Pterigium merupakan pertumbuhan berbentuk sayap dari konjungtiva dan jaringan fibrovaskular ke permukaan kornea. Pterigium ini banyak tumbuh pada daerah yang disebut dengan sabuk pterigium terletak antara 37O lintang utara sampai 37O lintang selatan. Penyakit ini memiliki tingkat kekambuhan pasca operasi yang tinggi (yang nilainya bisa mencapai 89% dan tingkat keparahannya dapat bervariasi sesuai dengan pendekatan yang diadopsi dan kondisi sebelum operasi). Untuk mengurangi angka kekambuhan pasca operasi dikembangkan beberapa teknik operasi. Patofisiologi perkembangan pterigium beragam, salah satu faktor utama adalah proses proliferasi yang diprakarsai oleh mediator TGF–β.
Salah satu terapi yang dikembangkan untuk mencegah rekurensi pterigium adalah dengan menargetkan terapi pada jalur proliferasi dengan menambahkan operasi pterigium dengan terapi adjuvant MMC. MMC berperan dalam menghambat sintesis DNA sehingga menurunkan ekspresi TGF–β dan berujung menghambat proliferasi dari sel. Meskipun dapat menurunkan angka rekurensi yang cukup baik, tetapi MMC memiliki resiko komplikasi yang cukup serius dan tinggi. Oleh karena itu diperlukan agen utuk menekan proliferasi pterigium yang relatif lebih aman.
Curcumin merupakan senyawa yang berasal dari umbi Curcuma longa L. yang termasuk polifenol. Senyawa ini memiliki beberapa efek pada manusia diantaranya adalah antioksidan, antiinflamasi dan antiproliferasi. Curcumin memodulasi proliferasi dengan rangsang pembentukan TGIF yang merupakan regulator negatif dari TGF–β sehingga dapat memodulasi proliferasi. Fibrin Glue (FG) merupakan produk turunan yang berasal dari darah. Produk ini sudah banyak digunakan untuk operasi terutama di bidang ophthalmologi. Utamanya produk ini digunakan sebagai komponen pelekat, tetapi FG juga memiliki khasiat lain diantaranya adalah modulator inflamasi. Dengan memodulasi ekspresi TGF–β produk ini dapat memodulasi proliferasi dan mencegah jaringan fibroblast yang berlebih. Keduanya akan dinilai dengan dibandingkan terhadap kontrol dan MMC untuk diuji pengaruhnya terhadap ekspresi TGF–β dan proliferasi dalam penelitian ini.
Sel fibroblas pterigium yang didapatkan dari pasien dengan pterygium grade 3-4 yang telah memenuhi kriteria inklusi dilakukan karakterisasi sel fibroblas pterigium dan staining dengan antibodi Vimentin. Dilakukan uji untuk mengetahui dosis optimal curcumin, MMC dan FG dengan membandingkan viabilitas sel fibroblas menggunakan MTT Assay. Didapatkan konsentrasi curcumin 200 μmol/L, MMC 0.4 mg/ml dan FG perubahan viabilitas sel dan selanjutnya untuk diberikan perlakuan. Sel fibroblas selanjutnya dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol, curcumin 200 μmol/L, MMC 0.4 mg/ml dan Fibrin Glue. Dilakukan uji ekspresi TGF–β pada 48 jam setelah sel ditanam pada well plate dengan menggunakan immunositokimia dengan dibandingkan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi lalu selanjutnya dilakukan uji proliferasi dengan pada sel sudah konfluen kemudian ditanam pada well plate dan dievaluasi dengan MTT assay, dinilai pertambahan sel selama 48 jam.
Hasil penelitian dari pengaruh curcumin, FG dan MMC terhadap ekspresi TGF–β didapatkan bahwa ekspresi TGF–β pada kelompok kontrol dengan mean 59.10233 ± 9.388425 (40.541-77.612), kelompok MMC 0.4 mg/mL dengan mean 19.59442 ± 8.934469 (3.825-35.363), kelompok curcumin 200 μmol/L mean 35.62500 ± 5.343364 (28.919 – 42.331) dan kelompok fibrin glue dengan mean 46.55467 ± 12.693456 (29.370 – 63.740). Uji posthoc dengan Tukey test menunjukkan perbedaan ekspresi TGF–β pada HPF yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok curcumin, MMC dan FG (p<0.001), kelompok curcumin dengan kontrol, MMC dan FG (p<0.001), kelompok MMC dengan kontrol, curcumin dan FG (p<0.001), serta FG dengan kontrol, curcumin dan MMC (p<0.001).
Hasil penelitian dari pengaruh curcumin, FG dan MMC terhadap proliferasi didapatkan pada kelompok kontrol pada 0.36317 ± 0.005797 (0H); 0.53392 ±0.011196 (24 H); 0.65492 ± 0.008251 (48H), kelompok MMC 0.4 mg/mL: 0.37608 ± 0.012731 (0H); 0.41108 ± 0.010113 (24H); 0.56333 ± 0.020720 (48H), kelompok Curcumin 200 μmol/L: 0.37175 ± 0.003980 (0H); 0.46875 ± 0.014220 (24H), 0.58792 ± 0.015222 (48H) dan kelompok FG pada 0.36667 ± 0.002640 (0H), 0.49742 ± 0.007077 (24 H), 0.60067 ± 0.012346 (48 H) Uji Anova menunjukkan perbedaan yang bermakna inhibisi proliferasi antara kelompok perlakuan dengan kontrol (p<0.001). Rerata proliferasi terendah didapatkan pada kelompok MMC 0.4 mg/mL dan rerata tertinggi pada kelompok kontrol. Uji posthoc dengan Tukey test menunjukkan perbedaan induksi apoptosis pada sel HPF yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok curcumin, MMC dan FG (p<0.05), kelompok curcumin dengan kontrol, MMC dan FG (p<0.05),
kelompok MMC dengan kontrol, curcumin dan FG (p<0.05), serta FG dengan kontrol, curcumin dan MMC (p<0.05).
Hasil evaluasi dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intervensi MMC, curcumin dan fibrin glue menunjukkan penurunan ekspresi TGF–β sel HPF. Didapatkan perbedaan eskpresi TGF–β dari ketiga intervensi tersebut dimana MMC 0.4 mg/mL merupakan kelompok dengan reduksi TGF–β tertinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, curcumin 200 μmol/L, dan FG. Uji proliferasi menunjukkan bahwa MMC 0.4 mg/mL mampu menekan proliferasi tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, curcumin 200 μmol/L, dan FG. Curcumin 200 μmol/L mempunyai efek penurunan proliferasi yang menyerupai FG meskipun masih lebih sedikit bila dibandingkan dengan MMC. Studi lanjutan diperlukan untuk menilai faktor inflammasi lain dan ekspresi marker inflammasi lain untuk menjadikan curcumin dan FG menjadi suatu potensi terapi adjuvan pada pencegahan rekurensi pterigium.
Penulis: Muhammad Abdurrauf
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :
https://balimedicaljournal.org/index.php/bmj/article/view/3315
Judul Jurnal:
Mitomycin C, Curcumin, and Fibrin Glue Inhibit The Cell Proliferation and Expression of TGF-B in Human Pterygium Fibroblast