Universitas Airlangga Official Website

Mewujudkan Successful Aging: Dukungan Holistik bagi Lansia Indonesia

Pada 29 Mei 2024 lalu Indonesia merayakan Hari Lanjut Usia Nasional. Ini adalah momen yang tepat untuk merenungkan strategi yang dapat meningkatkan kualitas hidup populasi lansia kita. Di tengah berbagai tantangan yang sedang dihadapi negara ini, perawatan dan kesejahteraan lansia sering diabaikan.

Successful aging adalah konsep multidimensional yang mencakup kesejahteraan fisik, psikologis, dan sosial. Fokusnya adalah memahami aspek biologis penuaan, kemudian mempromosikan praktik yang mendukung kesehatan fisik para lansia.

Aktivitas fisik yang teratur, pola makan seimbang, dan perawatan kesehatan preventif merupakan komponen yang penting. Beberapa studi menunjukkan bahwa lansia yang berolahraga secara teratur memiliki mobilitas yang lebih baik, risiko penyakit kronis yang lebih rendah, hingga kesehatan mental yang lebih baik.

Populasi lansia di Indonesia diperkirakan akan meningkat signifikan, sekitar 40 juta pada tahun 2030 dan 74 juta pada tahun 2050 (BPS, 2022). Pertumbuhan ini membawa tantangan besar, termasuk pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan, dukungan ekonomi melalui skema pensiun yang memadai, serta infrastruktur yang ramah lansia.

Berkaca pada jumlah tersebut, tentu saja Indonesia akan menghadapi banyak tantangan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup lansia. Mulai dari akses yang terbatas ke layanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan, hingga kurangnya dukungan ekonomi. Masalah-masalah tersebut membutuhkan perhatian serius dan solusi yang efektif.

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai langkah untuk mendukung lansia melalui berbagai kebijakan dan program. Namun, selalu ada ruang untuk perbaikan agar perawatan yang komprehensif dapat tercapai. Menyelaraskan dengan program SDGs, terutama SDG ke-1 (Tanpa Kemiskinan), 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik), dan 8 (Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dapat menjadi gambaran besar untuk meningkatkan kualitas hidup lansia kedepannya.

Pemerintah telah mengimplementasikan beberapa inisiatif untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi lansia, seperti pendirian bangsal geriatrik di rumah sakit, dan penyediaan asuransi kesehatan bersubsidi. Namun, aksesibilitas dan kualitas perawatan tetap menjadi tantangan, terutama di daerah 3T.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah perlu berinvestasi dalam melatih lebih banyak spesialis geriatrik, memperluas layanan telemedicine, hingga meningkatkan pendanaan untuk klinik kesehatan di daerah. Program kesehatan preventif, seperti skrining rutin dan vaksinasi juga penting dalam upaya monitoring penyakit kronis.

Pos Pelayanan Terpadu (Posbindu) harus dioptimalkan. Lansia membutuhkan program kesehatan berbasis komunitas yang menangani kesehatan fisik, mental, dan sosial. Program-program ini harus mencakup kelas kebugaran, kelompok dukungan kesehatan mental, serta beragam kegiatan sosial yang disesuaikan untuk lansia.

Ketidakstabilan ekonomi merupakan masalah signifikan bagi banyak lansia di Indonesia. Skema pensiun serta manfaat jaminan sosial, perlu diperkuat untuk memastikan pendapatan yang stabil di masa lansia. Pemerintah harus mempertimbangkan kebijakan yang mendorong lifelong learning dan pengembangan keterampilan, agar lansia dapat tetap berdikari secara ekonomi.

The New Grey dan Rucas.co, memberikan dobrakan unik di Korea dan Indonesia. Lansia direkrut sebagai model fesyen dan juga brand-ambassador dari produk mereka. Gerakan ini merekonstruksi persepsi masyarakat tentang penuaan, sekaligus memberikan peluang baru bagi lansia. Munculnya inisiatif semacam ini menampilkan keindahan, kebijaksanaan lansia, hingga menantang stereotip ageism dan mempromosikan citra positif dari penuaan.

Ide besarnya adalah menekankan bahwa usia bukanlah penghalang untuk kreativitas. Dengan melibatkan lansia dalam industri fesyen dan periklanan, gerakan  The New Grey dan Rucas.co memberikan mereka platform untuk berbagi cerita, pengalaman, dan perspektif mereka, sehingga dapat memperkaya lanskap budaya.

Menciptakan lingkungan yang ramah usia dan komunitas yang inklusif, sangat penting untuk kesejahteraan lansia. Perencanaan kota harus mengintegrasikan infrastruktur yang ramah lansia, seperti transportasi umum yang mudah diakses dan fasilitas rekreasi. Program berbasis komunitas yang mendorong interaksi sosial dan partisipasi dapat membantu mengatasi kesepian dan isolasi sosial yang sering dialami lansia.

Mendorong lansia untuk terlibat dalam pekerjaan sukarela, layanan masyarakat, dan kesempatan untuk lifelong learning. Kegiatan ini dapat meningkatkan tujuan hidup dan social belonging mereka. Edukasi kesehatan serta dukungan bagi lansia yang bersiap untuk melakukan ibadah Haji juga tidak kalah penting. Memastikan para lansia siap secara fisik dan mental untuk perjalanan tersebut.

Dengan mengadopsi strategi-strategi ini dan memperkuat kebijakan yang ada. Indonesia dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghargai lansia. Merayakan Hari Lanjut Usia Nasional seharusnya bukan hanya menjadi momen pengakuan, tetapi juga seruan untuk bertindak secara nyata guna meningkatkan kualitas kehidupan populasi lansia kita. Melalui upaya bersama, kita dapat memastikan bahwa lansia kita menua dengan sukses dan terus berkontribusi secara bermakna bagi masyarakat.

Penulis: Rizky Sugianto Putri dan Citra Hennida, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik