Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dan ini memiliki potensi manfaat yang besar bagi negara. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengembangkan cara bagaimana mengubah sumber daya alam negara menjadi bahan yang lebih berharga salah satu diantaranya adalah bahan baku produk farmasi.
Siwalan (Borrasus flabelliferLinn) adalah tanaman khas Indonesia merupakan flora yang tumbuh di daerah dengan suhu udara panas di tanah air, seperti di Jawa Timur (Tuban, Madura), NTT (Sumbawa, Timor, Rote, Sabu), Sulawesi Selatan, dan Maluku Tenggara. Kabupaten Semanding di kota Tuban merupakan daerah penghasil Siwalan tertinggi. Spesies yang merupakan pohon palma ini berasal dari famili Palmae atau Arecaceae. Spesies tumbuhan ini dikenal dengan nama latin Borassus flabellifer Linn. Buah Siwalan hanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan karena nilai gizinya yang tinggi, sedangkan kulitnya dibuang sebagai limbah yang bernilai ekonomis rendah dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Kandungan kulit buah Siwalan adalah selulosa 68,94%, lignin 5,37%, hemiselulosa 14,03%, dan lilin 0,6%. Kulit buah siwalan ini menimbulkan masalah lingkungan apabila disimpan di suatu tempat. Kebutuhan selulosa dan metil selulosa secara global didapatkan sekitar 1012 ton selulosa sebagai hasil sintesis tanaman dalam setiap tahunnya dan sekitar 150 ribu ton metilselulosa dihasilkan setiap tahunnya untuk kebutuhan industri. Kebutuhan metil selulosa yang besar ini, saat ini diproduksi oleh industri global yang berasal dari luar negeri diantaranya adalah: Astland, Dow Chemivals, JRS, BASF, Shin-Ettsu dan Haihang Industri. Oleh karena itu, pemanfaatan kulit siwalan dapat dioptimalkan dengan mengembangkan bahan baku produksi selulosa dari kulit buah siwalan.
Selulosa (C6H10O5)n merupakan salah satu bahan baku penting untuk pembuatan produk farmasi, kosmetik, bioplastik, dan bahan kemasan makanan. Bahan selulosa ditemukan pada tumbuhan sebagai bahan pembentuk dinding sel. Selulosa ini merupakan polimer alami dengan struktur linier, bentuk kristal, tetapi tidak mudah larut. Sedangkan selulosa adalah polisakarida yang mengandung polimer unit glukosa yang diikat oleh ikatan 1,4-glikosidik membentuk rantai panjang dan lurus.
Ada beberapa cara atau metode yang digunakan untuk mengisolasi selulosa, seperti metode mekanis: ultrasonik dan tekanan tinggi; metode kimia: hidrolisis asam kuat, organoleptik, pelarut alkali, oksidasi, dan cairan ionik; dan metode biologis menggunakan enzim. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses isolasi selulosa metode kimia. Proses dimulai dengan hidrolisis menggunakan asam padat, seperti asam sulfat, asam klorida, dan asam perklorat. Asam kuat secara efisien menghidrolisis bagian amorf dari serat tumbuhan memanjang menjadi lebih pendek. Asam kuat juga membantu menghidrolisis hemiselulosa menjadi xilosa dan gula lainnya. Selanjutnya tahap kedua melibatkan penghilangan lignin atau delignifikasi menggunakan larutan NaOH, sedangkan tahap ketiga adalah proses bleaching yang digunakan untuk mempermudah degradasi lignin dan pengotor lainnya yang belum hilang selama proses kimia. Senyawa kimia pengoksidasi, seperti hipoklorit dan hidrogen peroksida biasanya digunakan dalam proses pemutihan. Selulosa yang diperoleh selanjutnya dikarakterisasi, interpretasi keberhasilan sintesis dilakukan dengan membandingkan isolat yang diperoleh dari kulit buah siwalan dengan selulosa sintetik (Sigma-Aldrich®). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan selulosa dari kulit buah Siwalan dengan cara mengisolasi dan selanjutnya mengkarakterisasi selulosa dari serat kulit buah Siwalan (Borassus flabellifer) tersebut. Isolasi dilakukan melalui proses kimia yang meliputi hidrolisis, delignifikasi, dan bleaching. Selanjutnya, analisis kadar air, pH, bentuk dan Fourier Transform-Infrared (FTIR) merupakan parameter karakterisasi fisik dan standarisasi yang digunakan untuk menilai selulosa Borassus flabellifer. Pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa isolat memiliki pH 6,8 dan kadar air 7,34%. Fourier Transform-Infrared (FTIR) menunjukkan penyerapan pada 3323,34 untuk O-H, 2893,22 untuk C-H, 1371,38 untuk C-O-H, dan 1157,28 untuk C-O, yang mengungkapkan bahwa nilai-nilai tersebut adalah puncak selulosa yang khas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selulosa yang diisolasi dari serat kulit buah Borassus flabellifer Linn memiliki banyak kesamaan dengan selulosa sintetik standar yang digunakan. Selain itu, rendemen selulosa yang besar yaitu 12,3% (b/b) diperoleh dari kulit buah, sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut. Hal ini juga merupakan produk yang dijamin halal dan dapat memenuhi berbagai kebutuhan industri farmasi. Hasil penelitian ini dapat membuka jalan bagi pengembangan selulosa dari kulit buah Siwalan yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti gelatin hewani.
Penulis: Esti Hendradi
Judul Artikel:
Isolation and Characterization of Cellulose from Siwalan (Borassus flabellifer) Fruit Peel Fiber
Link jurnal:
https://www.tjnpr.org/img/manuscript_2328_4-TJNPR-2022-M003%20Galley%20Proof%20C.pdf