Universitas Airlangga Official Website

Olahraga Dapat Menurunkan Keradangan pada Obesitas

Foto by Okezone

Tingkat prevalensi obesitas secara global terus mengalami peningkatan selama 50 tahun terakhir hingga dikatakan sebagai epidemi bahkan pandemi di abad ke-21. Saat ini tingkat prevalensi obesitas di dunia meningkat lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan tahun 1975 dimana hanya 3.2% laki-laki dan 6.4% perempuan yang mengalami obesitas. Peningkatan ini sangat mengkhawatirkan dan akan menjadi ancaman serius bagi kesehatan populasi di masa mendatang.

Obesitas merupakan salah satu kondisi yang memiliki risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan yang sangat serius yang akan mengancam kesehatan masyarakat di dunia. Individu dengan obesitas akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia adiposit yang akan berimplikasi terhadap peningkatan sitokin pro-inflamasi, sehingga meningkat risiko morbiditas dan mortalitas. Obesitas dapat disebabkan karena gaya hidup yang buruk, pola makan yang tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik. Modifikasi gaya hidup dengan pendekatan non-farmakologis, seperti latihan fisik dinilai efektif dalam mencegah peningkatan angka morbiditas melalui peran anti-inflamasi. Oleh karena, itu penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek perbedaan tipe latihan terhadap penurunan sitokin pro-inflamasi pada remaja perempuan obesitas.

Sebanyak 36 responden berjenis kelamin perempuan, usia 20-24 tahun, index massa tubuh (IMT) 25-35 kg/m2 direkrut dari kalangan mahasiswa Kota Malang dan diberi intervensi tiga tipe Latihan, yaitu moderate-intensity endurance training (MIET), moderate-intensity resistance training (MIRT), moderate-intensity combined training (MICT). Metode ELISA diterapkan untuk mengevaluasi kadar IL-6 dan TNF-α serum antara pre-training dan post-training. Teknik analisis data menggunakan Paired Samples t-Test dengan statistik packet for social science (SPSS) versi 21.0.

Hasil penelitian didapatkan terdapat penurunan signifikan kadar IL-6 dan TNF-α serum antara pre-training dengan post-training pada ketiga tipe latihan (MIET, MIRT, MICT) (p ≤ 0.001). Persentase perubahan kadar IL-6 dari pre-training pada CTRL (0.76±13.58%), MIET (-82.79±8.73%), MIRT (-58.30±18.05%), MICT (-96.91±2.39%), dan (p ≤ 0,001). Persentase perubahan kadar TNF-α dari pre-training pada CTRL (6.46±12.13%), MIET (-53.11±20.02%), MIRT (-42.59±21.64%), MICT (-73.41±14.50%), dan (p ≤ 0.001).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan penurunan signifikan kadar IL-6 dan TNF-α serum pre-training vs post-training pada MIET, MIRT, dan MICT. Namun, bedasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa penurunan paling besar terjadi pada MICT diikuti MIET dan MIRT. Pada penelitian ini latihan kombinasi dianggap sebagai latihan yang paling baik, karena memiliki efek anti inflamasi yang paling tinggi dibandingkan dengan latihan aerobik dan latihan resistance. Latihan kombinasi mampu menurunkan kadar IL-6 dan TNF-α serum lebih baik dibandingkan latihan aerobik maupun resistance. Latihan kombinasi yang dilakukan secara teratur memiliki efek anti-inflamasi dengan menurunkan kadar sitokin basal dalam darah, seperti IL-6 dan TNF-α. Pada perempuan obesitas hipertrofi dan hiperplasia dari adiposit memicu stress dan merangsang aktivasi makrofag. Makrofag yang teraktivasi akan menginduksi produksi IL-6 dan TNF-α melalui jalur Nuclear factor kappa beta (NF-κβ). Latihan yang dilakukan secara teratur dapat memicu lebih banyak sekresi IL-6 untuk dilepaskan ke dalam sirkulasi darah, sehingga terjadi aktivasi jalur Extracellular signal-regulated kinase 1/2 (ERK1/2), untuk meningkatkan lipolisis. Efek lipolisis secara kontinu yang diinduksi oleh latihan teratur dapat mengurangi jumlah lemak viseral dalam tubuh, sehingga level basal dari IL-6 dan TNF-α serum menurun. Latihan juga dapat menyebabkan otot beradaptasi dengan cara meningkatkan jumlah mitokondria dan lebih efisien dalam melakukan oksidasi asam lemak, sehingga dapat menurunkan kebutuhan glikogen, glukosa darah, dan produksi laktat selama latihan. Penurunan glikogen berkorelasi dengan penurunan sintesis IL-6 melalui jalur AMP-activated protein kinase (AMPK) dan p38 mitogen-activated protein kinase (p38–MAPK). Latihan juga berkorelasi dengan penurunan infiltrasi M1 ke adiposit, sehingga kadar sitokin pro-inflamasi pada level basal menurun.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa ketiga tipe latihan secara konsisten menurunkan cytokines pro-inflammatory, seperti kadar IL-6 dan TNF-α serum. Namun, berdasarkan perbedaan waktu pengamatan didapatkan hasil bahwa latihan kombinasi dengan intensitas sedang lebih optimal dalam menurunkan cytokines pro-inflammatory dibandingkan latihan endurance dan latihan resistance.

Penulis: Adi Pranoto, MKes dan Dr. Purwo Sri Rejeki, dr., M.Kes

Informasi detail bisa didapatkan pada hasil riset kami di link :

https://www.mdpi.com/2075-4663/11/3/54

Cite

Pranoto, A., Cahyono, M. B. A., Yakobus, R., Izzatunnisa, N., Ramadhan, R. N., Rejeki, P. S., Miftahussurur, M., Effendi, W. I., Wungu, C. D. K., & Yamaoka, Y. (2023). Long-Term Resistance-Endurance Combined Training Reduces Pro-Inflammatory Cytokines in Young Adult Females with Obesity. Sports (Basel, Switzerland)11(3), 54. https://doi.org/10.3390/sports11030054.