Saat ini, perubahan iklim telah menjadi perhatian masyarakat global. Untuk mengatasi hal tersebut, Paris Agreement mengumpulkan negara-negara di dunia dalam upaya membatasi kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius atau lebih lanjut 1,5 derajat Celcius. Salah satu cara untuk mencapai target ini adalah dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan memanfaatkan sumber energi dengan emisi rendah. Upaya ini terlihat menjanjikan karena berdasarkan data dari International Renewable Energy Agency (IRENA), pada tahun 2020, energi terbarukan menyumbang lebih dari 80% penambahan kapasitas daya, di mana lebih dari 90% dari kapasitas tersebut adalah untuk energi angin dan matahari termasuk solar PV rooftop.
Solar PV rooftop diharapkan memainkan peran penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor energi di masa depan, terutama dengan kebijakan yang memadai dan langkah-langkah yang mendukung. Di negara maju, kapasitas solar PV rooftop cukup besar, misalnya Australia memiliki kapasitas solar PV rooftop sebesar 14,7 GW dibandingkan beban puncak 32 GW. Di negara berkembang seperti Indonesia, kapasitas solar PV rooftop masih rendah. Namun demikian, pertumbuhan jumlah solar PV rooftop terpasang di Indonesia cukup menjanjikan. Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencatat jumlah pemasangan solar PV rooftop di Indonesia melonjak lebih dari 700% dari 2018 hingga akhir 2020.
Secara umum, peningkatan jumlah pelanggan PV rooftop di perumahan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya dukungan dari pemerintah berupa subsidi, kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, penghematan tagihan, persepsi eksterior rumah sebagai simbol posisi masyarakat, dan keuntungan lingkungan dari berkurangnya pencemaran di sekitar. Satu temuan menarik di Sri Lanka menunjukkan bahwa penduduk paruh baya yang berpendidikan maupun pensiunan juga memiliki kecenderungan untuk memasang PV rooftop di rumah mereka.
Di sisi lain, terdapat juga hambatan yang menyebabkan orang enggan untuk memasang PV rooftop, seperti biaya awal pemasangan PV rooftop sangat mahal, kualitas sistem PV, inkonsistensi kebijakan yang dapat menyebabkan ketidakpastian tagihan listrik, kurangnya pengetahuan tentang teknologi PV dan risikonya, serta pandangan estetika yang buruk pada atap untuk tipe rumah tertentu. Selain itu, masalah kepercayaan dan pekerja kontraktor yang tidak memadai juga membuat pemilik rumah enggan untuk memasang solar PV rooftop.
Dalam rangka mendukung pertumbuhan pemasangan PV rooftop di Indonesia sebagai salah satu cara untuk mencapai target energi terbarukan Indonesia sebesar 23% pada tahun 2025, maka penelitian mengenai PV rooftop sangat perlu dilakukan. Oleh karena itu, Shochrul Rohmatul Ajija, SE.,M.Ec, dosen Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga bersama tim peneliti dari PLN Research Institute dan Institut Teknologi Bandung, melakukan penelitian dan dipublikasikan di Jurnal Economies Volume 9, Issue 4 dengan judul “The Analysis of Residential Rooftop PV in Indonesia’s Electricity Market” dengan tujuan untuk mengetahui profil pelanggan dan calon pelanggan PV rooftop dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemasangan PV rooftop di Indonesia.
Adapun penelitian yang dilakukan menggunakan data primer melalui survei terhadap pengguna PV rooftop pada tahun 2020 di provinsi Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali. Kami melakukan survei di wilayah tersebut karena berdasarkan data yang dicatat oleh PLN (2020), sekitar 92,64% atau 2.355 dari 2542 pengguna PV rooftop di Indonesia berada di wilayah tersebut. Secara spesifik, terdapat 755 pengguna di Jakarta, 673 pengguna di Jawa Barat, 632 pengguna di Banten, 199 pengguna di Jawa Timur, dan 96 pengguna di Bali. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 95% dan kesalahan margin 6% dari 117 juta orang di area tersebut, ukuran sampel yang direkomendasikan adalah 267. Namun, kami memperoleh pengguna potensial untuk menganalisis dampak latar belakang demografis terhadap probabilitas responden yang tertarik untuk memasang PV rooftop di rumah mereka. Sementara itu, dengan menggunakan tingkat signifikansi 95% dan margin error 10% dari 2355 pengguna PV atap, ukuran sampel yang direkomendasikan adalah 93, dan kami memperoleh 121 responden pengguna PV rooftop untuk mengetahui alasan menggunakan PV rooftop.
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat dalam menggunakan PV rooftop adalah pendidikan, lokasi tempat tinggal, dan pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi peluang untuk pemasangan PV rooftop. Selain itu, masyarakat yang tinggal di pinggiran kota juga memiliki peluang yang lebih besar untuk memasang PV rooftop di rumahnya. Pendapatan juga termasuk salah satu faktor determinan dalam pemasangan PV rooftop. PV rooftop tergolong dalam barang mewah, sehingga semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka semakin besar peluang untuk memasang PV rooftop di rumahnya.
Dalam menganalisis preferensi pemasangan PV atap, kami juga bertanya kepada pengguna yang ada. Jumlah pelanggan yang ada adalah sebanyak 121 orang yang terdiri dari 89 responden rumah tangga dan 32 responden industri. Pengguna terbanyak berasal dari Bali (49,6%), Jakarta dan Banten (38,8%), serta Jawa Timur (11,6%). Sekitar 70,2% responden adalah laki-laki dan 29,8% adalah perempuan. Berdasarkan usianya, 30,6% responden berusia 20-30 tahun, 23,1% berusia 30-40 tahun, 31,4% berusia 40-50 tahun, 12,4% berusia 50-60 tahun, dan 3,3% berusia lebih dari 60 tahun. tahun. Sebagian besar responden tinggal di daerah pinggiran kota dan pedesaan yaitu 57,9%, dan sisanya di perkotaan.
Terdapat beberapa faktor yang mewakili alasan penggunaan PV rooftop di Indonesia. Faktor tersebut adalah faktor budaya, kesadaran lingkungan, pengetahuan teknologi, dan loyalitas. Faktor pertama adalah budaya dan lingkungan sekitar yang mendorong seseorang untuk menggunakan PV roooftop. Pada faktor ini, alasan masyarakat mengguakan PV rooftop adalah karena PV roooftop mudah ditemukan di lokasi perumahan atau industri dan lingkungan sekitar sudah menggunakan PV roooftop. Faktor kedua menggambarkan alasan kepedulian dan kesadaran lingkungan bahwa masyarakat ingin berkontribusi pada lingkungan yang lebih baik. Beberapa masyarakat menggunakan PV rooftop dengan alasan ingin mengurangi polusi udara, menghemat energi fosil, mengimplementasikan energi hijau, dan karena energi surya merupakan energi berkelanjutan. Faktor ketiga menggambarkan pengetahuan tentang tren teknologi yang muncul saat ini sebagai alasan penggunaan PV rooftop. Faktor keempat adalah loyalitas, yaitu responden umumnya memilih untuk tetap menggunakan PV rooftop meskipun harganya masih relatif mahal.
Selain itu, kami juga mengajukan pertanyaan terkait kelemahan pemasangan PV rooftop kepada responden. Secara keseluruhan, baik responden rumah tangga maupun industri menjawab bahwa kelemahan utama pemasangan PV rooftop adalah harga pemasangan PV rooftop yang relatif mahal. PV rooftop dinilai mahal oleh pelanggan karena dua alasan utama, yaitu terbatasnya ketersediaan bahan pendukung dan pemeliharaan PV rooftop. Penyedia layanan PV rooftop harus mengimpor bahan PV dari luar negeri, seperti China dan Jerman. Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa para responden tidak berniat untuk memasang PV rooftop karena ketergantungannya terhadap cuaca dan seringnya overheating selama penggunaan.
Mengenai kepuasan pelanggan PV rooftop, sebagian besar responden baik dari rumah tangga maupun industri merasa puas menggunakan PV rooftop (77% puas dan 17% sangat puas). Menurut konsumen, keuntungan yang didapat sebanding dengan biaya pemasangan yang dibutuhkan. Pada umumnya, periode pengembalian dari pemasangan PV rooftop di Indonesia adalah sekitar 6 sampai 10 tahun. Mayoritas konsumen juga mengatakan bahwa PV rooftop bekerja dengan baik dan tidak memerlukan banyak perbaikan setiap bulannya, sehingga konsumen tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk itu.
Penguatan konektivitas dan koordinasi kebijakan antara energi dan sektor ekonomi lainnya akan memberikan manfaat yang maksimal dari transformasi energi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat diterapkan, antara lain: (1) pengurangan biaya pemasangan PV rooftop, seperti penurunan harga PV rooftop per tahun dan subsidi pemerintah terhadap harga PV rooftop; (2) memberikan pendidikan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan; dan (3) menyediakan stabilitas instrumen kebijakan jangka panjang.
Penulis: Shochrul Rohmatul Ajija, SE.,M.Ec
Link Jurnal:
Link ID Scopus: