Parafimosis merupakan kondisi dimana ujung preputium yang sempit menjepit kepala dan batang penis, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan aliran darah pada area ujung penis. Parafimosis dianggap sebagai kondisi darurat karena dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti gangguan buang air kencing, luka pada glans penis, iskemia, dan berujung pada kematian jaringan pada ujung penis. Oleh karena itu, tatalaksana parafimosis harus segera dilakukan untuk melepaskan jeratan. Ada beberapa pilihan terapi pada parafimosis, yaitu reduksi manual dan tindakan operatif. Pada kondisi dengan edema yang berat tidak dapat dilakukan reduksi manual, melainkan tindakan seperti dorsal slit (irisan pada bagian atas kulit prepusium)yang terbukti efektif untuk pencegahan, tindakan sirkumsisi terbukti efektif baik pada bayi dan anak.
Diketahui sebanyak 0.7% anak laki-laki yang tidak dilakukan sirkumsisi akan mengalami parafimosis dan hingga saat ini belum ada laporan mengenai hasil tatalaksana pada parafimosis yang terlambat ditangani hingga lebih dari 24 jam. Pada studi yang dilakukan oleh Program Studi Ilmu Bedah Anak Universitas Airlangga kami melaporkan kasus seorang anak laki-laki berusia 5 tahun yang datang ke RS dengan keluhan utama nyeri pada ujung penis disertai dengan bengkak pada glans penis. Pasien telah mengalami keluhan serupa selama 3 hari dan semakin memberat, serta didapatkan preputium yang tidak dapat ditarik ke posisi normal. Riwayat jeratan maupun pembengkakan pada preputium sebelumnya disangkal. Pada pemeriksaan didapatkan tanda vital stabil (denyut nadi 100 bpm, laju pernapasan 20 bpm, dan suhu 37,1°C) dan VAS 3. Pemeriksaan neurologis dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya tanda sumbatan buang air kencing. Reduksi dengan pijatan yang ringan tidak dapat dilakukan karena edema berat pada kepala penis. Oleh karena itu, dilakukan tindakan dorsal slit pada pasiendi 3 tempat. Hal ini dilakukan untuk mengurangi edema dengan cepat sehingga menurunkan risiko terjadinya kematian jaringan. Sehari setelah operasi pasien dapat rawat jalan dengan kondisi baik, edema berkurang, dan pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
Selanjutnya, dilakukan edukasi kepada orang tua pasien terkait homecare (perawatan di rumah)dan kondisi darurat lainnya. 24 hari setelah pasien pulang , dilakukan observasi ulang di poli dan menunjukkan hasil yang sangat baik. 5 bulan setelah operasi pasien menjalani sirkumsisi. Adanya jarak pelaksanaan dorsal slit dan sirkumsisi disebabkan karena faktor ekonomi keluarga. Observasi kembali dilakukan 2 bulan setelah sirkumsisi dan didapatkan hasil yang baik tanpa disertai adanya keluhan lainnya. Tatalaksana pada pasien ini mengalami penundaan selama 3 hari dan hasil pemeriksaan awal menunjukkan tanda vital yang stabil dengan VAS 3. Hal ini disebabkan karena adanya kompensasi dari aliran darah dan limfatik ke bagian ujung penis yang tidak mengalami peyempitan total. Penundaan tatalaksana parafimosis dalam waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya kematian jaringan bahkan autoamputasi dapat terjadi. Oleh karena itu, pada pasien ini dilakukan dorsal slit di 3 tempat untuk mengurangi risiko edema yang dilanjutkan dengan sirkumsisi dan terbukti memberikan hasil yang baik.
Penulis: Barmadisatrio, N. Wisnu Sutarja, Illona Okvita Wiyogo
Link: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2213576621002062