Prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) telah lama menjadi bagian dari perusahaan praktik bisnis. Namun, konsep tersebut masih memiliki keragaman baik dari segi penggunaan maupun aplikasi. CSR dianggap bertentangan dengan praktik bisnis yang sehat dan mengurangi fokus pada penciptaan kekayaan untuk skeptis. Di sisi lain, CSR dipertimbangkan penting dalam operasi bisnis yang sukses dan merupakan peluang bagi bisnis untuk berpikir tentang pengembalian ekonomi dan mempertimbangkan kepedulian sosial yang lebih luas. Terlepas dari kontroversi keberadaan CSR penelitian terkait CSR masih perlu dikembangkan lebih jauh.
Sebelumnya, banyak penelitian yang menganalisis hubungan antara maskulinitas wajah CEO mengenai perusahaan. Bukti tambahan masih diperlukan untuk penelitian terkait pengungkapan perusahaan dengan melibatkan atribut psikologis dengan menganalisis hubungan antara maskulinitas dan CSR penyingkapan. Oleh sebab itu bukti lain diharapkan dapat menambah pemahaman tentang bagaimana biologi atribut pemimpin dengan fitur wajah maskulin mempengaruhi hasil dalam konteks tata kelola. Jika sebelumnya sinyal ekonomi mempengaruhi persepsi karena berkorelasi dengan penting dan atribut yang sulit untuk diamati maka sinyal biologis dapat mempengaruhi persepsi dengan cara yang berbeda. Sinyal biologis diyakini berkorelasi dengan individu atribut sepanjang sejarah evolusi.
Mohammad Nasih, Nadia Anridho, Nadia Klarita Rahayu dan John Nowland melalui penelitiannya ingin mengumpulkan bukti apakah maskulinitas wajah CEO berhubungan dengan tingkat CSRD perusahaan, khususnya di Indonesia. Dalam penelitiannya menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Indonesia dari 2011 hingga 2019. Analisis dilakukan dengan Ordinary Least Square (OLS), Coarsened Exact Matching (CEM), dan Propensity Score Matching (PSM).
Studi tersebut menemukan bahwa maskulinitas CEO berhubungan negatif dengan CSRD. Berdasarkan hal tersebut Hasilnya mendukung bukti bahwa rasio tinggi badan dapat dikaitkan secara positif dengan kelompok perilaku maskulin. Temuan ini kuat untuk beberapa tes sensitivitas masalah endogenitas, khususnya CEM dan PSM. Lebih lanjut, bukti kuat tentang efek negatif dari maskulinitas CEO pada CSRD juga ditemukan pada di kedua subsampel perusahaan dengan pertumbuhan rendah dan tinggi. Perusahaan dengan CEO yang lebih maskulin berhubungan negatif dengan CSRD pada perusahaan dengan teknologi intensitas rendah.
Penulis : Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CA
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://www.scopus.com/record/display.uri?eid=2-s2.0-85142930896&origin=resultslist&sort=plf-f&src=s&st1=nasih&st2=muhammad&nlo=1&nlr=20&nls=count-f&sid=0ba4c7edbddd235cfde8d54f4d721dd9&sot=anl&sdt=aut&sl=36&s=AU-ID%28%22Nasih%2c+Mohammad%22+57209289256%29&relpos=8&citeCnt=0&searchTerm=