Mikroalga merupakan mikroorganisme fotosintetik dengan morfologi sel yang bervariasi, baik uniseluler maupun multiseluler yaitu membentuk koloni kecil. Sebagian besar mikroalga tumbuh secara fototrofik, meskipun tidak sedikit jenis yang mampu tumbuh secara heterotrofik. Mikroalga salah satu jenis pakan alami yang keberadaannya dalam usaha benih perikanan (hatchery) sangat penting. Mikroalga digunakan juga sebagai pakan bagi pakan alami yang lain seperti artemia dan rotifer yang menetukan kelangsungan hidup larva ikan dan udang dalam hatchery sampai siap untuk dijual dalam bentuk benih. Walaupun mikroalga tersedia melimpah di berbagai microhabitat perairan tawar dan laut, tetapi hanya beberapa jenis yang telah dikultur secara luas untuk kepentingan pembenihan di hatchery.
Suatu perlakuan awal, air yang digunakan untuk kultur mikroalgae adalah tahapan penting didalam kultur mikroalga. Ketika kita menggunakan air laut secara alami, air danau, air sungai dan sumber air lainnya perlu dilakukan tahapan-tahapan perlakuan sebelum dilakukan inokulasi dengan sel algae. Semua air yang digunakan dalam kultur mikroalgae sebaiknya diperlakukan untuk menghilangkan semua bahan-bahan partikel dan sel-sel plankton termasuk protozoa, ciliata, bacteria, dan spesies-spesies algae yang lain serta pelarutan dari metal maupun bahan organik. Perlakuan ini bisa sederhana dan atau komplek baik perlakuan cesara fisik, kimiawi maupun biologis yang kesemuanya untuk mendapatkan kualitas air yang baik. Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga selama kultur adalah kualitas air yaitu kondisi fisika dan kimia dari medianya. Kondisi fisika meliputi suhu, intensitas cahaya dan aerasi. Sementara kondisi kimia meliputi salinitas, pH, kadar oksigen terlarut, nitrat dan fosfat.
Salinitas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perkembangan mikroalga, terutama dalam mempertahankan tekanan osmosis antara protoplasma sel dengan air sebagai lingkungannya. Pada parameter salinitas sangat penting untuk diperhatikan karena salinitas mampu meningkatkan efisiensi penggunaan energi dalam proses osmoregulasi. Salinitas yang sesuai untuk kultur mikroalga dapat berbeda-beda, tergantung jenis mikroalga yang dikultur.
Suhu adalah ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau sistem. Suhu didefinisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki oleh dua benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal. Suhu yang sesuai untuk kultur mikroalga dapat berbeda-beda, tergantung jenis mikroalga yang dikultur. Suhu yang optimum untuk kultur alga 18-24o C.
Sebagai organismeyang berfotosisntesis, cahaya berperan penting dalam kultur dalam kultur mikroalga. Intensitas cahaya yang diperlukan dalam kultur mikroalga tergantung kepada kedalaman dan konsentrasi sel. Cahaya dapat berasal dari cahaya matahari ataupun dari lampu fluoresens. Hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah fotoperiodisme cahaya.
Derajat keasaman (pH) merupakan parameter penting dalam menentukan kualitas air. Nilai pH adalah gambaran jumlah atau aktivitas hidrogen dalam air. Secara umum, nilai pH menunjukkan seberapa asam atau basa air tersebut. Nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa. Kisaran pH untuk kultur mikroalga adalah 7-9 dengan kisaran optimum pada pH 8,2 – 8,7. Penambahan karbondioksida pada proses aerasi akan mengurangi penambahan pH selama kultur.
Kadar oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua biota untuk bernapas, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobic . Kandungan oksigen terlarut atau DO sangat berperan penting dalam menentukkan kelangsungan hidup organisme perairan. Oksigen diperlukan oleh organisme akuatik untuk mengoksidasi nutrien yang masuk ke dalam tubuhnya. Oksigen terdapat dalam perairan berasal dari fotosintesis organisme berklorofil seperti mikroalga.
Nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di perairan dan menjadi nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan memiliki sifat yang stabil Bila kadar nitrat melebihi dari nilai yang seharusnya dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi dan menyebabkan blooming sehingga terjadi pesatnya pertumbuhan bagi mikroalga dan tumbuhan air lain.
Aerasi penting untuk mencegah sedimentasi pada mikroalga, membuat semua sel mikroalga terekspos cahaya dan nutrien secara merata, dan meningkatkan pertukaran gas antara kultur media dan udara. Cara lain untuk mendapatkan air media kultur yang steril bisa dengan chlorinisasi, yaitu dengan menambahhkan 20-25 ppm chlorin yang mampu membunuh protozoa dan virus dengan periode waktu 5 – 20 menit. Namun setelah airnya diberi chlorin perlu dilakukan pengurangan kadar chlorin dengan cara memfilter air tersebut dengan catridge filter dengan pore size 1-5 mm dan dilakukan airasi selama 12 jam. Direkomendasikan sterilisasi melalui chlorinisasi ini khusus untuk skala kultur yang besar
Penulis: Luthfiana Aprilianita Sari