Universitas Airlangga Official Website

Pengaruh Berbagai Faktor Klinis pada Lesi Jinak Payudara

Foto by Alodokter

Payudara wanita sebagian besar tersusun oleh jaringan lemak disertai kelenjar dan saluran kelenjar air susu yang bermuara pada puting susu. Oleh karena itu secara normal konsistensi payudara wanita relatif lunak tanpa teraba bagian yang keras (benjolan). Setiap wanita dianjurkan untuk memeriksa payudara sendiri secara rutin setiap bulan untuk meraba adanya bagian yang mengeras atau benjolan pada payudara. Adanya bagian payudara dengan konsistensi yang lebih padat merupakan salah satu gejala penyakit payudara. Penyakit payudara dapat digolongkan menjadi lesi jinak dan lesi ganas. Lesi jinak payudara dapat berupa perubahan fibrokistik, tumor jinak payudara ataupun keradangan pada payudara (mastitis), sedangkan lesi ganas payudara dikenal dengan istilah kanker payudara.

Lesi jinak payudara dapat terjadi oleh karena perubahan hormonal (yang dikenal sebagai perubahan fibrokistik) atau akibat dari radang dan infeksi (mastitis). Benjolan atau nodul payudara dapat juga merupakan tumor jinak payudara. Perubahan fibrokistik terjadi pada kira-kira 3,1% wanita. Perubahan ini bukan merupakan lesi pra-kanker sehingga tidak meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. Tumor jinak payudara dapat berupa fibroadenoma mamma yang merupakan proliferasi kelenjar payudara dan membentuk nodul bulat dibatasi kapsul tipis. Nodul ini bisa bertambah ukurannya akan tetapi tidak dapat menyebar ke organ lain. Walaupun nodul ini tidak akan berkembang menjadi kanker payudara, akan tetapi gejala lesi jinak payudara dapat serupa dengan kanker payudara.

Berbagai faktor klinis ditengarai memiliki hubungan dengan angka kejadfian lesi jinak payudara. Wilda Fitria, Willy Sandhika dan Widati Fatmaningrum telah melakukan penelitian tentang berbagai faktor klinis yang berpengaruh pada angka kejadian lesi jinak payudara yakni usia penderita, usia saat mendapatkan haid pertama kali, jumlah anak, penggunaan KB hormonal serta adanya keluarga yang menderita penyakit sejenis.  Penelitian ini melibatkan 82 pasien dan dilakukan pengambilan data – data klinis.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia paien memiliki hubungan yang bermakna dengan angka kejadian lesi jinak payudara. Penderita lesi jinak payudara sebagian besar berusia muda (usia < 30 tahun). Usia pertama kali mendapatkan haid Sebagian besar antara 13 tahun – 25 tahun. Usia pertama kali haid tidak memiliki hubungan dengan angka kejadian lesi jinak payudara. Jumlah anak juga bukan merupakan faktor resiko terjadinya lesi jinak payudara. Angka kejadian lesi jinak payudara pada wanita tanpa anak tidak berbdeda bermakna dibandingkan dengan wanita yang memiliki anak. Penggunaan kontrasepsi hormonal memiliki hubungan yang bermakna dengan angka kejadian lesi jinak payudara. Adanya keluarga yang menderita penyakig serupa terbukti memiliki hubungan dengan angka kejadian lesi jinak payudara. Seorang wanita dengan keluarga yang menderita penyakit lesi jinak pada payudara memiliki resiko 4,7 kali untuk menderita penyakit yang serupa.

Faktor – faktor klinis yang berpengaruh pada angka kejadian lesi jinak payudara berhubungan dengan paparan hormon estrogen. Usia pertama kali haid yang lebih awal menyebabkan meningkatkan paparan estrogen pada sel epitel kelenjar payudara. Penggunaan kontrasepsi hormonal tentunya meningkatkan paparan hormon estrogen. Memiliki anak yang disertai dengan menyusui akan mengurangi paparan terhadap hormon estrogen. Dan adanya keluarga yang menderita penyakit serupa menunjukkan kecenderungan genetik pada paparan hormon estrogen. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lesi jinak payudara merupakan keadaan yang sering terjadi pada wanita dan angka kejadian-nya berhubungan dengan faktor-faktor klinis yang meningkatan paparan terhadap hormon estrogen.

Penulis: Willy Sandhika

Artikel Ilmiah Populer ini diambil dari artikel jurnal dengan judul: Analysis Factors of Breast Lesion Case in RSUD Dr Soetomo Surabaya dengan penulis Wilda Fitria Rachmadina, Willy Sandhika, Widati Fatmaningrum dan telah diterbitan dalam jurnal Widya Medika volume 8 nomer 1 bulan April 2022, halaman 19–30.

Link artikel jurnal:  http://journal.wima.ac.id/index.php/JWM/article/view/3615