Universitas Airlangga Official Website

Media Sosial dan Peran Perpustakaan di Masa Pandemi COVID-19

Foto oleh Forest History Society

Perpustakaan merupakan salah satu instansi yang terkena dampak pandemi COVID-19. Dampak tersebut bisa dilihat pada perubahan pola pelayanan dan kegiatan operasional. Selama pandemi, kegiatan operasional perpustakaan secara fisik harus dihentikan dan dialihkan melalui pelayanan digital. Perubahan tersebut menggunakan media sosial sebagai alat untuk melakukan transformasi. Atas dasar itulah media sosial menjadi ‘senjata’ ampuh bagi pimpinan dan pengelola perpustakaan untuk tetap survive menghadapi pandemi COVID-19. Penggunaan media sosial sebagai alat transformasi perpustakaan rupanya sejalan dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah selama masa pandemi. Melalui website resmi https://COVID19.go/id/ dan akun media sosial official yang sudah terverifikasi, pemerintah menyebarluaskan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat khususnya seputar kesehatan dan COVID-19.

Perubahan pola pelayanan dan kegiatan operasional perpustakaan dilandasi oleh adanya perubahan perilaku masyarakat dalam mengakses sumber informasi khususnya selama masa pandemi COVID-19. Berdasarkan pengumpulan data, sebanyak 52% dari 148 responden mengaku bahwa internet merupakan sarana yang dipakai untuk mencari informasi seputar COVID-19. Para survivor lebih memilih internet untuk memenuhi kebutuhan informasi karena aksesnya yang mudah tanpa harus keluar rumah. Hal tersebut menunjukkan bahwa selama pandemi COVID-19, masyarakat lebih banyak bertumpu pada internet melalui media sosial seperti twitter, instagram, facebook, dan youtube untuk menemukan informasi yang aktual dan sesuai dengan kebutuhan. Terlepas informasi tersebut valid sesuai fakta dan data, atau hoax.

Validitas dan akurasi informasi yang diakses merupakan hal yang jarang diperhatikan oleh masyarakat. Fenomena tersebut bisa terjadi karena pada masa pandemi masyarakat dipenuhi oleh ketakutan oleh adanya virus yang belum pernah ditemukan sebelumnya, dan kondisi yang penuh dengan ketidakpastian mendorong masyarakat untuk menemukan update informasi terbaru yang bisa membantu menjawab segala jenis pertanyaan yang muncul dalam benak masyarakat. Mencermati studi kasus tersebut, perpustakaan bisa mengambil celah untuk hadir dan menunjukkan peranannya kepada masyarakat. Beredar luasnya berita yang tidak valid alias hoax di internet selama masa pandemi menjadi salah satu rumusan bahwa masyarakat membutuhkan informasi yang otentik. Pada momen itulah, perpustakaan bisa menjadi agen yang menyediakan sumber informasi autentik.

Kebutuhan masyarakat akan sumber informasi yang otentik bisa dipenuhi oleh perpustakaan dengan memanfaatkan media sosial sebagai alatnya. Sebagaimana hal tersebut telah dilakukan oleh Perpustakaan Kota Probolinggo. Perpustakaan umum tersebut secara aktif dan konsisten membuat konten di media sosial mengenai sebaran pasien positif COVID-19 yang ada di kluster Probolinggo. Tidak hanya itu, perpustakaan tersebut juga mengunggah informasi mengenai lokasi vaksinasi yang update dan terpercaya. Apa yang dilakukan oleh perpustakaan umum di Kota Probolinggo tersebut mengindikasikan bahwa perpustakaan telah berperan aktif dalam upaya edukasi kepada masyarakat, mengingat pada masa pandemi, ada sebanyak 48,6% dari 148 responden mengatakan bahwa informasi mengenai pengobatan dan pemulihan COVID-19 merupakan hal yang sangat dibutuhkan. Sisanya, yakni sebanyak 27,7% dari 148 responden membutuhkan informasi tentang virus dan perkembangan COVID-19.

Pada masa pandemi COVID-19 sebagian perpustakaan umum di Jawa Timur telah memanfaatkan media sosial yang dimiliki untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Website merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menyebar luaskan informasi dan promosi. Selain itu, ada juga facebook, line, dan instagram yang digunakan oleh perpustakaan sebagai media promosi dan berbagi informasi baik yang berkaitan dengan layanan maupun informasi seputar pandemi COVID-19. Berdasarkan temuan data yang berhasil dihimpun, perpustakaan menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi yang efektif antara perpustakaan dan pengguna selama masa pandemi, karena pada masa pandemi, kegiatan operasional dan layanan perpustakaan terhambat. Hal tersebut telah dilakukan oleh Perpustakaan Kota Malang yang memanfaatkan media sosial berupa WhatsApp untuk memberikan layanan reservasi kepada pemustaka.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa media sosial merupakan senjata utama yang bisa dimanfaatkan oleh perpustakaan untuk memberikan layanan dan melakukan kegiatan operasional selama pandemi COVID-19. Hal tersebut sejalan dengan hasil temuan data di lapangan yang menemukan bahwa sebanyak 80,4% dari 148 responden tidak mengalami kendala apapun dalam memenuhi kebutuhan informasi selama masa pandemi khususnya melalui media sosial. Masyarakat tidak memiliki kendala yang krusial untuk mengakses informasi, hanya saja yang menjadi kendala ialah agen yang bisa menyaring kebenaran informasi yang diakses. Gap itulah yang bisa dimanfaatkan oleh perpustakaan untuk hadir sebagai agen yang menyebarluaskan informasi yang valid dan update kepada masyarakat agar terhindar dari berita bohong atau hoax selama masa pandemi COVID-19.

Penulis: Dessy Harisanty, S.Sos., M.A.

Link: https://e-journal.unair.ac.id/MKP/article/view/31333