Universitas Airlangga Official Website

Melihat Transformasi Sektor Pariwisata

Foto by ANTARA News

Resesi ekonomi merupakan kondisi memburuknya perekonomian suatu negara yang dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pengangguran yang semakin meningkat, ketidakstabilan pasar keuangan. Saat resesi pertumbuhan ekonomi bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut atau lebih. Ada beberapa faktor pemicu terjadinya resesi seperti, pandemi Covid-19 meskipun kini telah mereda namun ketika Covid-19 meluas pada tahun 2020 hingga awal tahun ini mengakibatkan ativitas ekonomi global menurun. Saat pandemi berlangsung setiap negara memiliki kebijakan pembatasan aktivitas. Hal ini yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi secara global mengalami kotraksi. Lalu, perang berlangsung sejak bulan Februari lalu, telah menghilangkan Produk Domestik Bruto (PDB) global hingga USD 2,8 triliun. Krisis pada sektor pangan merupakan dampak dari perang Rusia – Ukraina, yang akhirnya mengakselerasi laju inflasi. Tingginya tingkat inflasi menurut laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2022 menunjukkan, Internasional Monetary Fund (IMF) memproyeksikan laju inflasi global mencapai 8,8% pada 2022 dan akan menurunn pada tahun 2023 yaitu mejadi 6,5%. Menurut Bank Indonesia inflasi pada Indonesia diproyeksika menurun dan kembali pada sasaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024. Beberapa negara sudah menarik insentif moneter dan fiskalnya sebagai upaya mengatasi risiko dari inflasi yang terus meningkat. Dan juga kenaikan suku bunga acuan.

Penjelasan singkat diatas dapat menunjukkan ancaman resesi ekonomi pada tahun 2023 dapat memberikan dampak pada sektor pariwisata, terutama pasca pandemi. Pada saat terjadi resesi masyarakat akan lebih berhati-hati dalam pengeluaran. Hal ini akan mengakibatkan penurunan minat untuk liburan, ditambah pasca pandemi beberapa masyarakat masih sangat selektif terhadap kebersihan dan kesehatan. Kekhawatiran masyarakat pada kebersihan dan kesehatan saat berlibur dapat mengakibatkan masyarakat akan enggan untuk berwisata. Dengan adanya ancaman tersebut bisnis di sektor pariwisata, seperti hotel, restoran, dan agen perjalanan, bisa menghadapi tekanan finansial. Namun untuk bertahan dalam kondisi tersebut sektor pariwisata masih memiliki potensi peluang untuk bangkit dengan menggunakan strategi pemasaran yang efektif dan efisien. Para pemangku kepentingan pariwisata dapat menggunakan strategi promo dan memberikan pengalaman berlibur dengan budget terjangkau namun tetap memperhatikan kebersihan dan kesehatan.

Dengan potensi pasar Indonesia yang memiliki 280 juta penduduk dengan mayoritas usia muda menjadi salah satu faktor penting dalam pertumbuhan sektor pariwisata. Generasi muda cenderung untuk mencari pengalaman dan petualangan, termasuk dalam memilih pada bidang pariwisata. Pariwisata dalam negeri dapat menjadi potejsi yang sangat besar dengan destinasi lokal dapat menjadi daya tarik wisatawan domestik. Pada saat ini generasi muda tertarik pada eksplorasi bidang kuliner dan budaya, dengan mengembangkan dan dikemas seperti acara lokal dan budaya dapat menjadi salah satu daya tarik yang kuat. Generasi lebih muda lebih senang menggunakan teknologi. Penerapan teknologi dan inovasi dalam sektor pariwisata seperti aplikasi perjalanan, virtual reality, dan pengalaman digital lainnya yang dapat meningkatkan daya tarik destinasi. Tidak bisa dipungkiri sosial media juga berpengaruh terhadap peningkatan daya tarik wisata. Destinasi yang menunjukkan visual menarik dan “instagramable” dapat menjad eksposur yang signifikan melalui platform ini. Oleh karena itu, meskipun resesi memberikan tantangan terhadap sektor pariwisata, namun masih ada peluang untuk mengembangkan produk pada pariwisata yang sapat menarik bagi segmen pasar dengan usia yang lebih muda. Sektor pariwisata dapat mengoptimalkan potensi ini dengan berkolaborasi atau bekerjasama dengan pihak terkait, mengikuti tren yang digemari anak muda, dan lebih memahami preferensi generasi muda untuk menciptakan sebuah pengalaman wisata yang lebih menarik bagi para domestik generasi muda Indonesia

Dalam konteks tahun politik 2024, akan terjadi perubahan pemerintahan dan dapat membawa dampak besar terhadap kebijakan, ekonomi, dan dinamika sosial. Bagaimana pemerintah menangani dampak resesi dan mendukung pemulihan sektor pariwisata pasca pandemmi dapat menjadi isu penting saat kampanye dan pemilihan. Pada saat tahun politik 2024 akan menghadapi sejumlah tantangan seperti, perubahan kebijakan pariwisata yang mungkin saja akan mengalami perubahan. Selain itu, fluktuasi nilai mata uang nasional selama tahun politik dapat mempengaruhi daya beli wisatawan mancanegara dan memberikan tantangan bagi destinasi wisatawa yang sangat bergantung pada wisatawan mancanegara. Sangat penting bagi industri pariwisata untuk dapat beradaptasi dengan dinamika politik dan mengambil langkahlangkah untuk meningkatkan daya tarik wisata.

Pemerintah dapat bekerja sama dengan pemangku kepentingan pada sektor pariwisata, termasuk pelaku bisnis dan komunitas lokal untuk merancang kebijakan yang dapat mendukup pemulihan ekonomi dan pertumbuhan sektor pariwisata. Dengan memancfaatkan potensi pasar yang besar pada generasi muda, Indonesia masih bisa menjadi tujuan libuaran karena memiliki destinasi pariwisata yang menarik meskipun ditengah tantangan ekonomi.

Penulis: Kalingga Wenna F (Mahasiswa S2 PSDM UNAIR)