Universitas Airlangga Official Website

Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Trombosis Ekstensif dan Amputasi Digit I Pedis Dextra

Foto by Alodokter

Diabetes melitus merupakan faktor risiko terjadinya trombosis vena, dimana yang menderita diabetes melitus akan mengalami peningkatan risiko terjadinya trombosis sebesar 1,4 kali. Trombosis akan menghalangi aliran darah yang memasok nutrisi, oksigen, dan obat-obatan ke jaringan. Gangguan perfusi ini akan menyebabkan kematian jaringan, sehingga memudahkan bakteri untuk tumbuh berkembang secara nektorik. Apabila ini terjadi, maka amputasi merupakan salah satu solusi terutama pada pasien diabetes dengan ulkus kaki.

Case report pasien diabetes melitus tipe 2 dengan amputasi jari kaki

Pasien merupakan pria berusia 41 tahun dengan keluhan diare >5 kali sehari serta nyeri pada perut. Pasien mengalami luka pada ibu jari kakik kanannya yang seiring waktu membuat kuku menghitam dan terasa nyeri sehingga tidak bisa berjalan. Riwayat penyakit yang dimiliki pasien ini adalah hipertensi dan diabetes melitus tipe 2. Pasien didiagnosis dengan Acute Limb Infection (ALI) pada ekstremitas bawah kiri, Chronic Limb Ischemia (CLI) pada ekstremitas bawah kanan, serta diabetes melitus tipe 2.

Pasien menjalani operasi darurat untuk trombektomi retrograde dan antegrade dari arteri femoralis kanan ke kiri yang terdiri dari arteriotomi dari arteri femoralis kanan ke kiri, diikuti dengan trombektomi retrograde pada arteri femoralis kanan ke kiri sepanjang ±35 cm, serta Fogatry nomor 5 yang mendapatkan trombus keras sepanjang ±8 cm. Selain itu, dilakukan trombektomi antegrade pada arteri femoralis kanan ke kiri dengan panjang ±20 cm dengan Fogarty nomor 3, dimana didapatkan trombus ±10 cm. Setiap trombektomi dilakukan 3 kali, alirannya muncul setelah setiap trombektomi, namun melemah lagi. Selanjutnya, prosedur amputasi ekstremitas bawah (digit I pedis dextra) dilakukan.

Pengobatan yang diberikan untuk pasien ini adalah revaskularisasi endovaskular dan terapi medikamentosa dengan injeksi pompa heparin, cilostazol, kontrol asam urat dengan allopurinol, lisinopril, dan concor untuk mengontrol hipertensi, serta attapulgite untuk mengatasi diare.

Penanganan untuk trombosis ekstensif

Terapi bedah untuk kasus trombotik ALI dapat berupa tromboembolitomi dengan kateter balon (Fogarty), operasi bypass, dan tambahan lainnya seperti endarterektomi, patch angioplasti, serta trombolisis intraoperatif. Kombinasi dari teknik-teknik ini seringkali diperlukan. Bedah revaskularisasi lebih baik untuk pasien dengan kondisi ekstremitas yang terganggu, dugaan adanya infeksi bypass, gejala oklusi yang berlangsung lebih dari dua minggu, atau kontraindikasi terhadap trombolisis.

Terapi medis yang dapat diberikan meliputi obat antitrombotik yang dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu antiplatelet dan antikoagulan. Antiplatelet menghambat agregasi platelet yang akan mencegah pembentukan trombus di pembuluh darah, sementara antikoagulan menghambat pembentukan trombus dengan menghambat kaskade hemostatik dalam tubuh.

Terapi antitrombotik pada dasarnya diberikan berdasarkan jenis dari thrombosis yang terjadi (arteri atau vena) dan organ tubuh yang terlibat. Faktor yang harus diperhatikan adalah lansia sering memiliki massa tubuh tanpa lemak yang lebih rendah sehingga dosis harus dihitung lebih hati-hati berdasarkan berat badan. Kedua, lansia sering memiliki penyakit komorbid sehingga pemberian obat dalam jumlah banyak akan meningkatkan risiko interaksi dengan obat antitrombotik yang diberikan.

Penulis: Soebagjo Adi Soelistijo, dr, Sp.PD-KEMD.FINASIM.

Link Jurnal: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35240484/