Universitas Airlangga Official Website

Model Pembentuk Perilaku Produktif Dosen dan Tenaga Kependidikan pada Saat Work From Home

Foto by Merdeka

Semenjak mewabah di sejumlah negara, kata Corona (SARS-CoV-2) dan Covid-19 menjadi topik yang diperbincangkan di mana – mana.  Covid-19 yang berawal dari Wuhan , China dan menyebar ke hampir seluruh belahan dunia ini dinyatakan World Health Organization (WHO)  sebagai musuh kemanusiaan. Lebih lanjut untuk mempertegas dampak Covid.19 ini, Presiden RI , Joko Widodo menyatakan sebagai Pandemi Nasional Covid.19

Covid.19 yang awalnya merupakan permasalahan kesehatan, berdampak pada berbagai bidang  kehidupan, yakni sosial, pendidikan dan tentu saja juga pada bidang  industri dan dunia usaha. Berbagai macam kegiatan    yang mengharuskan diberlakukannya social atau  physical  distancing membuat  perusahaan mengambil  kebijakan bagi karyawannya melakukan aktivitas kerja di rumah. Aktivitas kerja di rumah ini secara umum di kenal dengan istilah Work From Home (WFH). Jelas sekali bahwa  pandemi Corona virus – 19 telah  mengubah kehidupan banyak masyarakat, tidak hanya di Indonesia saja tetapi hampir di seluruh dunia merasakan hal yang sama. 

Physical distancing  menjadi hal yang sangat penting yang harus dilakukan oleh semua pihak  dengan harapan bahwa  pandemi coronavirus ini tidak menyebar luas. Mempelajari hal  tersebut maka  banyak pula perusahaan yang menerapkan kebijakan karyawan bekerja dari rumah atau lebih dikenal dengan Working from Home  (WFH) untuk mengurangi mata rantai penyebaran  virus ini; termasuk juga Universitas Airlangga.

Dalam situasi WFH, dosen dan tendik sebagai elemen kegiatan akademik kampus,  tetap dituntut untuk dapat bekerja seoptimal mungkin. Seperti diketahui bahwa bekerja seoptimal mungkin atau dapat di katakan perilaku produktif merupakan perilaku dari karyawan yang bukan hanya semata berorientasi efisien dalam penggunaan sumber daya, tetapi juga efektif dalam mencapai tujuan perusahaan.  Penelitian Sirait  (2020) menunjukkan hasil bahwa  pandemi covid 19, menjadikan WFH sangat signifikan berpengaruh terhadap pembentuk perilaku produktif karyawan yang tentu saja jika tidak tertatasi dengan baik akan berdampak pada perekonomian bangsa.  Institusi pelayanan pendidikan diharapkan pemerintah untuk tetap menunjukkan perilaku produktif bagi masyarakat.

Penelitian ini menemukan bahwa pada saat WFH Dosen dan Tenaga kependidikan (Tendik) masih dapat berperilaku secara produktif.   Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris Model Pembentuk Perilaku Produktif Dosen dan Tenaga Kependidikan( Tendik)  pada saat work from home (WFH). Subjek dalam penelitian ini adalah 556 karyawan yang terdiri atas dosen dan tendik  di lingkungan Universitas Airlangga (UNAIR). Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala, yang  meliputi (1) Skala  job crafting, (2) Skala stress kerja, (3) Skala persepsi dukungan organisasi, (4)Skala  kebosanan, (5) Skala work engagement, (6) Skala  perilaku produktif, dan (7) Skala kesehatan mental.

Hasil penelitian menghasilkan beberapa hal yaitu :

1.            Hubungan Persepsi Dukungan Organisasai dengan Job Crafting

Persepsi dukungan organisasi atau perceived organizational support. (POS) merupakan kepercayaan karyawan terhadap organisasi bahwa organisasi akan menghargai kontribusi dan kesejahteraan mereka. Persepsi dukungan organisasi merupakan persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi menilai kontribusi mereka dan memperhatikan kesejahteraan mereka. Persepsi dukungan organisasi berasal dari teori dukungan organisasi yang menjelaskan hubungan antara pemimpin dan karyawan berdasarkan teori pertukaran sosial, dan bagaimana karyawan memandang dukungan tergantung pada bagaimana mereka mempersonifikasikan organisasi. Dari hasil penelitian menunjukkan Universitas Airlangga sudah memperhatikan kontribusi, keluhan dan menerima masukan dari karyawannya serta sudah memperhatikan kepuasan karyawan di tempat kerja sehingga menimbulkan gairah dan dedikasi karyawan untuk lebih memajukan Universitas Airlangga

2.            Hubungan Persepsi Dukungan Organisasai dengan Stress Kerja.

Pada penelitian ini hasil dari variabel stres kerja menunjukan bahwa mayoritas karyawan Universitas Airlangga memiliki stres kerja yang rendah. Hasil data tersebut dapat diartikan bahwa mayoritas karyawan Universitas Airlangga cenderung memiliki stres kerja yang rendah dikarenakan Universitas Airlangga menciptakan lingkungan kerja yang positif sehingga menimbulkan persepsi dukungan organisasi yang positif.

3.            Hubungan Persepsi Dukungan Organisasai dengan Kebosanan

Hasil penelitian ini menguatkan pemahaman juga bahwa dengan adanya dukungan positif dari organisasi, maka karyawan menjadi lebih merasa dihargai sehingga justru meningkatkan self belonging terhadap organisasi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Universitas Airlangga memberikan lingkungan yang positif dan mendukung sehingga berdampak pada persepsi yang positif, persepsi inilah yang mengurangi kebosanan karyawan Universitas Airlangga, meskipun harus melakukan aktivitas pekerjaan dari rumah.

4.            Hubungan Persepsi Dukungan Organisasai dengan Kesehatan Mental

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Universitas Airlangga memberikan dukungan organisasi yang positif sehingga berdampak pada  kesehatan mental karyawan  yang baik.  Dengan dukungan organisasi yang positif, maka Kesehatan mental karyawan di lingkungan Universitas Airlangga menjadi semakin positif juga.

5.            Hubungan Kebosanan dengan Job Crafting

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bekerja dirumah (Work From Home) mengakibatkan kebosanan pada karyawan Universitas Airlangga sehingga menurunkan motif dan dedikasi pekerjaan sehingga diperlukan usaha usaha untuk mengatasi kejenuhan dirumah.

6.            Hubungan Kebosanan dengan Kesehatan Mental

Pengaruh Kebosanan terhadap Kesehatan Mental sebesar -0.12 atau 12%. Hal ini menunjukkan bahwa kebosanan akan mampu menurunkan Kesehatan Mental sebesar 12%. Atau dengan kata lain bahwa semakin tinggi kebosanan maka akan mampu membuat kesehatan mental pegawai/staf menjadi semakin rendah. Kebosanan yang melanda saat pandemi corona dapat memicu kebosananan karyawan Universitas Airlangga saat bekerja dirumah sehingga dapat memicu penurunan kesehatan mental.

7.            Hubungan Kebosanan dengan Work Engagement 

Pengaruh Kebosanan terhadap Work Engagement sebesar -0.21 atau 21%. Hal ini menunjukkan bahwa kebosanan akan mampu menurunkan Work Engagement sebesar 21%. Kebosanan ini terjadi pada  karyawan yang bekerja dirumah, karena sistem online ini merupakan hal baru memang masih membutuhkan adaptasi. Adaptasi perlu dilakukan oleh karyawan Universitas Airlangga. Tentunya di awal proses adaptasi ini butuh waktu untuk penyesuaian. Untuk itu yang perlu diperhatikan dinamika masa penyesuaian ini sambil karyawan dapat membuat sistem kerja online yang tetap memperhatikan kesehatan mental dan kondisi masa karantina Covid-19.

8.            Hubungan Stress Kerja dengan Kebosanan

Pengaruh Stres Kerja terhadap Kebosanan sebesar 0.39 atau 39%. Hal ini menunjukkan bahwa Stres Kerja akan mampu meningkatkan kebosanan sebesar 39%.  Munculnya stres tidak dapat dipisahkan dari masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Masalah terjadi ketika terdapat kesenjangan antara kebutuhan atau harapan pribadi dengan kenyataan di lingkungan. Stres yang tinggi karyawan Universitas Airlangga akan mengakibatkan kebosanaan yang akan  merusak kesehatan mental karyawan.

Jika kondisi-kondisi tersebut dipertahankan, karyawan akan merasa semakin terpuruk dan merasa masalah semakin berat dan memusingkan sehingga tidak dapat memanfaatkan kesempatan untuk bekerja memecahkan masalah. Padahal, salah satu langkah menuju kinerja yang efektif adalah belajar memecahkan masalah yang kita hadapi. Sehingga ketika kita dihadapkan pada masalah yang lain, karyawan Universitas Airlangga juga dapat mengatasinya dengan lebih efektif dan efisien dengan manajemen organisasi yang baik.

9.            Hubungan Stress Kerja dengan Kesehatan Mental

Pengaruh Stres Kerja terhadap Kesehatan Mental sebesar -0.28 atau 28%. Hal ini menunjukkan bahwa Stres Kerja akan mampu menurunkan Kesehatan Mental sebesar 28%.  Semakin tinggi Stres Kerja, maka akan semakin rendah pula Kesehatan Mentalnya. Stres berpengaruh besar pada kesehatan mental. Seseorang karyawan yang mengalami stres lantaran ia tak bisa mengelola beban pikiran yang ada di kepalanya dengan baik. Akibatnya, ia bisa mengalami kecemasan berlebihan atau juga depresi.   Banyak situasi yang dapat membuat stres. Sebagai contoh pekerjaan yang sangat banyak yang harus dilakukan dan diselesaikan, atau situasi saat karyawan tidak memiliki kontrol atas apa yang terjadi. Stres bisa juga terjadi karena merasa tidak bisa melakukan apa yang diharapkan.

Penulis: Prof. Dr. Fendy Suhariadi, Drs., M.T.

Jurnal: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36855679/