Buku ‘Mendidik Anak dari Perkawinan Lintas Batas: Memahami Keluarga Transnasional Warisan Jepang di Singapura, oleh Glenn Toh, dan diterbitkan oleh Palgrave Macmillan, Glen secara kritis meneliti pengalaman pendidikan anak-anak dari keluarga transnasional Jepang-Singapura. Penulis menjelaskan bagaimana lintasan pendidikan yang ditempuh oleh anak-anak ini sangat memengaruhi pembentukan identitas campuran mereka, dan terkadang, dapat menimbulkan konflik terkait identitas. Gagasan identitas campuran harus diakui sebagai konsep yang cair, kontekstual, dan kontingen.
Bab 1 membahas isu-isu terkait kepentingan Jepang di kawasan Asia Tenggara, khususnya di negara-kota Singapura, sebagai pengantar untuk memahami fenomena perkawinan antara warga negara Jepang dan Singapura. Bab dua membahas topik khusus tentang masyarakat Jepang yang bertujuan menangkap esensi budaya dan kerangka penting dalam budaya itu. Bab 3 mengkaji pembentukan Singapura modern sebagai koloni perdagangan Inggris pada awal abad ke-19 dan peran penting konseptualisasi biologis ras dalam kendali pemerintah kolonial atas kehidupan, rutinitas, dan habitus kelas-kelas kampungan Asia di koloni tersebut. Pembahasan Bab 4 mengkaji sistem pendidikan Jepang dan Singapura. Sistem 6-3-3 di Jepang dianggap sebagai sistem yang bercirikan hierarki dan persaingan, meskipun keberhasilan ekonominya dikaitkan dengan sistem pendidikan yang diawasi dan diatur secara ketat. Tantangan baru dalam sistem pendidikan Jepang termasuk intimidasi di kalangan siswa, sikap apatis dan kelesuan guru, dan perbedaan dalam kesempatan untuk berprestasi. Keluarga transnasional yang tinggal di Jepang juga menghadapi tantangan dalam mempertahankan identitas budaya mereka. Di Singapura, sistem pendidikan secara ideologis diarahkan pada upaya membangun bangsa dan penanaman identitas Singapura, yang mengamanatkan bilingualisme yang sesuai dengan ras ayah anak. Pendekatan ini menimbulkan kesulitan bagi keluarga ras campuran yang merasa tidak memiliki ruang untuk mempertahankan identitas campuran dan pluralistik mereka.
Bab 5 dimulai dengan membahas bagaimana masa depan pendidikan untuk keluarga ras campuran secara umum dipandang sebagai bagian penting dari pemberdayaan dan penerapannya dalam situasi aktual. Ide-ide ini dipupuk dan dipromosikan oleh pengalaman nyata, serta konteks sosial, linguistik, dan sosio-ekonomi yang memfasilitasi, menghambat, atau memengaruhi aktualisasinya. Bab 6 dimulai dengan mengingatkan kita tentang bagaimana keluarga Jepang-Singapura mengasuh anak-anaknya dipengaruhi oleh faktor sosio-diskursif, serta infeksi ideologis yang terjadi bersamaan dengan konteks sosial di mana anak-anak mereka dibesarkan. Faktor-faktor tersebut menjadi pertimbangan penting dalam menentukan sejauh mana fasilitas atau faktor sekolah dapat mempengaruhi identitas anak dan bagaimana identitas tersebut dapat dinegosiasikan. Buku ini bertujuan untuk memaparkan aspirasi pendidikan, kecenderungan budaya, perjalanan hidup, dan identitas keluarga campuran Jepang-Singapura. Aspirasi ini melibatkan negosiasi diskursif dan refleksif yang mencakup bahasa, identitas, dan kecenderungan budaya. Proses negosiasi yang kompleks dan berlapis dapat menghadirkan tantangan dan perjuangan yang signifikan, namun juga menawarkan pengalaman berharga dalam menghadapi berbagai pengaruh dari tren dan kecenderungan lokal dan transnasional, serta wacana budaya, ideologis, dan politik yang dominan. Dalam buku interdisipliner ini, mahasiswa dan cendekiawan dari berbagai bidang seperti neoliberalisme, pendidikan, multikulturalisme, globalisasi, migrasi lintas batas, dan mobilitas akan menemukan materi yang berharga dan menarik.
Penulis: Rima Firdaus, S.Hum., M.Hum.
Informasi detail bookreview ini dapat dilihat pada tulisan kami di :
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/03004279.2023.2218389
Tittle : Educating children from cross-border marriages: understanding Japanese heritage transnational families in Singapore