Universitas Airlangga Official Website

Menekan Resiko Radang Otak pada Anak dengan Imunisasi HiB

Foto oleh alef.ir

Radang otak, atau secara medis disebut ensefalitis, merupakan infeksi otak yang umumnya disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Penyakit ini sering membawa komplikasi berupa kecacatan atau kematian.

Dokter bisa menduga adanya radang otak bila seseorang mengalami demam, sakit kepala, kesadaran menurun, dan kejang-kejang. Selain itu, penderita radang otak juga dapat mengalami gejala muntah-muntah, gangguan memori, kesulitan berbicara, gangguan pendengaran, dan halusinasi.Pemeriksaan imaging CT-scan atau MRI otak umumnya juga dibutuhkan untuk melihat adanya perubahan struktur otak akibat radang yang dialami. Pada beberapa kasus, pungsi lumbal atau tindakan untuk mengambil sampel cairan otak dari area lumbar di tulang belakang  diperlukan untuk dilakukan kultur..Bila radang otak terjadi pada bayi atau anak, gejalanya lebih sulit untuk dikenali karena anak belum mampu menyampaikan keluhannya dengan baik. Radang otak pada anak umumnya ditandai dengan muntah menyemprot, ubun-ubun menonjol, anak rewel, tidak bisa ditenangkan, dan badan yang kaku.

Tujuan utama pengobatan radang otak adalah untuk meredakan gejala yang timbul. Sementara itu, pengobatan untuk menghilangkan virus tidak dapat dilakukan pada semua kasus. Umumnya pengobatan dengan kortikosteroid diperlukan untuk mengurangi peradangan otak. Bila terjadi penurunan kesadaran yang berat atau gangguan pernapasan, penderita akan membutuhkan alat bantuan napas (ventilasi mekanik untuk menunjang pernapasannya). Jika terjadi kejang, pengobatan anti-kejang diperlukan untuk menghentikan kejang. Selain itu, istirahat, mendapatkan cairan yang cukup, dan obat penurun panas juga merupakan pengobatan yang penting.

Salah satu penyebab radang otak yakni kuman Haemophilus Influenzae B (HiB). Pencegahan radang otak dapat dilakukan untuk radang otak yang disebabkan oleh HiB.

Sejak beberapa tahun lalu, pemberian vaksin Hib sudah termasuk dalam program imunisasi wajib pemerintah. Vaksin ini dikombinasikan dengan beberapa vaksin jenis lain, seperti vaksin penyakit difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis B, yang kemudian dikenal sebagai vaksin DPT-HB-Hib. Anak-anak rentan terkena infeksi bakteri Hib karena sistem kekebalan tubuh mereka masih lemah dan belum berkembang sempurna. Kendati demikian, kuman Hib juga tetap bisa menginfeksi orang dewasa, terlebih orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena infeksi HIV, kemoterapi, kelainan darah, atau efek samping obat-obatan penekan sistem kekebalan tubuh. Bahkan, vaksin Hib juga dapat mencegah risiko kematian pada balita akibat infeksi yang disebabkan bakteri Hib. Oleh karena itu, penting bagi siapa pun, terutama anak-anak dan orang dewasa yang memiliki daya tahan tubuh lemah, untuk mendapatkan vaksin Hib.

Pemberian vaksin Hib pada anak sudah harus dilakukan saat ia berusia 2, 3, dan 4 bulan atau ada juga yang direncanakan usia 2,4 dan 6 bulan. Kemudian pemberian vaksin Hib ulang perlu diulang ketika anak sudah memasuki usia 18 bulan. Pemberian vaksin Hib bisa ditunda selama beberapa minggu apabila anak atau orang dewasa yang hendak mendapatkan vaksin sedang sakit atau demam. Vaksin Hib tidak bisa diberikan sama sekali pada orang yang memiliki riwayat alergi parah (anafilaksis) terhadap vaksin Hib. Meski jarang terjadi, vaksin Hib tetap berpotensi menimbulkan sejumlah efek samping, seperti kemerahan, pembengkakan, dan rasa nyeri di bagian tubuh yang disuntik. Terkadang, vaksin ini juga dapat menyebabkan panas atau demam . Efek samping tersebut biasanya mereda 2–3 hari setelah pemberian vaksin. Disarankan untuk segera ke dokter apabila terjadi gejala gatal pada kulit, sesak napas (nafas menjadi berat dan terdengar suara mengi), maupun badan lemah yang ditengarai sebagai  efek samping vaksin HiB. Efek samping tersebut terkadang tidak kunjung hilang atau  bahkan memberat yang termasuk dalam reaksi alergi.

Pada dasarnya, pemberian vaksin Hib bertujuan untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya yang dapat terjadi akibat infeksi bakteri Hib. Oleh karena itu, penting bagi para anak-anak ataupun anggota keluarga untuk menerima vaksin ini sesuai jadwal yang telah dianjurkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jika anak belum pernah menerima vaksin Hib, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Selalu diingatlah bahwa tidak ada kata terlambat untuk melakukan pencegahan penyakit, termasuk dengan mendapatkan vaksinasi  Hib.

Penulis: Prastiya Indra Gunawan

Informasi detail bisa dilihat pada tulisan kami di:

https://theijoimr.com/index.php/ijoimr/article/view/63

Prastiya Indra Gunawan, Riza Noviandi, Sunny Mariana Samosir. Acute encephalitis syndrome, difficulties in enforcing a diagnosis and promoting vaccination in Indonesia. International Journal of Integrated Medical Research 2022;9 (10): 71-72.