Universitas Airlangga Official Website

Pendekatan Epigenetik pada Terapi Sistemik Kanker Kolorektal

Foto by Hello Sehat

Kanker kolorektal atau Colorectal Cancer (CRC) telah menyumbang hampir 10 juta kematian akibat kanker di seluruh dunia, dengan 1,93 juta kasus baru pada tahun 2020. Kanker kolorektal diketahui disebabkan oleh adanya perubahan genetik dan epigenetik. Perubahan genetik sering dikenal dengan istilah mutasi gen yaitu perubahan urutan basa nukelotida pada DNA yang disebabkan oleh adanya kesalahan penyalinan DNA yang terjadi selama pembelahan sel, paparan bahan kimia atau mutagen, hingga infeksi oleh virus. Sedangkan perubahan epigenetik sendiri adalah istilah untuk menggambarkan adanya modifikasi dari molekul asam nukleat dan protein yang mengemas DNA, yang semuanya dapat mempengaruhi jumlah protein yang dihasilkan. Modifikasi terjadi oleh karena adanya faktor lingkungan, seperti terpaparnya individu dengan bahan kimia serta adanya sumber makanan tertentu yang dapat memodifikasi molekul-molekul tersebut.

Kanker kolorektal ini dimulai dengan munculnya polip dan umumnya bersifat asimtomatik atau tidak bergejala. CRC memiliki beberapa subtipe yang ditandai dengan perubahan genetik dan epigenetik. Karena perubahan epigenetik terjadi di awal patogenesis kanker, maka dapat bertindak sebagai ciri molekuler bersama biomarker lainnya untuk diagnosis dan prognosis. Dengan modifikasi profil genetik dan epigenetik, CRC dapat tumbuh dan memiliki kemampuan untuk melakukan invasi ke bagian tubuh lainnya yang mendukung dalam proses metastasis atau persebaran.

Baru-baru ini, epigenetik telah ditunjukkan sebagai alat penting untuk memahami patogenesis penyakit lebih lanjut dan cara-cara terapi alternatif. Menargetkan modifikasi epigenetik dapat menentukan masa depan pengobatan yang dipersonalisasi.  Resistensi terhadap obat antikanker konvensional juga melibatkan mekanisme epigenetik. Dengan kemajuan teknologi analisis epigenom, bidang baru muncul yaitu farmako-epigenomik, di mana profil epigenetik dapat digunakan untuk mengklasifikasikan jalur molekuler sensitivitas obat kanker sehingga, dapat diputuskan strategi terapi terbaik.

Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan hasil studi pustakanya di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu Gacte Medica da Caracas. Dalam kajian pustaka tersebut, peneliti mengulas mekanisme epigenetik CRC bersama dengan obat yang menarget modifikasi epigenetik dalam cara kerjanya dan muncul sebagai pengobatan CRC. Masing-masing obat menawarkan alasan kuat untuk mengeksplorasi strategi terapi baru dengan kemanjuran dan keamanan yang cukup untuk pengobatan kanker.

Hasil studi pustaka yang dilakukan melaporkan bahwa terdapat beberapa kategori obat epigenetik antara lain: kategori penghambat proses metilasi (penambahan gugus metil) pada DNA, penghambat methyltransferase, penghambat proses deasetilasi histon, penghambat bromodomain dan terminal ekstra, dan yang terakhir adalah terapi berbasis RNA. Masing-masing kategori obat memiliki agen dan cara kerja yang berbeda namun mempunyai target yang seragam yaitu memodifikasi faktor epigenetik untuk menghambat perkembangan kanker kolorektal.

Saat ini, beberapa pendekatan menggunakan agen pemodifikasi epigenetik sebagai terapi kanker telah dikembangkan. Obat epigenetik telah digunakan sebagai terapi tunggal atau dalam kombinasi dengan obat anti kanker konvensional dengan beberapa hasil yang menjanjikan. Untuk kanker kolorektal, berbagai inhibitor DNMT, inhibitor HMT, inhibitor HDAC, inhibitor BET, dan terapi miRNA telah diusulkan. Uji klinis untuk azacytidine, guadecitabine, dan decitabine telah dilakukan untuk kanker kolorektal. Terapi berbasis RNA juga menyediakan metode yang menarik untuk mengatasi kanker karena memberikan kemungkinan untuk menargetkan protein yang sebelumnya tidak dapat diobati. Selain itu, obat epigenetik dapat digunakan dalam kombinasi satu sama lain atau dengan terapi konvensional. Varietas agen praklinis dan klinis sangat banyak, namun kesimpulan apakah agen tersebut aman dan efektif hanya dapat dikonfirmasi setelah menyelesaikan uji klinis.

Berdasarkan studi literature ini dapat disimpulkan bahwa regulasi epigenetik selalu berubah dan mekanisme di baliknya memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Penelitian di masa depan membutuhkan kombinasi untuk menyelesaikan studi yang sedang berlangsung, memulai uji klinis baru, dan mengembangkan agen baru yang mampu mengobati CRC. Kombinasi keahlian perlu dibentuk untuk mengatasi kendala dalam beberapa kelompok inhibitor dan terapi berbasis RNA untuk menghasilkan agen epigenetik baru yang efektif dan aman.

Penulis: Muhammad Miftahussurur

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada link artikel berikut: http://saber.ucv.ve/ojs/index.php/rev_gmc/article/view/24057