Kambing Sapera merupakan hasil persilangan kambing Saanen dan kambing Peranakan Etawa. Kambing jenis ini adalah kambing perah yang memiliki keunggulan antara lain produktifitas dan kualitas susu yang baik. Produksi susu rata-rata dua liter per hari pada laktasi pertama dan dapat meningkat pada masa-masa laktasi berikutnya. Produktifitas susu kambing Sapera lebih tinggi dibandingkan dengan kambing Peranakan Etawa maupun kambing Saanen. Populasi kambing Sapera dapat ditingkatkan dengan menerapkan teknologi reproduksi berupa inseminasi buatan, menggunakan semen segar atau menggunakan semen beku. Namun semen beku kambing Sapera belum dijumpai di pedesaan, sehingga harus menggunakan semen segar. Penggunaan semen segar untuk inseminasi buatan terkendala dengan terbatasnya masa hidup spermatozoa. Pada suhu ruang, motilitas spermatozoa menurun dengan cepat karena asam laktat yang berasal dari metabolisme spermatozoa untuk menghasilkan energi. Motilitas spermatozoa (persentase spermatozoa yang bergerak maju dengan cepat dalam pemeriksaan menggunakan mikroskop) minimum untuk inseminasi buatan adalah 40% dengan total 50 juta spermatozoa per dosis inseminasi. Semen segar kambing memenuhi syarat untuk inseminasi buatan hanya dalam waktu 15 jam sejak diambil dari pejantan, karena lebih dari 15 jam motilitas spermatozoa menurun hingga kurang dari 40%. Oleh karena itu, penggunaan semen segar untuk inseminasi buatan menimbulkan kesulitan apabila lokasi kambing betina aseptor tersebar di area yang luas dan jauh dari lokasi pengambilan semen dari pejantan. Alternatifnya adalah inseminasi buatan menggunakan semen segar yang diencerkan dan disimpan dingin.
Penyimpanan semen segar yang sudah diencerkan pada suhu 5°C (dalam kulkas) diharapkan menjaga motilitas spermatozoa lebih dari 40% selama beberapa hari. Penyimpanan pada suhu dingin menyebabkan metabolisme sperma melambat sehingga menurunkan laju pembentukan asam laktat dan umur sperma lebih lama dibandingkan semen segar yang dibiarkan pada suhu ruang. Namun permasalahan lain yang timbul akibat pendinginan adalah terjadinya radikal bebas yang dapat bereaksi dengan lemak (peroksidasi lipid) pada membrane plasma spermatozoa yang selanjutnya menyebabkan stress oksidatif. Peroksidasi lipid mengakibatkan kerusakan penurunan kualitas spermatozoa. Upaya untuk meminimalkan kerusakan membran spermatozoa akibat peroksidasi lipid selama proses pendinginan dapat dilakukan dengan penambahan antioksidan pada bahan pengencer. Salah satu antioksidan yang mudh diperoleh adalah vitamin C.
Semen segar memenuhi syarat untuk disimpan dingin apabila motilitas spermatozoa lebih dari 70% dan kelainan morfologis kurang dari 5%. Penambahan 0,2 g vitamin C/mL pada pengencer tris-kuning telur mampu mempertahankan kualitas semen kambing Sapera hingga 72 jam (tiga hari) tetap layak untuk AI apabila disimpan pada suhu 5°C. Hasil penelitian ini dapat diterapkan untuk inseminasi buatan pada kambing Sapera menggunakan semen cair untuk meningkatkan kualitas genetik dan meningkatkan populasi kambing Sapera.
Jolly Rifqi Pahlevy
Klinik Hewan ASAV, Jalan Raung 15, Kediri, Jawa Timur, Indonesia
Disarikan dari artikel:
Pahlevy JR, Ratnani H, Fikri F, Restiadi TI, Saputro AL, Agustono B. 2022. The addition of vitamin C in tris–eggyolk bahan pengencer maintainedSapera goat semen quality in 5° C storage. Ovozoa 11:1-8.
Artikel ilmiah hasil penelitian ini sudah terbit pada OVOZOA : Journal of Animal Reproduction (https://e-journal.unair.ac.id/OVZ/index) suatu jurnal ber-Bahasa Inggris yang diterbitkan atas kerjasama antara Universitas Airlangga (http://210.57.208.200/) dengan Asosiasi Departemen Reproduksi Veteriner Indonesia (ADERVI) dan Asosiasi Reproduksi Hewan Indonesia (ARHI). Artikel dapat di akses melalui tautan: https://e-journal.unair.ac.id/OVZ/article/view/32287