Sepsis merupakan suatu inflamasi tidak teratur akibat respon terhadap organisme pathogen. Sepsis dapat menyebabkan gagal jantung. Infeksi terkait gagal jantung dapat terjadi di masyarakat maupun rawat inap, umumnya oleh karena infeksi paru dan saluran kemih.Sepsis yang berlanjut dapat menyebabkan syok septik, yang dialami oleh jutaan orang di dunia tiap tahunnya. Gagal jantung adalah kumpulan gejala kompleks antara lain sesak nafas saat istirahat, selama aktifitas, tanda retensi cairan, dan bukti objektif gangguan structural/fungsional jantung saat istirahat. Gagal jantung adalah masalah Kesehatan progresif dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
Pada 2013, Walkey AJ Et al mengemukakan studi berbasis populasi dan melaporkan peningkatan kejadian sepsis dan syok septik dari 13 menjadi 78 per 100.000 kasus. Pada pasien usia lanjut yang memiliki penyakit penyerta seperti gagal jantung akan meningkatkan resiko terjadinya sepsis. Data dari NHANES menunjukkan peningkatan tajam prevalensi gagal jantung seiring pertambahan usia. Pria usia 40-59 tahun menunjukkan proporsi 1.5%, sementara pria 60 hingga 79 tahun proporsinya 6.6%, dan untuk pria 80 tahun proporsinya 10.6%, sementara diantara Wanita 1,2% , 4,8%, dan 13,5%. Pad studi ADHERE, pada orang tua kemungkinan timbul masalah atrial fibrilasi, stroke, serangan iskemik transien, dan penyakit pembuluh darah perifer. Gagal jantung lebih sering terjadi pada lanjut usia.
Patofisiologi
Ketika mikroorganisme menyerang host, patogen terkait pola molekuler (PAMPs) seperti lipopolisakaridan (endotoksin) dari bakteri gram negatif dikenali oleh sel imun. Pengikatan PAMP ke permukaan sel reseptor mengaktifkan kaskade intraseluler. Sebagai akibat, gen spesifik yang mengkode berbagai protein, seperti sitokin, reseptor, dan mediator inflamasi lainnya, diatur naik atau turun.
Penyebaran dari infeksi lokal ke sepsis tergantung keparahan infeksi dan respon peradangan. Pada kasus yang paling berat, shock terjadi karena penurunan tonus pembuluh darah, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, dan kardiomiopati yang mengarah ke sepsis. Jika kondisi ini dibiarkan, akan jadi shock yang persistent yang akan melukai sel dan menghasilkan molekul seperti protein mitrokondria, adenosin, atau asam urat.
DAMP juga punya potensi aktivasi inflamasi yang berbahaya jika tidak ditangani, yang dapat menyebabkan kematian host. Hasil akhir dari proses ini bisa diprediksi dari fase awal yang terbagi tiga grup, yaitu pasien yang bertahan hidup tanpa terapi, pasien yang tidak mampu bertahan hidup sehingga memerlukan perawatan intensif sebagai paliatif, dan pasien yang akan mati jika tidak diterapi namun bisa bertahan hidup dengan terapi.
Terapi
Terapi utama pasien shock sepsis adalah ketepatan waktu. Protokol penanganan dalam 6 jam menurunkan mortalitas dari 52% hingga 42%. Terapi diberikan cairan kristaloid, vasopresor atau vasodilator untuk menjaga rerata tekanan darah arterial, peningkatan transportasi oksigen dengan tranfusi sel darah merah, diikuti diagnosa cepat, penanganan infeksi pencetus, dan terapi antibioitik.
Pemberian cairan sebagai terapi awal harus hati hati, karena walau memberikan keuntungan, cairan yang berlebihan dapat menimbulkan berabagi masalah seperti edema paru, hipoksia jaringan, kerusakan ventriel kanan, penurunan kardiak output. Selain jumlah cairan, jenis cairan dan biaya yang diperlukan juga perlu dipertimbangkan.
Kardiak output dapat ditingkatkan dengan ionotropik. Namun mengingat inhibitor katekolamin dan fosfodiestrase punya efek samping terhadap jantung dan organ lain, maka usaha meningkatkan indeks kardiak atau saturasi oksigen dengan beberapa jenis ionotropik dapat berbahaya. Sehingga pemilihan jenis ionotropik yang digunakan perlu mempertimbangkan keamanan dan mekanisme kerjanya. Infeksi sistemik adalah masalah klinis penting yang menyebabkan dekompensasi kardiak / gagal jantung. Masalah kardiak disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan energi dan energi yang diproduksi akibat sepsis. Makin berat sepsis makin rendah energi yang diproduksi dan dapat menimbulkan kerusakan organ. Diperlukan deteksi yang tepat untuk sepsis dan gagal jantung.
Sepsis dapat dilihat dengan berbagai pemeriksaan seperti ecg dan ekokardiografi, paling cocok dengan dopler. Hal paling penting pada penanganan pasien shock sepsis adalah waktu penyelesaian. Makin lama penanganan akan makin meningkat peradangan, disfungsi organ, yang akan memperburuk prognosis. Penanganan dengan cairan harus dilakukan dengan hati-hati karena efek sampingnya.
Penanganan oksigenasi, volum, hematokrit, dan lain lain bisa dilakukan dengan inotropik yang dapat mengstimulasi jantung pada pasien sepsis. Perlu diwaspadai inotropik yang dapat menyebabkan aritmia dan iskemia. Perubahan metabolik kerapkali terjadi pada sepsis yang dapat merusak organ, sehingga diperlukan strategi untuk krisis energi.
Untuk memahami lebih jelas tentang pengaruh sepsis terhadap gagal jantung dapat dibaca di
International Journal of Scientific Advances. Volume: 4 | Issue: 1 | Jan – Feb 2023 Available Online: www.ijscia.com . DOI: 10.51542/ijscia.v4i1.17