Universitas Airlangga Official Website

Optimasi Diagnostik dengan Ct-Scan

Modalitas pelayanan kesehatan khususnya alat pendeteksi penyakit telah mengalami perkembangan pesat, baik berbasis radiasi ionisasi maupun non ionisasi. Instrumen diagnostik berbasis pencitraan seperti Computer Tomography Scanning (CT-Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) telah terbukti menghasilkan gambar yang baik sebagai alat diagnostik. Modalitas pelayanan kesehatan, khususnya instrumen deteksi penyakit, mengalami perkembangan yang pesat. Instrumen diagnostik berbasis pencitraan seperti Computer Tomography Scanning (CT-Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) telah terbukti menghasilkan gambar yang baik sebagai alat diagnostik. MRI menghasilkan gambar optimal untuk jaringan lunak, sedangkan CT scan untuk jaringan keras seperti tulang.

Computed Tomography (CT) Scan adalah mesin sinar-X yang menggunakan metode pencitraan tomografi proses digital untuk membuat gambar tiga dimensi organ dalam tubuh dari perolehan beberapa gambar dua dimensi. Pemeriksaannya dilakukan dengan memutar tabung rontgen ke bagian tubuh yang diinginkan sehingga diperoleh gambar dua dimensi berupa potongan melintang dari berbagai arah. Hasil gambar tersebut diberikan kepada dokter untuk menganalisis anatomi bagian tubuh pasien dan mendiagnosis apa yang terjadi. Diagnosis yang benar dapat dilihat dari gambar yang dihasilkan. Untuk memudahkan dokter radiologi dalam menganalisis gambar CT scan, maka kualitas gambar harus optimal. Beberapa penelitian telah membahas kualitas gambar CT scan. Pengaruh kuat arus dan ketebalan irisan terhadap kebisingan ditunjukkan dengan nilai SNR. Penelitian dilakukan pada hantu air di bagian kepala dan perut dengan tegangan 120 kV untuk variasi arus head tube sebesar 275.375, dan 375 serta arus tabung abdominal sebesar 125, 225, dan 325, sedangkan variasi ketebalan irisan yang digunakan adalah 1, 1,5, 2-10 mm. Hasil yang didapat adalah variasi ketebalan irisan sebanding dengan nilai SNR, sedangkan arus tabung tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas gambar. Pengaruh arus dan tegangan terhadap nilai noise dan keseragaman gambar [9]. Penelitian ini menggunakan variasi tegangan 80 kV, 110 kV, 130 kV, dan variasi kuat arus 240 mA hingga 340 mA dengan interval 20. Sehingga mengakibatkan peningkatan tegangan akan meningkatkan nilai keseragaman dan mereduksi noise. Selain itu peningkatan kuat arus akan menurunkan nilai noise dan keseragaman bilangan CT.

Dosis efektif dan dosis ekivalen yang diterima oleh phantom rando dipindai dengan dua metode yaitu aksial dan heliks. Penelitian dilakukan dengan memasukkan Thermoluminescent Dose (TLD) ke dalam jaringan dari Phantom Rando yang kemudian dipindai dengan metode aksial dan heliks. Dari penelitian ini ditemukan adanya perbedaan dosis efektif yang diterima phantom antara metode aksial dan heliks. Dosis efektif yang dihitung dengan ICRP 60 dan 130 pada metode aksial adalah 2,67 dan 1,89 mSv, sedangkan metode heliks adalah 4,70 dan 4,39 mSv.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variasi arus tabung dan metode scan berpengaruh signifikan terhadap nilai SNR dan keseragaman nomor CT. Peningkatan arus tabung meningkatkan nilai SNR dan penurunan keseragaman nomor CT, sedangkan pengaruh metode scan terhadap nilai SNR dan keseragaman nomor CT yaitu metode heliks lebih besar dibandingkan metode aksial. Pada penelitian ini nilai SNR dan keseragaman bilangan CT pada kedua metode sudah optimal pada arus tabung 280 mA yaitu nilai SNR dan keseragaman bilangan CT sebesar 48,183 ± 1,731 dan 0,481 ± 0,111 serta pada metode aksial 68,964 ± 3,790 dan 0,814 ± 0,179 pada metode heliks.

Penulis : Suryani Dyah Astuti dan Akhmad Muzamil

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://pubs.aip.org/aip/acp/article-abstract/2554/1/050007/2868687/Optimizing-CT-scan-image-quality-with-variation-of