Universitas Airlangga Official Website

Pelaksanaan Triple Eliminasi untuk Mencegah Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu Hamil ke Anak

Ilustrasi by Kompas com

Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV), sifilis, dan hepatitis B dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke anaknya selama kehamilan, persalinan atau menyusui dan dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Di tahun 2005, tercatat 2,4 juta anak terinfeksi HIV. Sifilis selama kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur, keguguran, bayi lahir mati dan juga penularan pada bayi yang disebut sifilis kongenital. Virus hepatitis B dapat menyebabkan hepatitis B kronis dan risiko perkembangannya berhubungan kuat dengan usia saat terpapar di mana bila paparan terjadi saat bayi kemungkinannya adalah 90%. Penularan virus hepatitis B dari ibu ke anak masih menjadi sumber penting kasus hepatitis B.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan kebijakan triple eliminasi sebagai upaya menanggulangi hal tersebut. Kebijakan tersebut juga diikuti oleh negara kita dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 52 Tahun 2017 oleh Kementerian Kesehatan. Upaya ini dilakukan untuk memastikan meskipun ibu terinfeksi HIV, sifilis, atau hepatitis B, namun tidak ditularkan ke anaknya. Beberapa langkah dalam upaya tersebut adalah dengan melaksanakan deteksi dini dan memberikan pengobatan segera bila terdeteksi. Triple eliminasi ini dilakukan mulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama sampai ketiga atau tersier seperti di RSUD Dr. Soetomo sebagai pusat rujukan.

Penelitian ini kami lakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan triple eliminasi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya di tahun 2018. Hasil penelitian ini didapatkan karakteristik pasien ibu hamil baru pada tahun 2018 terbanyak berada pada kategori usia dewasa awal, berpendidikan SMA/sederajat, dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dan asal kunjungan rujukan dari rumah sakit lain. Deteksi HIV, sifilis, dan hepatitis B secara bersama-sama dilakukan pada 97 pasien (14,1%), deteksi HIV dan hepatitis B dilakukan pada 149 pasien (21,6%), deteksi HIV dan sifilis serta sifilis dan hepatitis B dilakukan pada masing-masing 6 pasien (0,9%). Pasien yang hanya diperiksa HIV adalah 21 pasien (3,0%) sedangkan yang hanya diperiksa hepatitis B adalah 200 pasien (29%). Tidak didapatkan pasien ibu hamil dengan infeksi HIV, sifilis, dan hepatitis B secara bersama-sama. Didapatkan pasien HIV sebanyak 29 pasien (4,2%), sifilis 3 pasien (0,4%), hepatitis B 26 psaien (3,8%) dan diantaranya terdapat 2 pasien (0,3%) dengan koinfeksi HIV dan hepatitis B. Faktor risiko HIV terbanyak adalah memiliki pasangan dengan faktor risiko HIV pada 23 pasien (79,3%) sedangkan faktor risiko sifilis dan hepatitis B yang diketahui adalah memiliki multiple sexual partner. Penanganan kasus HIV adalah pemberian antiretroviral (ARV) pada 25 pasien (86,2%) dan dilakukan operasi sesar segera pada 4 pasien (13,8%). Penanganan kasus sifilis adalah injeksi benzatin penisilin G (BPG) pada 2 pasien (66,7%). Penanganan kasus hepatitis B adalah rujukan ke Poli Penyakit Dalam pada 13 pasien (50,0%) namun hanya 1 pasien (3,8%) yang diperiksa HBeAg dan 1 pasien (3,8%) yang diperiksa HBV DNA lalu mendapat antiviral (tenofovir).

Kesimpulan dari penelitian ini, deteksi dini HIV, sifilis dan hepatitis B pada ibu hamil di rumah sakit masih dapat ditingkatkan. Pencatatan pada rekam medis juga dapat menyebabkan data pelaksanaan deteksi menjadi di bawah target karena sebagian besar ibu hamil merupakan pasien rujukan yang mungkin telah diperiksa di fasilitas kesehatan sebelumnya namun hasilnya tidak tercatat. Penanganan kasus HIV, sifilis, dan hepatitis B sudah cukup baik. Penanganan kasus memerlukankerja sama dengan spesialisasi di bidang lain, seperti penyakit dalam serta kulit dan kelamin. Penggunaan electronic medical record diharapkan dapat mempermudah dokumentasi serta rujukan dan perawatan bersama.

Penulis: Dr.Afif Nurul Hidayati,dr.,Sp.KK(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di

https://www.balimedicaljournal.org/index.php/bmj/article/view/3376

Dealing with tests and treatments for HIV, syphilis, and hepatitis B infection to prevent mother-to-child transmission (MTCT) from a tertiary hospital in Indonesia

Maya Wardiana , Cita Rosita Sigit Prakoeswa , Sawitri , Rahmadewi , Linda Astari , Budi Prasetyo , Budiono , Afif Nurul Hidayati