Universitas Airlangga Official Website

Manfaaat Black Garlic untuk Tuberculosis dan Diabetes Melitus

Pembuatan Black Garlic Dan Manfaaatnya Untuk Tuberculosis Dan Diabetes Melitus
Ilustrasi Black Garlick (sumber: IDN Times)

Bawang putih merupakan tumbuhan yang berasal dari Asia tengah (Kazazhtan, Uzbekistan, dan China bagian barat). Bawang putih selain digunakan sebagai bumbu dapur juga digunakan untuk obat alami berbagai penyakit. Namun, beberapa orang enggan untuk makan bawang putih mentah karena rasanya yang pedas dan bau menyengat, sehingga untuk menghilangkan rasa menyengat dan untuk meningkatkan kualitas, bawang putih di proses menjadi bawang putih hitam yang disebut black garlic (BG). Pengolahan BG dapat menghasilkan rasa manis dan asam, berbau tidak menyengat, serta tekstur seperti jelly.

Kandungan fitokimia BG lebih tinggi dari bawang putih segar, komponen bioaktif BG antara lain adalah kandungan flavonoid, piruvat, tiosulfat, jumlah fenol, S-allisitin (SAC). Komponen antioksidan representatif BG adalah fenol dan flavonoid seperti SAC, SAMC, Dially sulfide (DAS), dially disulphide (DADS) dan di allyl trisulphide (DATS).

Komponen bioaktif pada BG dapat meningkatkan aktifitas antioksi dan, antibakteri, anti inflamasi, melindungi sistem kardiovaskuler, antihipertensi, antikanker, diabetes dan lainnya. Karena kandungan bioaktifnya, maka BG dimanfaatkan sebagai salah satu obat alternatif untuk pengobatan. Tidak ada prosedur standar untuk memproduksi BG, kondisi pemrosesan sangat bervariasi tergantung pada daerah dan fitur spesifik yang diinginkan dalam produk akhir. Para peneliti telah mencoba untuk mengetahui kondisi optimal untuk pemrosesan BG dan para ilmuan telah menerapkan pemrosesan BG pada suhu yang berbeda. Pembentukan kualitas BG dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain suhu, varietas bawang putih dan kelembaban selama proses pemanasan.

Pengobatan TB termasuk pengobatan dengan durasi yang lama (6-12 bulan) yang menyebabkan ketidakpatuhan pasien, sehingga menyebabkan obat-obatan TBC menjadi resisten, disebut multidrug resiten (MDR) dan extensively drug resisten (XDR).  Obat TB memiliki efek samping seperti hepatotoksik, nefrotoksik, exanthema, arthritis, dan hiperuricaema, menjadikan para ilmuan mencari alternatif pengobatan baru yang lebih efektif. Bawang putih dikenal sebagai salah satu alternatif pengobatan pada Tuberculosis, karena mampu mengurangi jumlah mycobacterium tuberculosis. 

Nair S.S et al (2017) mengevaluasi aktifitas anti-tuberculosis pada ektrak bawang putih secara invitro dengan metode Resazurin Microtitre Plate Assay (REMA), menghasilkan keunggulan aktifitas anti-tuberkulosis ektrak bawang putih dibandingkan sampel/isolat lain. Aktifitas anti-tuberkulosis ektrak bawang putih dalam makrofag cukup besar dan memiliki sitotoksik rendah. Obat standar rifampisin, etambutol menunjukkan konsentrasi hambat minimum (KHM) yang lebih rendah dibanding GE (Garlic Extract) dengan metode REMA.

Penelitian invitro yang dilakukan Ahmad Hasan, dkk menunjukkan hasil bahwa Ethanol garlic ektrak (EGE) dapat menghambat MDR dan MDR MTB dengan konsentrasi EGE yang berbeda (1-3 mg/ml). Konsetrasi hambat minimum (KHM) ektrak bawang putih berkisar 1 s/d 3 mg/dl menunjukkan efek penghambat bawang putih terhadap isolate Mycobaterium.

Kandungan antioksidan pada bawang hitam lebih tinggi dari bawang putih, kandungan antioksidan BG 2-3 kali dibandingkan bawang putih segar. Alisin pada BG dapat meningkatkan kekebalan imun pada host dan mengurangi efek samping dari penggunaan obat TBC. BG memiliki kandungan tanin yang dapat mengganggu permeabilitas dinding sel bakteri, sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri MTB dan merusak dinding peptidoglikan bakteri.

Penelitian yang dilakukan Pangestu dan Setyawan pada pasien dengan DMT2 dengan pemberian terapi 2 siung BG menunjukkan pengaruh pada penurunan kadar gula darah,. Kandungan S-allyl Cystein (SAC), flavonoid dan tannin merupakan antioksidan dalam BG yang terbukti sebagai antiglikemik dan pencegah komplikasi DM.

Kinerja SAC pada penelitian ini dapat meningkatkan antioksidan glutathione, meningkatkan sekresi leptin dan adiponectin, menghambat glukogenesis hati dan menekan sinyal inflamasi yang dimediasi faktor kB (Nf-kB). BG berpotensi untuk digunakan sebagai imunomodulator dan antiinflamasi pada kondisi diabetes untuk mencegah komplikasi. Induksi STZ menghasilkan radikal bebas yang mengoksidasi sel pankreas dengan cara mengalkilasi DNA, merusak mitokondria, dan menghambat enzim O-GlcNAcase. Proses oksidasi menginduksi toksisitas melalui reaksi berantai radikal bebas. Hal ini menyebabkan proses inflamasi untuk kerusakan organ yang menyebabkan pelepasan sitokin pro-inflamasi seperti IL-1β dan TNF-α. Ekstrak BG pada tikus wistar jantan mampu menurunkan Menurunkan gula darah, kolestrol total, LDL, SGPT, SGOT.

Pemberian ekstrak BG pada tikus putih jantan memberikan efek Menurunkan kadar glukosa plasma, kadar insulin plasma, HOMA-IR, konsentrasi TBARS plasma dan TAC, aktifitas katalase dan glutation perokside meningkat, tingkat ekspresi mRNA Nrf2 hati, NQ01, HO-1 dan GSTS2 meningkat.

Dari penelitian penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa rasa dan bau BG lebih enak dari bawang putih mentah, manfaat BG juga dapat menurunkan kadar mycobacterium pada tuberculosis dan menurunkan resitensi obat pada TB, serta manfaatnya pada penyakit DM antara lain dapat menurunkan kadar gula darah, meningkatkan insulin plasma, dan menurunkan komplikasi pada DM, karena itu, BG direkomendasikan sebagai supplement tambahan pada penyakit TB dan DM.

Penulis: Fathul Djannah, Anny Setijo Rahaju, Hamsu Kadriyan, Eva Triani, Heru Fajar Trianto, Rahadian Zainul

Link : https://www.rjptonline.org/HTMLPaper.aspx?Journal=Research%20Journal%20of%20Pharmacy%20and%20Technology;PID=2024-17-3-52 https://www.rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2024-17-3-52

Baca juga: Perlunya Mewaspadai Nodul Kalsifikasi sebagai Salah Satu Penyebab Sindrom Koroner Akut