Universitas Airlangga Official Website

Menjelajahi Interaksi Antara Preeklampsia dan Kardiomiopati Peripartum

Menjelajahi Interaksi Antara Preeklampsia dan Kardiomiopati Peripartum
Ilustrasi Kardiomiopati Peripartum pada Ibu Hamil (sumber: EMC.id)

Preeklampsia (PE) dan kardiomiopati peripartum (PPCM) adalah 2 problem utama obstetri yang dapat muncul selama hamil atau pasca persalinan. Keduanya adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu. Sejumlah studi terbaru menunjukkan adanya hubungan antara patofisiologi PE dan PPCM. Namun, pemahaman dan benang merah yang menghubungkan keduanya belum maksimal. Kami menyelidiki dinamika kompleks antara PE dan PPCM, dengan fokus pada respons inflamasi-imunologi, disfungsi endotel sebagai jalur utama, dan predisposisi genetik potensial untuk keduanya.

PE adalah kondisi yang amat serius selama kehamilan yang ditandai oleh tekanan darah tinggi dan kerusakan organ target sebagai komplikasinya baik pada ibu maupun janin. Kondisi ini mempengaruhi lebih dari 4 juta wanita di seluruh dunia setiap tahun dan menyebabkan kematian lebih dari 70.000 wanita serta 500.000 bayi. Penyebab utama PE kerap dikaitkan dengan masalah plasenta, yang juga melibatkan melibatkan faktor genetik, imunologi, dan vaskular. Dalam level klinis, PE menyebabkan eklampsia (kejang / penurunan kesadaran), stroke, gagal jantung, gagal ginjal, edema paru, gangguan fungsi liver dan gangguan penglihatan pada ibu. PE juga bertanggung jawab mengakibatkan kelahiran prematur, pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin. Deteksi dini melalui perawatan antenatal sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

PPCM adalah gagal jantung yang ditemui pada akhir kehamilan sampai dengan beberapa bulan pasca persalinan. Penyebab pasti PPCM tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan multifactor seperti genetik, hormonal, termasuk PE. Gejala PPCM mencakup sesak napas, kelelahan, ortopnea, dan edema anggota tubuh. Diagnosis dini sangat penting untuk penanganan yang optimal dengan prosedur diagnostik seperti ekokardiografi.

Memahami Hubungan Antara PE dan PPCM

Hubungan kompleks antara PE dan PPCM sangat penting dalam kesehatan maternal. PE bisa menjadi pemicu atau faktor yang memperburuk PPCM, sebuah kondisi yang fatal ketika terjadi gagal jantung sebelum atau setelah melahirkan. Sejumlah studi menunjukkan bahwa PE secara signifikan terkait dengan PPCM, terutama pada kasus edema paru yang dapat dikaitkan dengan faktor kardiogenik (PPCM murni), non-kardiogenik (PE) bahkan keduanya.

Tabel 1 Respon Inflamasi dan Sitokin yang berperan pada PE dan PPCM
 Peran Sitokin Inflamasi pada PE dan PPCM
TNFaKadar TNF-α yang lebih tinggi dikaitkan dengan ejection fraction yang lebih rendahPerubahan degeneratif dan peningkatan peradangan pada sel desidua di vili plasenta preeklampsiaMempengaruhi fungsi sel endotel dengan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan menginduksi apoptosis sel trofoblas
IL-1βIL-1β berperan dalam inhibisi proliferasi dan invasi trofoblasIL-1β menyebabkan atrofi, mengganggu kontraktilitas dan relaksasi, serta menurunkan deformasi kardiomiosit
IL-6IL-6 berperan dalam patogenesis gangguan yang berhubungan dengan peradangan, termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes, dan IUGR

Gambar 1. Disfungsi endotel merupakan patofisiologi yang menghubungkan PE dan PPCM. Hal ini berawal dari ketidakseimbangan protein pro- dan antiangiogenik selama kehamilan (SFlt-1, VEGF & PlGF).

Patofisiologi yang rumit di antara keduanya dapat dipetakan menjadi 3 hal yang saling menghubungkan PE dan PPCM di level biomolekuler, yaitu 1) PE ditandai oleh inflamasi sistemik dan aktivasi sistem imun, yang mengarah pada disfungsi endotel vaskular (Tabel 1). Sementara itu, PPCM melibatkan respons imun yang berlebihan dan inflamasi yang berkontribusi pada melemahnya otot jantung. 2) Disfungsi endotel, ditandai oleh peningkatan vasokonstriksi dan perubahan dalam hemostasis serta proses angiogenesis, merupakan faktor patofisiologis sentral dalam PE dan PPCM. Pada PE, disfungsi endotel menyebabkan hipertensi, proteinuria, dan respons inflamasi yang meningkat. Sedangkan pada PPCM, disfungsi endotel berkontribusi pada remodeling vaskular dan penurunan ketersediaan oksida nitrat, yang memperburuk fungsi miokardium dan menyebabkan gagal jantung (Gambar 1). 3) Baik PE maupun PPCM tampaknya memiliki predisposisi genetik.

Risiko PE telah dikaitkan dengan sejumlah gen yang terlibat dalam fungsi vaskular, respons imun, trombofilia, dan regulasi tekanan darah. Studi terbaru juga menunjukkan peran genetik dalam PPCM yang terkait dengan perubahan struktur kardiomiosit, remodeling jantung, dan angiogenesis.

Kami mencoba melacak keberadaan gen yang terkait dengan PPCM menggunakan basis data dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/gene. Setelah itu, Kami menemukan sebanyak 13 gen terkait dengan kardiomiopati peripartum. Kami mencari hubungan antara gen-gen tersebut dan PE. Berdasarkan penyelidikan, kami mengidentifikasi 8 gen yang berperan dalam PE dan PPCM, yaitu CD274, FLT1, GNB3, MIR146A, PDCD1, PlGF, SERPINE1, dan VEGFA

Simpulan

PE dan PPCM adalah dua problem besar selama kehamilan dan berbagi patofisiologi seperti 1) respons inflamasi dan imunologi, 2) disfungsi endotel, dan 3)predisposisi genetik. Memahami hubungan kompleks antara preeklampsia dan PPCM sangat penting untuk mengembangkan opsi terapi yang terfokus dan meningkatkan luaran yang lebih baik bagi ibu dan janin. Deteksi dini dan manajemen yang tepat dari kondisi ini sangat penting terutama pada wanita yang telah mengetahui faktor risikonya. Adanya tiga hal yang menunjukkan hubungan keduanya memerlukan investigasi lebih lanjut yang dapat berguna di level klinis.

Penulis: Khanisyah Erza Gumilar

Link: https://doi.org/10.1155/2024/7713590

Baca juga: Hasil Analisis Nutrigenomik Pada Penyintas COVID-19