai 5, Gedung ASEEC Tower, Kampus Dharmawangsa-B UNAIR.
Kegiatan ini menghadirkan Dr H Soekarwo SH MHum selaku anggota dewan pertimbangan presiden republik Indonesia dengan mengusung tema Ketahanan Pangan Menuju Indonesia Maju Tahun 2045.
Undang-undang no. 18 tahun 2012 tentang pangan menjelaskan bahwa kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan. Adapun ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai perseorangan.
Saat ini, Indonesia belum mencapai kedaulatan pangan karena masih berusaha memperkuat ketahanan pangan. “Indonesia saat ini masih mencapai tahap ketahanan pangan,” ujar Soekarwo.
Menurutnya, saat ini Indonesia sudah mengalami perbaikan dalam indeks 60,2 peringkat 63 dari 113 negara dan peringkat 4 di ASEAN. “Indonesia sekarang berada di posisi nomor 4, setelah Singapura, Malaysia, dan Vietnam,” ucapnya.
Di Indonesia proses tata kelola kebijakan pangan Indonesia memiliki beberapa badan, seperti Badan Pangan Nasional, Bulog, BUMN, dan Kementerian. Fungsi dari lembaga ini adalah untuk merencanakan kebutuhan-kebutuhan pangan.
Berdasarkan Peraturan Presiden no. 66 tahun 2021, Badan Pangan Nasional bertanggung jawab atas 9 jenis pangan di Indonesia seperti beras, jagung, kedelai, gula, bawang, daging, telur unggas, daging unggas, dan cabai.
Adapun Bulog memiliki dua tugas utama, yakni memberikan beras bagi keluarga penerima manfaat dan stabilisasi pasokan dan harga pangan. “Saat ini posisi stok beras Bulog mencapai 1.723.135 ton per 22 September 2023,” ujar mantan Gubernur Provinsi Jawa Timur itu.
Soekarwo menyebut masalah yakni berkaitan dengan proyeksi produksi nasional. Rata-rata konsumsi beras per bulan di Indonesia tinggi, sehingga dibutuhkan stok untuk menutupi kekurangan.
Oleh karena itu, produktivitas komoditas pangan perlu didorong melalui berbagai inovasi. Tidak hanya mendorong produksi namun juga efisiensi biaya agroinput agar dapat meningkatkan kesejahteraan produsen seperti petani dan peternak.
Salah satu inovasi dalam peningkatan produksi beras adalah dengan pertanian ramah lingkungan berkelanjutan (PRLB).
“Inovasi bisa dilakukan dengan penggunaan pupuk organik dan pemberian bantuan alat mesin pertanian, seperti di Ngawi,” imbuhnya.
Selain itu, solusi untuk ketahanan pangan beras juga dibagi menjadi dua yaitu on farm dan off farm. On farm berkaitan dengan adanya jaminan kepastian tersedianya sarana produksi, sedangkan off farm berkaitan dengan perubahan peran bulog menjadi offtaker untuk dibiayai APBN dan larangan oleh WTO terhadap Bulog dilakukan negosiasi.
Penulis: Lady Khairunnisa Adiyani
Editor: Khefti Al Mawalia