Hingga kini, kanker ovarium masih menjadi masalah utama kanker wanita di seluruh dunia. Breast Cancer (BRCA) 1 dan 2 merupakan indikator pemeriksaan genetik yang digunakan untuk mengetahui risiko seseorang terhadap kanker payudara dan ovarium. BRCA 1 dan BRCA 2 memainkan peran unik dalam perbaikan kerusakan deoxyribunocleic acid (DNA). Terutama pada perbaikan rekombinasi homolog. Sayangnya, hingga kini belum ada data tentang prevalensi mutasi somatik BRCA 1 dan 2 pada populasi di negara Indonesia.
Sebuah penelitian dilakukan oleh tim dokter departemen obstetri dan ginekologi RSUD Dr.Soetomo untuk mengetahui mutasi somatik pada pasien dengan kanker ovarium epitel serosa tingkat tinggi. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui karakteristik klinis dan korelasi antar faktor.
Dalam kurun waktu 2 tahun, terdapat 26 pasien dengan kriteria yang sesuai dilibatkan dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 27% (6 dari 22 pasien) mengalami mutasi somatik BRCA 1 dan BRCA 2. Sementara 4 pasien tidak lulus uji kendali mutu, dan sisanya menunjukkan hasil negatif untuk mutasi ini.
Mayoritas pasien berusia di atas 50 tahun dan sebanyak 84% pasien didiagnosis kanker ovarium stadium III. Pada akhir penelitian, diketahui sebanyak 65% pasien telah meninggal dunia. Sementara analisis statistik menunjukkan, tidak terdapat perbedaan karakteristik klinis yang signifikan antar kelompok.
Hasil mutasi somatik yang diketahui dalam penelitian ini, lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian serupa yang sudah ada sebelumnya. Sayangnya, saat ini belum ada nilai normal untuk mutasi somatik BRCA. Penelitian lain yang sudah ada, juga menggunakan populasi jenis kanker ovarium yang berbeda, sehingga tidak bisa menjadi perbandingan yang ideal.
Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh mutasi somatik BRCA 1 dan 2 terhadap karakteristik klinis kanker ovarium. Diperlukan sampel yang lebih banyak untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada penelitian selanjutnya.
Penulis: Brahmana Askandar Tjokroprawiro
Artikel lengkapnya dapat dibaca melalui link berikut:
https://www.balimedicaljournal.org/index.php/bmj/article/view/4504