Universitas Airlangga Official Website

Motivasi untuk Para Alumni FEB

Ahmad Cholis Hamzah saat menjadi pembicara dalam sarasehan FEB (Foto: Istimewa)
Ahmad Cholis Hamzah saat menjadi pembicara dalam sarasehan FEB (Foto: Istimewa)

Saya diundang oleh Sekretaris IKAFE UNAIR sebagai salah satu pembicara pada acara sarasehan dalam rangka Dies Natalis FEB UNAIR ke-63 tanggal 24 Agustus 2024 di ruang Fajar Notonegoro Kampus Dharmawangsa-B UNAIR. Dua pembicara lainnya adalah junior saya, Didik Prasetiyono angkatan 93 yang sekarang menjabat Presiden Direktur PT SIER Surabaya dan Rudi Herdiyantoro angkatan 2001 – Group Head Akuntansi dan Anggaran PT Pelabuhan Indonesia.

Moderator dalam sarasehan itu Puji Sucia dosen FEB UNAIR. Topik Sarasehan itu sangat panjang “Optimalisasi Peran Strategis Alumni FEB UNAIR dalam Kontribusi bagi Alumni, Almamater serta Bangsa dan Negara Indonesia”. Acara dibuka oleh Dekan FEB UNAIR Prof Dr Dian Agustia, SE MSi Ak CMA CA yang memberikan informasi berbagai pencapaian bagus FEB UNAIR selama ini, misalkan prodi-prodi di FEB UNAIR itu no 1 di Indonesia – menyalip UI.

Sebagai salah satu yang tertua di sarasehan itu saya tentu memberikan motivasi kepada para alumni generasi muda tentang kebanggaan sebagai alumni FEB dan UNAIR mengingat berbagai kemajuan yang sudah dicapai termasuk perkembangan pembangunan fasilitas gedung-gedung yang baru di Kampus B.

Saya menceritakan zaman saya masuk FE UNAIR tahun 1973 betapa sederhananya fasilitas gedung di FE UNAIR waktu itu, dimana Kampus B itu hanya terdapat dua Fakultas yaitu Ekonomi dan Hukum. Gedungnya pun menjadi satu, lantai dua dan berbentuk seperti huruf L terbalik di mana bagian depannya yang memanjang dari barat ke timur ditempati Fakultas Hukum dan bagian sampingnya yang memanjang dari utara ke selatan ditempati Fakultas Ekonomi dan Perpustakaan.

Pada tahun 1970-an itu area Kampus B masih melompong dipenuhi alang-alang artinya tidak dipenuhi bangunan-bangunan gedung seperti sekarang. Di bagian sebelah selatan ada lapangan sepakbola – yang kononnya dibangun oleh alumni Fakultas Kedokteran yang menjadi Direktur Pertamina zaman Orde Baru dulu yaitu Jendral TNI dr Ibnu Sutowo (beliau ini pernah diperintahkan presiden Suharto untuk menemui Prof Habibie di Jerman dan memintanya untuk pulang ke Indonesia untuk membangun negara). Lapangan sepak bola itu kalau malam dipakai gelandangan tidur dan anak-anak kecil dari kampung Gubeng Airlangga main bola di sore hari,

Di sebelah samping gedung Fakultas Hukum dan Ekonomi itu dulu ada dua bangunan memanjang dengan separuhnya dinding tembok dan separuhnya kayu. Gedung itu mirip tempat peristirahatan karyawan yang bekerja di hutan Kalimantan atau mirip bangunan rumah di Amerika Serikat jamannya the wild – west dulu. Satu gedungnya ditempati kantor Senat Mahasiswa Fakultas Hukum dan satunya kantor Senat Mahahiswa Fakultas Ekonomi. Masing-masing gedung kayu itu ada meja permainan karambol dimana banyak mahasiswa yang bermain disitu sambil menunggu waktunya masuk kuliah.

Para alumni kedua fakultas itu yang sudah menjadi “orang” misalkan pengusaha, pejabat pemerintahan, anggota DPR, pejabat Partai Politik, TNI dan Polri, musisi, sebagian besar pernah bermain karambol di bangunan kayu itu. Karena itu alumni juga harus bersyukur dengan melihat berbagai pembangunan fasilitas di kampus saat ini yang sangat membanggakan.

Saya memberikan motivasi juga bahwa perlu ada kesadaran kebanggaan sebagai alumni UNAIR karena sekarang almamater kita ini “playing field”-nya sudah tidak ASEAN lagi tapi sudah dunia. Sehingga para alumni UNAIR terutama generasi mudanya perlu menyadari bahwa kita ini bukan perguruan tinggi kaleng-kaleng. Saya mengutip nasihat Rektor UNAIR Prof Nasih di berbagai kesempatan seperti di acara wisuda sarjana bahwa alumni UNAIR tidak boleh rendah diri harus memiliki self – confidence yang tinggi dalam dunia yang kompetisinya yang “tough” saat ini.