Universitas Airlangga Official Website

Menyelidiki Keterkaitan ICT dan Input Pertanian terhadap Produksi Pertanian Berkelanjutan: Pendekatan ARDL

Ilustrasi oleh sarana pertanian, perkebunan dan kehutanan

Saat ini, dunia dihadapkan pada tantangan serius seperti kelaparan, ketidakamanan pangan, kemiskinan, pertanian yang tidak terencana, dan kerusakan lingkungan. Meskipun berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi masalah kelaparan, kemiskinan, dan ketidakamanan pangan, seringkali terjadi pengabaian terhadap dampak dari upaya-upaya tersebut terhadap lingkungan. Praktik pertanian berlebihan, seperti penggunaan pupuk dan pestisida secara tidak terkontrol serta eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya tanah, digunakan demi keuntungan jangka pendek. Namun, praktik-praktik semacam ini tidak berkelanjutan dan berpotensi menimbulkan risiko besar bagi generasi mendatang.

Menurut Food Insecurity Experience Scale, tingkat ketidakamanan pangan sedang hingga berat terus meningkat secara global sejak tahun 2014. Pada tahun 2020, peningkatan yang diantisipasi setara dengan akumulasi peningkatan dalam lima tahun sebelumnya. Sebanyak 2,37 miliar orang di seluruh dunia diperkirakan akan kekurangan akses terhadap pangan pada tahun 2020, dengan sebagian besar terdapat di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Karibia.

Sementara upaya menuju pertanian berkelanjutan menjadi semakin penting, kebijakan pertanian yang tidak berkelanjutan dapat memperburuk dampak negatif dari tantangan lingkungan, menyoroti urgensi untuk mengadopsi metode pertanian yang berkelanjutan dalam mencapai Sustainable Development Goal (SDG).

Dalam konteks pertanian berkelanjutan, memerlukan pencapaian keuntungan ekonomi, tanggung jawab lingkungan, dan akuntabilitas sosial. Information and Communication Technologies (ICT) memainkan peran sentral dalam menurunkan biaya produksi, meningkatkan produktivitas, dan mengoptimalkan keuntungan dalam kegiatan pertanian. Selain itu, ICT mendukung praktik-praktik ramah lingkungan, mengurangi dampak negatif pertanian pada lingkungan, dan bahkan membantu mengatasi masalah seperti polusi air dan emisi gas rumah kaca.

Foto oleh mesinpertanian.id

Keunggulan ICT dalam pertanian meliputi penyediaan informasi penting kepada petani melalui berbagai platform seperti aplikasi seluler, situs web, dan layanan pesan. Dengan ini, petani dapat mengakses informasi cuaca, harga pasar, teknik pertanian terbaik, dan praktik terbaru, memungkinkan mereka membuat keputusan yang lebih terbaru dan meningkatkan produktivitas mereka.

Pertanian memiliki peran vital dalam ekonomi Bangladesh, menyumbang lebih dari 41% peluang pekerjaan dan menjadi sumber penghidupan bagi lebih dari 70% penduduk. Meskipun menjadi pilar produksi pangan, kontribusi sektor ini terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami penurunan tahunan hingga mencapai 13,5%, disebabkan oleh faktor-faktor seperti menyusutnya lahan yang dapat diolah dan keterbatasan infrastruktur dan teknologi. Untuk mengatasi tantangan ini, integrasi ICT modern, seperti radio, televisi, ponsel pintar, dan internet, berperan penting dalam menyegarkan sektor pertanian.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ICT, seperti radio, televisi, telepon genggam, dan internet, dapat meningkatkan produktivitas pertanian, mengurangi ketidak efisienan, dan meningkatkan koordinasi rantai pangan. Selain itu, ICT juga membantu petani dalam mengakses informasi terkini terkait cuaca, harga pasar, teknik pertanian, dan praktik terbaik, sehingga meningkatkan pengambilan keputusan yang terinformasi. Penerapan ICT, termasuk aplikasi android terkait layanan pertanian, juga telah menjadi populer di kalangan petani dengan memberikan solusi inovatif dan memfasilitasi pertukaran pengetahuan antar petani.

Penelitian ini mengeksplorasi potensi Information and Communication Technologies (ICT) untuk menjamin keberlanjutan sektor pertanian Bangladesh. Dengan menggunakan data dari tahun 1971 hingga 2022, digunakan model Autoregressive Distributed Lag (ARDL) untuk menganalisis dinamika variabel yang terkait dengan ICT dan pertanian berkelanjutan.

Temuan menunjukkan adanya korelasi jangka panjang antar variabel, penggunaan telepon dan tenaga kerja pertanian, misalnya, memiliki dampak positif pada produksi pertanian dalam jangka pendek, walaupun dampak positif ini cenderung menurun seiring berjalannya waktu. Di sisi lain, penggunaan internet dan telepon seluler awalnya menunjukkan dampak negatif, tetapi seiring berjalannya waktu, keduanya berubah menjadi faktor positif yang secara signifikan meningkatkan produktivitas pertanian dalam jangka panjang.

Penggunaan pupuk secara konsisten terbukti memberikan dampak positif yang signifikan pada hasil pertanian. Dalam rangka mencapai hasil terbaik, studi ini merekomendasikan beberapa kebijakan. Antara lain, peningkatan infrastruktur ICT di pedesaan, pelatihan literasi digital bagi petani guna meningkatkan kemampuan mereka dalam menggunakan aplikasi pertanian digital, akses yang lebih baik terhadap layanan informasi iklim untuk membantu petani beradaptasi dengan perubahan pola cuaca, promosi praktik manajemen tanah berkelanjutan, dorongan pertanian organik, investasi dalam mekanisasi pertanian untuk meningkatkan efisiensi, serta menjaga konsistensi kebijakan pertanian agar dapat mencapai tujuan jangka pendek dan panjang terkait keamanan pangan dan stabilitas ekonomi.

Penulis: Dr. Miguel Angel Esquivias Padilla, M.SE.