Veruka atau yang lebih dikenal dengan kutil merupakan infeksi kulit oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe low-risk (risiko rendah) yang mengakibatkan kelainan hiperkeratosis pada kulit. HPV menular secara langsung melalui kontak antar kulit atau tidak langsung melalui benda-benda di lingkungan sekitar yang terkontaminasi virus melalui luka di kulit. Veruka menyebabkan penurunan kualitas hidup dikarenakan dapat menyebabkan rasa nyeri, sering kambuh, dan mengganggu penampilan atau kosmetik.
Infeksi HPV dapat terjadi pada segala kelompok usia dan jenis kelamin. Beberapa laporan menyebutkan veruka sering terjadi pada usia dewasa dan dewasa muda dan lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan wanita. Hal tersebut diperkirakan akibat tingginya aktivitas fisik yang meningkatkan risiko kontak dengan individu yang memiliki veruka serta meningkatnya risiko trauma saat beraktivitas yang menjadi jalur masuk virus HPV. Lokasi tersering adalah di alat gerak bagian atas. Hal ini juga dapat dikarenakan tingginya aktivitas lengan saat pasien berkerja. Selain itu faktor kebersihan juga meningkatkan risiko terjadinya infeksi HPV. Pada tahun 2016-2020, terdapat 113 kasus veruka di divisi Tumor dan Bedah Kulit Poliklinik Dermatologi dan Venereologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Mayoritas usia pasien berada pada rentang usia 20-60 tahun dan keseluruhan kasus didominasi oleh pasien laki-laki (54%). Lokasi terbanyak ditemukan veruka yaitu pada daerah lengan (34.5%).
Terdapat berbagai macam pendekatan terapi veruka baik non-invasif seperti terapi topikal menggunakan asam salisilat, asam laktat, atau asam trikloriasetil (TCA) hingga tindakan yang lebih invasif seperti bedah listrik atau elektrokauterisasi, bedah beku, Laser CO2, bedah eksisi, atau kombinasi terapi-terapi tersebut. Terdapat berbagai pertimbangan pemilihan terapi seperti usia pasien, ukuran veruka, letak veruka, keluhan pasien, penyakit lain menyertai, dan preferensi pribadi pasien. Pemilihan terapi topikal memiliki keuntungan tidak nyeri namun memiliki angka kekambuhan tinggi, sedangkan tindakan invasif memiliki keuntungan dapat menghilangkan keluhan dengan cepat dikarenakan dapat menghilangkan sebagian besar hingga seluruh lesi dalam satu kali tindakan namun sering disertai rasa nyeri, adanya risiko jaringan parut hingga gangguan penyembuhan luka, dan masih dilaporkan memiliki risiko kekambuhan veruka pada beberapa penelitian sebelumnya. Tindakan elektrokauterisasi merupakan tindakan yang sering dilakukan di divisi Tumor dan Bedah Kulit Poliklinik Dermatologi dan Venereologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya terutama pada pasien usia dewasa dibandingkan pasien usia muda, sedangkan bedah eksisi memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi namun sering menimbulkan keengganan pada pasien karena kekuatiran risiko nyeri saat anestesi dan jaringan parut. Pilihan modalitas terapi lain adalah bedah beku, Laser CO2.
Hingga saat ini belum terdapat terapi yang dianggap ideal. Terapi veruka pada dasarnya tidak dapat membunuh virus namun dapat menghancurkan veruka yang terlihat dengan merusak sel kulit yang terinfeksi secara tidak selektif. Hal ini mengakibatkan kemungkinan kekambuhan veruka dikarenakan masih adanya virus di tubuh pasien. Faktor yang berpengaruh terhadap kesembuhan veruka diantaranya usia, jenis kelamin, status imun pasien, tingginya aktivitas pasien, kondisi lingkungan, status sosioekonomi pasien, tingkat kebersihan pasien, dan kepatuhan pasien saat menjalani terapi.
Penulis : dr.Iskandar Zulkarnain,Sp.KK(K)
Informasi lengkap dari tulisan ini dapat dilihat pada artikel kami di :
https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/34925
A Retrospective Study of Verruca
Arisia Fadila, Sawitri, Iskandar Zulkarnain, M. Yulianto Listiawan, Afif Nurul Hidayati, Diah Mira Indramaya, Budi Utomo