Universitas Airlangga Official Website

Menilik Risiko Kanker dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi dan Ibu Menyusui

ilustrasi kanker (*)

Kanker merupakan istilah umum untuk sekelompok besar penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan berlebihan sel-sel abnormal yang menyerang bagian tubuh yang berdekatan dan menyebar ke organ lain. Istilah umum lainnya adalah keganasan dan neoplasma. Kanker dapat mempengaruhi hampir semua bagian tubuh. Angka kanker bervariasi dari satu negara ke negara lain. Angka kanker tumbuh paling cepat di negara-negara berkembang di Amerika Latin, Afrika, dan Asia. Angka kematian akibat kanker meningkat dari 8,2 juta pada tahun 2012 menjadi 9,6 juta pada tahun 2018. Penyebab kematian paling umum akibat kanker di seluruh dunia meliputi kanker paru-paru (1,76 juta kematian), kanker usus besar (862.000 kematian), kanker perut (783.000 kematian), kanker hati (782.000 kematian), dan kanker payudara (627.000 kematian).

Secara nasional, angka kanker di Indonesia masih tinggi, dan angka kejadian kanker atau tumor di Indonesia menunjukkan peningkatan prevalensi. Menurut data Global Burden of Cancer (GLOBOCAN), yang baru dirilis pada 12 September 2018, kanker adalah penyebab kejadian tertinggi di Indonesia, dengan 58.256 kasus, diikuti oleh kanker serviks dengan 32.469 kasus, dan kanker paru-paru dengan 30.023 kasus, kanker hati dengan 18.468 kasus, dan kanker nasofaring dengan 17.992 kasus.

Kalimantan Timur memiliki angka kejadian kanker yang tinggi, dengan prevalensi 1,7% dan 6.745 orang menderita kanker. Jenis kanker paling umum di Kalimantan Timur termasuk 1.879 kasus kanker payudara, 1.923 kasus kanker usus besar/rektum, 752 kasus kanker serviks, 875 kasus kanker paru-paru, dan 653 kasus leukemia. Sementara itu, data rekam medis di RS Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada tahun 2017 menunjukkan bahwa kasus kanker adalah penyakit paling umum di Samarinda, mencapai 1.421 orang. Dari 1.421 pasien kanker, sebagian besar menjalani kemoterapi di RS Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan kejadian kanker tidak diketahui, tetapi banyak penelitian mengaitkan peningkatan ini dengan perubahan gaya hidup, termasuk faktor reproduksi, aktivitas fisik, dan diet. Faktor reproduksi yang terkait dengan peningkatan risiko kanker termasuk menarche dini, menopause terlambat, kelahiran pertama di atas usia 30 tahun, tidak pernah menyusui, penggunaan kontrasepsi hormonal oral, dan terapi penggantian hormon.

Sejarah penggunaan kontrasepsi seorang wanita mungkin merupakan faktor risiko kanker yang banyak orang tidak sadari. Penggunaan pil KB dapat menyebabkan peningkatan paparan estrogen dalam tubuh, yang dapat memicu pertumbuhan sel abnormal yang dapat menyebabkan kanker, tergantung pada usia dan durasi penggunaan.

Kontrasepsi hormonal yang paling banyak digunakan adalah suntikan dan pil. Kontrasepsi oral (pil) yang paling banyak digunakan menggabungkan estrogen dan progesteron. Kandungan estrogen dan progesteron dalam kontrasepsi oral dapat memiliki efek proliferatif yang berlebihan pada kelenjar. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral jangka panjang memiliki peningkatan risiko kanker.

Menurut Nasution et al., 2018, aktivitas fisik harian dan gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan risiko kanker, terutama pada mereka yang memiliki riwayat keluarga kanker. Selain itu, penggunaan kontrasepsi hormonal yang berkepanjangan dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen dalam tubuh, menyebabkan perubahan sel normal menjadi abnormal.

Menyusui adalah faktor reproduksi yang dapat dimodifikasi dan terkait dengan penurunan risiko kanker. Selain diduga dapat mengurangi risiko kanker payudara pada ibu, menyusui memiliki manfaat lain bagi ibu dan bayi. Meskipun memiliki banyak manfaat, tingkat menyusui tetap rendah pada wanita.

Hasil penelitian Bernier et al. menunjukkan bahwa meskipun menyusui merupakan faktor risiko kanker yang kontroversial, hubungan antara menyusui yang berkepanjangan dan kejadian kanker tidak ditemukan secara konsisten. Berbeda dengan penelitian Bernier et al., Lanfranchi menemukan bahwa wanita yang menyusui memiliki risiko lebih rendah terkena kanker dibandingkan wanita yang tidak menyusui. Sebaliknya, penelitian Thomas menemukan bahwa menyusui terus-menerus tidak mempengaruhi risiko kanker.

Dari survei pendahuluan terhadap 10 pasien kanker (termasuk empat pasien kanker payudara, tiga pasien kanker usus besar, dua pasien kanker serviks, dan satu pasien kanker paru-paru) di ruang kemoterapi RS Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, delapan pasien dari sepuluh responden kanker memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal. Dua responden memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi non-hormonal yang lama. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko riwayat penggunaan kontrasepsi dan durasi menyusui terhadap kanker.

Penulis: Dr. Esti Yunitasari, S.Kp., M.Kes

Lebih lengkapnya dapat dilihat disini:

https://www.researchgate.net/publication/375022962_Cancer_risk_factors_associated_with_historical_contraceptive_use_and_breastfeeding_duration