Universitas Airlangga Official Website

Membran Dialisis untuk Gagal Ginjal Akut

Ilustrasi by Kompas Health

Teknologi membran berkembang pesat. Pada awal penggunaan teknologi ini, membran banyak diterapkan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang fisika dan kimia teoritis, bukan untuk komersial. Melalui pertimbangan kemanfaat teknologi, para peneliti mulai mengembangkan aplikasi membran untuk kelangsungan hidup manusia. Salah satu penerapannya yakni pengobatan penyakit ginjal yaitu hemodialisis (HD) melalui prinsip cuci darah, dimana membran berperan sebagai ginjal buatan. Hemodialisis tidak dimaksudkan untuk menyembuhkan pasien tetapi untuk memperpanjang hidup pasien dalam kondisi akut dan kronis. Gagal ginjal akut (AKI) dan gagal ginjal kronis akut (ACKF) adalah kondisi ketika pasien mengalami perubahan kualitas darah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh akumulasi racun.

Perawatan dialisis untuk pasien AKI diantaranya adalah melalui intermitten hemodialysis (IHD) dan continuous renal replacement therapy (CRRT). Fokus utama perawatan dialisis pada AKI adalah membuang kelebihan air dan limbah. IHD digunakan dalam waktu singkat (3–4 jam), sedangkan CRRT dilakukan terus menerus (24 jam) selama beberapa hari. CRRT berlaku untuk pasien kritis yang memiliki status katabolik yang berbeda, sindrom inflamasi sistemik dengan atau tanpa sepsis, dan kegagalan organ lainnya. CRRT tidak menyebabkan variasi mendadak dalam pembuangan cairan atau osmolalitas, memastikan pembersihan zat terlarut yang baik dan toleransi hemodinamik yang lebih baik karena laju aliran cairan yang lebih lambat.

Ginjal merupakan organ vital untuk membersihkan cairan tubuh dari limbah asam, organik, dan metabolisme melalui serangkaian tahapan produksi urin yang meliputi pembersihan air dan toksin. Gagal ginjal merupakan salah satu masalah kesehatan yang signifikan dari penduduk dunia yang menderita penyakit ini. Hal ini mengacu pada ketidakmampuan ginjal untuk melakukan tugas-tugas penting mereka yakni menghilangkan produk limbah dari metabolisme tubuh (yaitu, urea, kreatinin, dan kelebihan air) dan menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Hal ini umumnya disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti penyakit (yaitu, diabetes, hipertensi) dan cedera yang menyebabkan sepsis atau sindrom respon inflamasi sistemik. AKI adalah penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu 48 jam, yang ditunjukkan dengan peningkatan konsentrasi kreatinin dalam serum sama atau lebih dari 0,3 mg/dL, peningkatan persentase kreatinin sama atau lebih dari 50%, atau penurunan urin yang diekskresikan kurang dari 0,5 mL/kg per jam selama lebih dari 6 jam. AKI dapat dideteksi dengan gejala seperti pucat, leukonikia, edema paru, peningkatan tekanan darah, edema perifer, efusi pleura, kelelahan, nyeri pinggang, anoreksia, gatal, mual, muntah, dan hematuria. Oleh karena itu, penderita AKI harus segera mendapat penanganan dari dokter agar tetap hidup. Hemofiltrasi (HF), hemodialisis (HD), dan hemodiafiltrasi (HDF) adalah beberapa pilihan pengobatan untuk kondisi gagal ginjal kronis seperti AKI dan ACKF. Pemilihan membran dialisis sangat penting untuk mencapai pengobatan yang memadai. Pasien harus dinilai dari segi kualitas darah dan jumlah toksin uremik yang ada sebelum melakukan tahapan HD. Kegagalan untuk memilih membran dialisis yang sesuai dapat menyebabkan efek buruk dan memperburuk kondisi pasien.

Pemilihan membran dialisis yang tidak tepat dan cara dialisis akan mengakibatkan tidak adekuatnya pembersihan darah, yang akan sangat merugikan pasien AKI dan dapat menyebabkan kematian. Prioritas utama memilih membran dialisis harus didasarkan pada kapasitasnya untuk menghilangkan kelompok molekul yang ditargetkan sesuai dengan profil klinis individu jika dibandingkan dengan biaya pengobatan, sehingga proses pembersihan darah yang efisien dapat dicapai. Sebuah membran fluks rendah, misalnya, cukup untuk menghilangkan molekul kecil yang larut dalam air dalam jangka waktu yang lama untuk pasien sepsis dengan kondisi hemodinamik yang tidak stabil. Dalam konsentrasi tinggi molekul menengah dalam darah, membran fluks tinggi diperlukan. Membran fluks tinggi lebih fleksibel karena dapat digunakan dalam mode HD, HF, dan HDF.

Di sisi lain, membran adsorptif telah dikembangkan untuk meningkatkan pembuangan racun uremik yang terikat protein dan berbagai jenis molekul, termasuk sitokin dan endotoksin, melalui difusi dan adsorpsi. Sebagai alternatif, pengobatan hemoperfusi menggunakan kartrid sorben dilakukan untuk menghilangkan racun-racun yang susah untuk dibersihkan karena efisiensinya yang lebih tinggi dibandingkan dengan HD. Penghapusan sitokin dan endotoksin dari darah, baik dengan membran adsorptif atau adsorben, sangat bermanfaat dalam meningkatkan luaran klinis pasien sepsis dengan AKI. Dalam beberapa kasus, integrasi hemoperfusi dan HD dilakukan untuk menghilangkan semua jenis racun uremik secara sistematis sekaligus.

Penulis: Yanuardi Raharjo, Ph.D.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.mdpi.com/2077-0375/12/3/325

Yanuardi Raharjo, Muhammad Nidzhom Zainol Abidin, Ahmad Fauzi Ismail, Mochamad Zakki Fahmi, Saiful, Muthia Elma, Djoko Santoso, Hamizah Haula’ dan Ahlan Riwahyu Habibi

Membran Dialisis untuk Gagal Ginjal Akut, Membranes 2022, 12(3), 325.

https://doi.org/10.3390/membranes12030325