Universitas Airlangga Official Website

Pemimpin Berpola Pikir Paradox dalam Perubahan Organisasi 

ilustrasi organisasi (sumber:hukum online)

Organisasi saat ini menghadapi perubahan cepat di bidang politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Munculnya COVID-19, yang Organisasi Kesehatan Dunia nyatakan sebagai pandemi global pada bulan Januari 2020, telah menyebabkan volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas (VUCA) yang lebih besar di seluruh organisasi di dunia. Organisasi harus mengembangkan kemampuan perubahan agar dapat bertahan. Salah satunya dengan menerapkan perubahan – kapabilitas organisasi untuk berubah (organizational capability for change-OCC). Dengan meningkatnya kemampuan perubahan organisasi, maka organisasi dapat mencapai keberhasilan perubahan dengan lebih cepat dan efisien.

OCC telah dijelaskan secara luas pada tingkat organisasi, sedangkan pendekatan micro-foundation, masih terbatas. Kognisi dapat menjelaskan mengapa beberapa manajer tingkat atas memiliki kemampuan lebih besar daripada yang lain. Terutama dalam mengantisipasi, menafsirkan, dan merespons tuntutan lingkungan yang terus berkembang. Satu hal yang terjadi selama perubahan adalah ketegangan. Pola pikir paradoks untuk memahami dan merangkul apa yang mereka ketahui, memberikan energi untuk meningkatkan inovasi atau kinerja. 

Sumber daya lain dalam menangani tekanan perubahan adalah PsyCap. PsyCap merupakan faktor yang menumbuhkan rasa tekad dan sikap positif ketika mencoba beradaptasi dan berhasil di masa yang tidak pasti. Sudah banyak kajian PsyCap pada level individu. Sedangkan kajian pada level tim/kolektif masih terbatas. Organisasi dengan PsyCap tinggi yang memiliki rasa percaya diri untuk mencoba berbagai jalur untuk mencapai tujuan (ekspektasi). Sehingga mereka akan mampu belajar dari pengalaman atau pengetahuan eksternal dengan lebih efektif.

Studi ini mengkombinasikan Teori Paradoks dan Teori Kognitif Sosial. Kedua teori itu peneliti gunakan untuk mengeksplorasi dampak pemikiran paradoks dan psikologi kolektif pada OCC yang berdampak di kinerja organisasi. Oleh karena itu, nilai penelitian ini adalah menjembatani kesenjangan literatur dan berkontribusi pada penelitian tentang pola pikir paradoks pemimpin. Terutama terkait PsyCap kolektif, besarnya perubahan, OCC, dan berbagai hubungan di antara variabel-variabel tersebut. Secara lebih spesifik, penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Pertanyaan 1: Bagaimana pola pikir paradoks para pemimpin dan PsyCap kolektif mempengaruhi OCC dan kinerja; Pertanyaan 2: Bagaimana besarnya perubahan memoderasi pengaruh pola pikir paradoks para pemimpin terhadap OCC.

Kajian ini berfokus pada perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia yang menangani perubahan terkait pandemi COVID-19. Pertama, pandemi COVID-19 berdampak pada PTS lebih besar karena penurunan jumlah pelajar yang mendaftar, sedangkan SPP merupakan sumber utama untuk membiayai operasional PTS. Kedua, sebagian besar studi terkait penanganan perubahan terkait COVID-19 di perguruan tinggi selama ini lebih banyak mengenai perubahan metode pembelajaran, namun perubahan strategis relatif jarang orang bahas. 

Hasil studi menunjukkan bahwa, dalam hubungan lintas level, pola pikir paradoks pemimpin berpengaruh positif terhadap OCC. Sedangkan OCC memediasi pengaruh pola pikir paradoks pemimpin terhadap kinerja perubahan organisasi. Pada tingkat organisasi, PsyCap kolektif mempengaruhi OCC, dan OCC secara signifikan memediasi hubungan antara PsyCap kolektif dan kinerja perubahan organisasi. Selain itu, penulis menemukan pengaruh moderat terhadap perubahan pola pikir paradoks pemimpin menjadi OCC.

Beberapa kontribusi studi ini adalah: Pertama, temuan ini memperkaya penelitian OCC yang menggunakan teori paradoks dan teori kognitif sosial untuk menyelidiki pengaruh pola pikir paradoks pemimpin dan psikologi kolektif terhadap OCC dan kinerja perubahan organisasi. Kedua, studi ini juga memberikan kontribusi terhadap data empiris tentang PsyCap yang masih kurang pada tingkat organisasi karena penelitian sebelumnya hanya pada tingkat individu. Ketiga, studi ini berkontribusi terhadap penelitian yang sudah ada dengan analisis multi-level (bottom-up) dan multi-sumber, mengkaji proses tingkat individu dalam munculnya OCC atau pendekatan micro-foundations dalam kapabilitas dinamis. Efek langsung dari bawah ke atas (bottom-up effect) adalah sarana utama munculnya fenomena kolektif, melalui mana individu dan kolektif berinteraksi untuk menciptakan struktur kolektif yang lebih besar. Keempat, studi ini memperkaya data dari tinjauan empiris OCC dengan memasukkan konteks besarnya perubahan hubungan antara pola pikir paradoks pemimpin dan OCC.

Penulis: Badri Munir Sukoco 

Informasi detail dari riset ini terdapat pada tulisan kami di:

https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/JABS-04-2023-0154/full/html

Supriharyanti, E., Sukoco, B.M., Widianto, S. and Soparnot, R. (2024), “Leader’s paradox mindset, organizational change capability, and performance: a multi-level analysis”, Journal of Asia Business Studies, Vol. 18 No. 2, pp. 476-497. https://doi.org/10.1108/JABS-04-2023-0154