Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian paling banyak di Indonesia bahkan di Dunia. Penyakit jantung koroner (PJK), termasuk sindrom koroner akut (SKA) dan sindrom koroner kronis (SKK), telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang krusial dalam beberapa dekade terakhir. Penatalaksanaan penyakit jantung saat ini mulai banyak peningkatan dan perbaikan sehingga selama beberapa dekade terakhir, telah terjadi penurunan dalam mortalitas PJK. Penggunaan terapi medis berbasis bukti serta peningkatan kesadaran masyarakat terkait dalam menggendalikan faktor risiko denbgan perubahan gaya hidup banyak memberikan dampak positif pada angka kejadian, kesakitan, dan kematian PJK. Meskipun demikian beban PJK masih tetap tinggi, terutama di negara berkembang.
Albumin, merupakan salah satu protein yang melimpah di dalam tubuh. Albumin berperan dalam mempertahankan tekanan onkotik plasma atau dalam kata lain albumin menjaga cairan yang berada dalam vaskular untuk tidak merembes atau kebocoran. Selain itu,albumin juga memberi nutrisi bagi sel-sel ke organ lain seperti tubulus ginjal, dan dapat juga bertindak sebagai antioksidan. Albumin dapat dilepaskan ke dalam urin karena disfungsi barier filtrasi membran glomerulus mengalamai gangguan. Peningkatan konsentrasi albumin urin baik dalam konsentrasi rendah dikenal dengan mikroalbuminuria. Mikroalbuminaria adalah salah satu faktor yang telah diteliti berperan secara independen dalam risiko penyebab kematian pada penyakit kardiovaskular di berbagai populasi. Sampel urin 24 jam adalah tes baku (standar emas) dalam diagnostik kasus ini untuk mengidentifikasi kejadian mikroalbuminuria. Test ini memiliki variabilitas yang rendah, tersedia secara umum, mudah, dan terjangkau. Namun, karena sedikitnya penelitian yang menyelidiki hubungan mikroalbuminuria dan mortalitas pada populasi PJK sehingga nilai prognostik mikroalbuminuria pada PJK masih diperdebatkan. Oleh karena itu, kami melakukan meta-analisis untuk menilai efek mikroalbuminuria pada kematian pada populasi PJK.
Metaanalisis ini dilakukan dengan melakukan pencarian literatur secara komprehensif pada beberapa database seperti Pubmed, EuroPMC, Science Direct, dan Google Scholar dari tahun 2000 hingga September 2022. Kami mengkhususkan hanya studi prospektif yang menyelidiki mikroalbuminuria dan kematian pada pasien PJK yang akan dipilih untuk dianalisis. Estimasi efek gabungan dilaporkan sebagai rasio risiko (RR). Temuan yang kami dapatkan dari metaanalisis dengan 5176 pasien dari delapan studi observasional prospektif yang sesuai dengan kriteria adalah individu dengan PJK memiliki risiko keseluruhan yang lebih besar untuk semua penyebab kematian serta mortalitas kardiovaskular dengan RR sebesar 2,07. Ini berarti bahwa microalbuminaria memiliki peranan dalam kematian pada PJK. Kami menyimpulkan bahwa bahwa mikroalbuminuria dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi pada individu dengan PJK. Dengan demikian mikroalbuminuria dapat berfungsi sebagai prediktor hasil yang buruk pada pasien PJK.
Studi ini tentu masih memiliki banyak kelemahan, jumlah studi yang sesuai untuk dilakukan analisis masih sangat terbatas dengan jumlah populasi yang terbatas hanya berasal dari Eropa, Amerika, dan beberapa Asia. Diperlukan populasi yang lebih beragam untuk memprediksi peranan microalbuminaria dalam kematian pada populasi PJK. Selain itu jumlah sampel yang terlibat diharapkan lebih banyak lagi sehingga pengambilan kesimpulan bisa lebih mendekati populais atau keadaan yang sebenarnya.
Oleh: Cennikon Pakpahan
Microalbuminuria and mortality in individuals with coronary heart disease: A meta-analysis of a prospective study
Link: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0019483223000895