Selama ini kita mengetahui kelompok ikan bertulang rawan (Elasmobranchs) seperti pari dan hiu merupakan biota laut yang hidup mulai di kedalaman lautan sampai estuary. Padahal beberapa spesies dari ikan tersebut mampu hidup di air tawar. Lingkungan air tawar dalam hal ini sungai dan danau dijadikan sebagai habitat peralihan atau permanen. Salah satu jenis yang mampu hidup diantara air laut dan air tawar adalah hiu banteng (Carcharinus leucas) dan hiu sungai (Glyphis sp.). Spesies ini tersebut luas di Samudra pada suhu hangar dan dingin. Individu muda dari hiu banteng membutuhkan perairan dengan kadar salinitas rendah sebagai bagian dari siklus hidupnya, terutama dalam hal pencarian makanan. Hiu yang dapat dikategorikan sebagai hiu sungai atau river shark adalah genus Glyphis. Hiu ini kebalikan dari hiu banteng dimana justru fase hidupnya lebih banyak berada di perairan tawar meski sesekali juga bisa meninggalkan mulut sungai untuk mencari mangsa.
Selain hiu banteng dan hiu sungai, terdapat juga hiu gergaji. Hampir semua spesies hiu gergaji atau sawfish (Pristidae) mampu hidup pada salinitas rendah. Hiu gergaji banyak dijumpai di daratan utama Asia Tenggara dan pulau utama yang memiliki sungai besar seperti Sumatra, Kalimantan dan Papua. Bahkan di Danau Sentani, hiu gergaji menjadi maskot identitas meski ironisnya sudah tidak ditemukan lagi hiu gergaji di danau tersebut. Di Indonesia kelompok ikan pari yang murni berada di air tawar dan tidak membutuhkan air laut diantaranya pari sungai pinggir putih (Fluvitrygon signifier) pari sungai tutul (F. oxrhyncha), dan pari sungai punggung kasar (F. kittipongi), sedangkan pari sungai raksas (Urogymnus polylepis) sedikit banyak bisa bertahan di perairan payau. Keempat spesies ini status keberadaannya rentan karena aktivitas manusia seperti pencemaran dan penangkapan berlebih. Keseluruahan ikan pari tersebut eksis di Asia Tenggara bagian barat dan baru-baru ini ditemukan pari sungai punggung kasar (F. kittipongi) di Sungai Pahang, Semenanjunga Malaya yang tercata sebagai habitat baru spesies tersebut.
Penulis: Veryl Hasan, S.Pi., M.P.
Link Jurnal: https://periodicoseletronicos.ufma.br/index.php/blabohidro/article/view/18066