Kebocoran plasma merupakan kondisi peningkatan permeabilitas vaskular akibat hilangnya sambungan interendotelial dan adhesi fokal. Endotel glikokaliks berperan besar dalam patogenesis kebocoran plasma. Glikokaliks proteoglikan terdiri dari heparan sulfat sekitar 50-90%. Kebocoran plasma pada infeksi dengue dapat berakibat fatal dan deteksi dini sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai batas optimal kadar HSPG sebagai penanda awal kebocoran plasma pada infeksi dengue.
Indonesia pada tahun 2021 melaporkan bahwa angka kejadiannya adalah 27 per 100.000 orang dan angka kematian kasusnya adalah 0,96%.1 Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa pada tahun 2022 mengumumkan bahwa terdapat 1.082 kematian.
Infeksi dengue disebabkan oleh salah satu dari lima serotipe virus dengue, Denv-1, 2, 3, 4, dan 5. 2013 di India. Denv-4.5 Di Surabaya, Denv-3 dominan dan kejadian kebocoran plasma adalah 56,67%.6,7 Seseorang dapat terinfeksi oleh berbagai serotipe virus dengue, yang dapat menyebabkan Demam Berdarah Dengue atau Sindrom Syok Dengue. Kondisi ini dapat berakibat fatal jika pengobatan yang cepat tidak tersedia.
Komplikasi utama infeksi dengue adalah kebocoran plasma, yang dapat mengakibatkan syok dan kematian. Kebocoran plasma merupakan suatu keadaan peningkatan permeabilitas vaskular akibat hilangnya hubungan antarendotel dan perlekatan fokal yang disebabkan oleh respons host terhadap patogen infeksius. Kebocoran plasma dan tingkat keparahan kebocoran hanya dapat diidentifikasi melalui efek sekundernya pada volume plasma dan distribusi cairan tubuh, seperti hemokonsentrasi, efusi pleura, dan asites. Saat ini, metode umum untuk memantau kebocoran plasma pada pasien DHF/DSS adalah melalui pengukuran serial kadar hematokrit atau albumin, yang dapat mengidentifikasi kebocoran plasma pada fase kritis.
Namun, metode ini dianggap kurang sensitif karena data dasar kadar hematokrit atau albumin pasien biasanya tidak diketahui. Metode lain yang digunakan untuk tujuan ini adalah ultrasonografi abdomen dan toraks. Pemeriksaan USG serial dapat mengidentifikasi kebocoran plasma pada fase defervesensi. Oleh karena itu, diperlukan parameter baru yang dapat digunakan sebagai penanda awal kebocoran plasma. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa sel endotel vaskular, terutama glikokaliks endotel, memainkan peran utama dalam patogenesis kebocoran plasma. Glikokaliks adalah lapisan tipis endotel endokapiler yang melapisi seluruh permukaan endotel luminal. Glikokaliks berfungsi sebagai penghalang utama pergerakan air dan molekul. Glikokaliks juga berfungsi sebagai saringan molekuler selektif terhadap pembatasan molekuler.
Penelitian lain menemukan bahwa kerusakan pada lapisan endotel glikokaliks secara tiba-tiba mengganggu aliran mikrovaskular.16 Proteoglikan dianggap sebagai struktur yang paling penting karena merupakan komponen glikokaliks yang terbesar. Glikokaliks terdiri dari rantai glikosaminoglikan yang panjang, yang bermuatan negatif, dan tertanam dalam membran plasma. Pada sel endotel vaskular, 50-90% proteoglikan glikokaliks terdiri dari heparan sulfat yang dikenal sebagai proteoglikan heparan sulfat.17 Sebuah studi biomolekuler menunjukkan bahwa HSPG berperan dalam mendeteksi dan memperkuat tekanan geser aliran vaskular yang berkontribusi terhadap respons inflamasi. Secara umum, disarankan bahwa glikokaliks dapat berfungsi sebagai pelindung pembuluh darah.
Studi ini bertujuan untuk menentukan nilai batas kadar HSPG endotel vaskular untuk penanda awal kebocoran plasma pada pasien dengue dewasa. Nilai batas optimal untuk setiap hari dari 3 hari pertama demam pasien dianalisis.
Artikel dapat di akses melalui web : https://www.indonesianjournalofclinicalpathology.org/index.php/patologi/article/view/2221#:~:text=The%20optimal%20cut%2Doff%20level,1294.06%20pg%2FmL%2C%20respectively.
Oleh : Prof. Dr. Aryati, dr., MS, Sp.PK, Subsp. P.I. (K), Subsp I.K. (K)