Osteoartritis meruapakan penyakit sendi yang ditandai dengan kerusakan jaringan tulang rawan (kartilago) dan keradangan (inflamasi) pada sendi. Osteoratritis sering ditemukan terjadi pada sendi penyangga berat badan tubuh, seperti sendi lutut. Individu yang menderita OA mengalami kesulitan bergerak, bengkak di area sendi, nyeri yang tak tertahanka. Produktivitas kerja dan kualitas hidup penderita OA menurun drastis. Penderita OA menjadi tidak mandiri dan bergantung kepada bantuan sekitar untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Pengobatan OA secara medis dilakukan melalui prosedur pembedahan dan injeksi anti radang langsung ke sendi yang mengalami OA. Pengobatan tidak menyelesaikan masalah, hanya mengurangi nyeri dan memperlambat kerusakan sendi yang progresif. Osteoartritis jauh lebih efektif dan efisien bila dicegah secara dini melalui upaya deteksi dini dan manipulasi progresifitas proses kerusakan kartilago. Sayangnya, sampai saat ini upaya pencegahan melalui deteksi dini dan manipulasi untuk menghambat progresifitas kerusakan terkendala oleh linimasa mekanisme OA yang belum diketahui secara pasti.
Tikus merupakan salah satu hewan yang digunakan di laboratorium untuk pemodelan sebuah penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari linimasa mekanisme OA dari tikus yang dimodelkan menderita OA. Bahan yang digunakan untuk menginduksi tikus sehat menjadi tikus OA adalah monosodium iodoasetat (MIA). Tikus sehat diinjeksi dengan MIA langsung ke ruang sendi lutut dengan bantuan spuit. Kesehatan tikus diikuti setiap hari dengan mengobservasi bengkak sendi, tingkat nyeri dan perilaku gerak tikus.
Injeksi MIA memicu pembentukan radikal bebas di dalam ruang sendi dan jaringan kartilago tikus. Radikal bebas bereaksi tak terkendali menyebabkan stres oksidatif dengan menekan sistem pertahanan antioksidan endogen kartilago. Stres oksidatif memicu respon keradangan di jaringan kartilago yang menyebabkan bengkak pada sendi. Respon keradangan terdeteksi melalui observasi interleukin-1 dan ekspresi NFKB pada jaringan kartilago. Respon keradangan memicu aktivitas enzim matriks metalloproteinase (MMP-9) yang mendegradasi protein kartilago sehingga timbul kerusakan yang massif pada kartilago sendi lutut tikus. Kerusakan kartilago tikus terdeteksi meningkat dari hari ke hari melalui pemeriksaan CTXII.
Pada hari ke-14 paska injeksi MIA, lutut tikus telah mengalami OA pada stadium yang ringan dan terus memberat hingga hari ke-42. Hari ke-14 merupakan hari terakhir yang menjadi kesempatan untuk mencegah progersivitas OA. Lewat dari hari ke-14, keruskan kartilago dan keradangan semakin sulit untuk diterapi. Semua tanda dan gejala OA yang ditemukan pada tikus model OA di hari ke-14 menjadi petunjuk untuk melakukan deteksi dini. Analisis jalur digunakan untuk menentukan molekul kunci yang berpotensi dihambat agar proses OA dapat dihentikan.
Penelitian ini menghasilkan temuan yang menjadi petujuk penting bagi penelitian berikutnya dalam rangka mencari cara untuk menghentikan progresivitas OA. Berkat tikus yang diinjeksi MIA, semua proses dari linimasa mekanisme OA dapat diketahui secara detil. Semoga di masa mendatang, penelitian ini dapat dilanjutkan untuk memperoleh prosedur pencegahan OA yang efektif dan efisien.
Penulis : Bambang Purwanto
Sumber artikel : Rena Normasari, Bambang Purwanto, Damayanti Tinduh. Monosodium iodoacetate induces Cartilage degradation and inflammation in rats in a dose- and time-dependent manner. Research Journal of Pharmacy and Technology. 2024; 17(3):1065-0. doi: 10.52711/0974-360X.2024.00166Â
baca juga: Khasiat Akar Bajakah sebagai Proteksi Toksisitas Kortikosteroid   Â