Penelitian ini mengembangkan studi sebelumnya tentang Model CAPM (Capital Asset Pricing Model) yang dilakukan oleh Fama dan French (2018) serta Foye dan Valentinčič (2020). Mereka menghitung CAPM dengan menggunakan premi pasar, faktor kapitalisasi pasar (SMB), rasio buku-ke-pasar (HML), profitabilitas operasional, investasi, dan momentum. Penelitian saat ini memperluas studi sebelumnya dengan menambahkan modal intelektual ke dalam model CAPM. Isu menarik dalam penelitian ini adalah temuan penelitian sebelumnya tentang variabel modal intelektual tambahan dalam CAPM. Penambahan aset tak berwujud ini memiliki kemampuan eksplanasi dan prediksi dalam strategi ukuran dan nilai untuk memprediksi pengembalian. Namun, penelitian saat ini berbeda dari penelitian sebelumnya karena menambahkan modal intelektual ke dalam model CAPM enam faktor. Kesenjangan penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa penelitian sebelumnya tentang CAPM memperoleh hasil yang bervariasi. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang saling bertentangan sehingga penelitian saat ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana model CAPM enam faktor ditambah modal intelektual dapat memengaruhi CAPM. Penelitian ini menjawab kesenjangan penelitian dengan memasukkan modal intelektual tambahan sebagai salah satu faktor dalam CAPM dengan tujuan mendedusikan model hubungan modal intelektual. Modal intelektual didasarkan pada teori pandangan berbasis sumber daya yang menyatakan bahwa perusahaan dengan banyak aset tak berwujud memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dan modal intelektual terkait dengan pengambilan keputusan investasi.
Six Factor Plus Intellectual Capital
Penelitian ini menjelaskan pengukuran modal intelektual dengan lebih rinci dengan mengadopsi data tentang modal intelektual, seperti modal manusia, modal pelanggan, modal inovasi, dan modal prosedur, untuk mengukur pengaruh setiap komponen berita modal intelektual terhadap pengembalian saham perusahaan dan untuk menguji reaksi yang berbeda terhadap setiap komponen modal intelektual. Pengukuran modal intelektual dalam CAPM yang digunakan oleh penelitian ini adalah proksi koefisien tambahan nilai intelektual yang dimodifikasi (M-VAIC). Perhitungan dengan M-VAIC dapat menunjukkan kemampuan modal intelektual dalam menciptakan nilai Perusahaan. Keunikan dari penelitian ini terkait dengan evaluasi berdasarkan perkembangan pasar dengan menguji faktor-faktor potensial dalam model penetapan harga aset yang menambahkan variabel modal intelektual sebagai aset tak berwujud. Variabel-variabel ini memiliki kemampuan eksplanasi dan prediksi dalam strategi ukuran dan nilai untuk memprediksi pengembalian.
Penambahan ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, profitabilitas operasional mencerminkan kecenderungan saham dengan profitabilitas tinggi untuk unggul dibandingkan saham dengan profitabilitas rendah. Kedua, faktor investasi mencerminkan kecenderungan saham dengan investasi rendah untuk unggul dibandingkan saham dengan investasi tinggi. Studi tentang faktor CAPM masih dilakukan dengan anomali dan pengujian internasional terhadap model lima faktor untuk menjelaskan anomali secara lebih signifikan dan meningkatkan deskripsi pengembalian pasar saham internasional. Selain itu, pengujian untuk menemukan estimasi portofolio investor terbaik terus dilakukan. Fama dan French (2018) menambahkan faktor momentum ke dalam model lima faktor dari CAPM sebagai faktor tambahan. Beberapa penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa kelemahan model lima faktor dengan tambahan faktor momentum dari CAPM adalah ketidakmampuannya untuk menjelaskan pengembalian berlebih.
Pemilihan modal intelektual sebagai penjelasan untuk CAPM didasarkan pada faktor-faktor seperti modal manusia yang muncul dalam mengukur CAPM, yang dikembangkan dalam beberapa penelitian sebelumnya. Modal manusia dianggap sebagai portofolio standar yang berharga yang dirujuk oleh investor. Faktanya, modal manusia CAPM adalah perhatian utama bagi investor. Salah satu pembaruan dari penelitian ini adalah penambahan variabel modal intelektual. Inilah alasan mengapa modal manusia adalah salah satu komponen dari modal intelektual. Oleh karena itu, modal intelektual adalah variabel komprehensif untuk menggambarkan modal manusia, yang merupakan sumber daya penting untuk menciptakan nilai perusahaan.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2022. Jumlah perusahaan yang diambil sampel dalam penelitian ini mencapai total 8.040 tahun-perusahaan. Data penelitian ini dikumpulkan dari basis data OSIRIS dan Bloomberg. Analisis dilakukan menggunakan model regresi panel. Model regresi diestimasi menggunakan metode panel Generalized Least Squares (GLS). Metode ini menggantikan Ordinary Least Squares (OLS), yang memiliki dua masalah yang berbeda: heteroskedastisitas dan otonomikorelasi. Alat statistik STATA digunakan untuk menyelidiki persamaan estimasi panel GLS untuk mengatasi masalah ini. Uji ketangguhan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode generalized method of moments (GMM). GMM dapat mengklasifikasikan dan mengevaluasi kinerja berbagai model serta mengevaluasi kinerja ekonomi dan statistik dari model CAPM.
Hasil dan Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji enam faktor ditambah modal intelektual dalam model CAPM memiliki dampak signifikan terhadap pengembalian saham berlebih (excess return) di Indonesia. Hasil ini mengkonfirmasi bahwa keunikannya adalah terkait dengan evaluasi berdasarkan perkembangan pasar dengan menguji faktor-faktor potensial dalam model penetapan harga aset yang menambahkan variabel modal intelektual sebagai aset tak berwujud. Variabel-variabel ini dipilih karena memiliki kemampuan eksplanasi dan prediksi dalam strategi ukuran dan nilai untuk memprediksi pengembalian. Ini menunjukkan bahwa sebagai aset tak berwujud, modal intelektual memiliki kinerja keuangan yang lebih baik. Studi ini berkontribusi pada literatur tentang peran modal intelektual dalam model penetapan harga aset modal, yang dapat digunakan untuk membuat keputusan investasi di pasar saham yang sedang berkembang. Hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi kepada regulator sehingga investor dapat lebih sadar tentang perhitungan CAPM dengan menggunakan faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan investasi. Literasi masif tentang CAPM terkait iklim investasi di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan pemahaman investor tentang investasi di pasar modal.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat menjadi arahan untuk penelitian masa depan. Pertama, penelitian ini terkait dengan hasil yang tidak adil ketika digeneralisasikan ke pasar lain karena karakteristik setiap pasar di negara lain berbeda. Penelitian lebih lanjut dapat meninjau penggunaan enam faktor ditambah modal intelektual dalam model penetapan harga aset modal dengan menggunakan pengukuran yang sesuai dengan karakteristik setiap negara. Selain itu, penelitian lebih lanjut dapat menggunakan faktor-faktor regional tambahan yang terkait dengan wilayah tertentu. Kedua, penelitian ini menggunakan proksi yang merujuk pada penelitian sebelumnya. Penelitian masa depan dapat menciptakan proksi baru yang dapat secara komprehensif menggambarkan CAPM finansial dan non-finansial
Penulis: Prof. Dr. I Made Narsa, M.Si., Ak., CA.
Baca selengkapnya di link berikut:
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/23322039.2023.2252652