Universitas Airlangga Official Website

Membangun Keberlanjutan Lingkungan di Tunisia

Ilsutrasi Tunisia (*)

Perubahan iklim menjadi tantangan global yang memerlukan solusi segera. Tunisia, sebagai salah satu negara di Afrika Utara, berupaya mengurangi dampak lingkungan dengan mengembangkan sektor keuangan, meningkatkan penggunaan energi terbarukan, dan mengelola industri pariwisata secara berkelanjutan. Penelitian terbaru menyoroti bagaimana ketiga faktor ini memengaruhi emisi karbon dioksida (CO2) di Tunisia dari tahun 1988 hingga 2021.

Tunisia memiliki berbagai tantangan lingkungan, seperti polusi udara akibat industrialisasi, meningkatnya permintaan energi, serta degradasi lingkungan akibat aktivitas ekonomi yang tidak ramah lingkungan. Dengan meningkatnya kesadaran global terhadap keberlanjutan, Tunisia perlu mengadopsi kebijakan yang lebih ramah lingkungan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi tidak terjadi dengan mengorbankan lingkungan.

Keuangan Berkelanjutan dan Perlindungan Lingkungan 

Perkembangan sektor keuangan di Tunisia berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon melalui investasi pada teknologi ramah lingkungan dan energi terbarukan. Dengan meningkatnya akses keuangan, bisnis dapat beralih ke praktik yang lebih berkelanjutan, seperti efisiensi energi dan kontrol polusi. Studi menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1% dalam pengembangan keuangan dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 1,29% dalam jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa sistem keuangan yang berkembang dapat menjadi katalis utama dalam mitigasi perubahan iklim.

Selain itu, Tunisia telah mengadopsi prinsip-prinsip keuangan hijau dalam sistem perbankan dan investasi. Bank-bank di Tunisia mulai menawarkan produk keuangan yang mendukung proyek energi bersih dan efisiensi energi. Dengan demikian, semakin banyak perusahaan yang mampu membiayai transisi menuju praktik bisnis yang lebih ramah lingkungan. Namun, tantangan utama dalam implementasi keuangan hijau adalah kurangnya regulasi yang jelas dan insentif yang cukup bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam proyek ramah lingkungan.

Energi Terbarukan: Solusi untuk Polusi 

Energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, memiliki peran penting dalam mengurangi jejak karbon Tunisia. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa peningkatan 1% dalam penggunaan energi terbarukan dapat menurunkan emisi CO2 sebesar 0,8% dalam jangka panjang dan 0,57% dalam jangka pendek. Tunisia telah mengadopsi strategi transisi energi yang bertujuan mengurangi konsumsi energi primer hingga 30% dan meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran listriknya hingga 35% pada tahun 2030.

Namun, meskipun potensi energi terbarukan di Tunisia cukup besar, tantangan dalam penerapan teknologi hijau masih ada. Investasi dalam infrastruktur energi terbarukan masih kurang, terutama dalam skala yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan nasional. Selain itu, birokrasi dan regulasi yang belum sepenuhnya mendukung memperlambat perkembangan proyek-proyek energi bersih.

Salah satu contoh sukses dari penggunaan energi terbarukan di Tunisia adalah proyek tenaga surya di gurun selatan negara tersebut, yang berpotensi menghasilkan listrik dalam jumlah besar untuk konsumsi domestik maupun ekspor. Jika Tunisia dapat mengatasi hambatan investasi dan regulasi, negara ini memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin energi terbarukan di kawasan Afrika Utara.

Dampak Pariwisata terhadap Keberlanjutan Lingkungan 

Pariwisata merupakan pilar ekonomi Tunisia yang menyumbang 7% terhadap PDB dan menyediakan lebih dari 280.000 lapangan kerja. Namun, industri ini juga berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon jika tidak dikelola dengan baik. Studi ini menemukan bahwa kenaikan 1% dalam jumlah wisatawan berkorelasi dengan peningkatan emisi CO2 sebesar 0,18%. Oleh karena itu, kebijakan pariwisata yang lebih hijau, seperti promosi ekowisata dan penggunaan energi terbarukan di sektor perhotelan, sangat diperlukan.

Peningkatan aktivitas pariwisata sering kali menyebabkan peningkatan konsumsi energi, air, dan produksi limbah. Pariwisata yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan eksploitasi sumber daya alam, peningkatan limbah plastik, serta degradasi ekosistem pantai dan laut. Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah Tunisia telah mengembangkan berbagai program ekowisata yang mendorong wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat yang menerapkan prinsip konservasi alam.

Selain itu, beberapa hotel dan resor di Tunisia mulai beralih ke model bisnis yang lebih ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, meningkatkan efisiensi energi, dan menggunakan energi terbarukan. Namun, implementasi yang lebih luas masih diperlukan, terutama di destinasi wisata utama seperti Djerba dan Hammamet.

Kesimpulan 

Tunisia memiliki peluang besar untuk mencapai keberlanjutan lingkungan melalui penguatan sektor keuangan, investasi dalam energi terbarukan, dan pengelolaan pariwisata yang lebih hijau. Dengan menerapkan kebijakan yang mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan dan regulasi yang lebih ketat dalam sektor industri dan pariwisata, negara ini dapat mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Langkah-langkah seperti memperkuat regulasi keuangan hijau, meningkatkan investasi dalam energi terbarukan, serta mengembangkan pariwisata berkelanjutan menjadi elemen penting dalam transisi menuju ekonomi hijau. Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan juga perlu ditingkatkan untuk memastikan partisipasi aktif dalam upaya perlindungan lingkungan. Jika strategi ini diterapkan secara efektif, Tunisia dapat menjadi contoh bagi negara-negara berkembang lainnya dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tanpa merusak lingkungan. Dengan kombinasi kebijakan yang tepat, investasi yang berkelanjutan, dan partisipasi masyarakat, Tunisia dapat memenuhi target iklim global dan menciptakan masa depan yang lebih hijau untuk generasi mendatang.

Penulis: Dr. Miguel Angel Esquivias Padilla, M.SE.

Link Doi: https://doi.org/10.1007/s43621-025-00896-5